R1-61: THE GIFT?

4.8K 884 123
                                    

***

Tepat pukul 04.00 WIB, bom waktu yang sudah dirancang sedemikian apik, baru saja meledak. Beberapa titik yang dipasangi bom waktu itu telah porak poranda. Semua kalang kabut setelah menerima pesan yang dikirim dari sebuah surel rahasia. Tanpa nama dan tak bisa diidentifikasi.

Anggota KPK, David Dirgantara, terlibat kasus suap dengan mantan Wali Kota Banten, Geri Ginanjar, yang telah ditahan sejak 2 Oktober lalu. Suap tersebut berkaitan dengan pembangunan hotel yang dibangun di atas tanah milik negara.

Keterlibatan suap di antara mereka berawal dari penangkapan pertama saudara Geri Ginanjar di Banten, pada tanggal 2 April oleh David Dirgantara atas bukti-bukti yang sudah dikumpulkan. Namun, anggota KPK tersebut menawarkan jalan tikus agar yang bersangkutan bisa terbebas dari jeratan hukum, dengan cara meminta jaminan sebesar 3 miliar untuk menghapus berbagai bukti atas kasusnya.

Semua perusahaan stasiun televisi dan radio di Indonesia dibuat terbelalak setelah membaca isi pesan yang tergurat di dalam E-mail itu.

"Siapkan reporter untuk meliput kasus ini. Kirim beberapa wartawan untuk mendapatkan informasi dari keluarga yang bersangkutan dan pihak KPK, juga usahakan untuk bisa mendapatkan keterangan langsung dari Geri Ginanjar di lapas. Siarkan segera isi dari surel itu. Jangan sampai kalah cepat dari stasiun lainnya."

Bak mendapatkan telur emas, berita yang belum tentu kebenarannya itu menarik perhatian dan sayang untuk diabaikan. Dari 100 persen kabar yang tersurat, hanya 10 persen yang jelas telah terbukti yaitu, kasus Geri Ginanjar yang sudah menghebohkan jagat maya beberapa waktu lalu.

Tidak peduli tentang kevalidannya, beberapa stasiun televisi lebih memedulikan rating yang akan didapat atas berita yang disiarkan.

***

Siulan mengalun, menemaninya melangkahkan kaki menuju garasi. Jarinya yang sedari tadi bergoyang memainkan kunci motornya berhenti, bersamaan dengan pergerakannya. Pandangannya teralihkan kepada para pekerja rumah yang berkumpul di depan pos penjaga, termasuk Bi Iin. Wanita itu paling antusias di antara yang lainnya.

Merasa tertarik, ia memutuskan untuk mendekat ke kerumunan, memeriksa keadaan.

"Lagi pada ngapain, nih? Pagi-pagi udah pada ngumpul depan TV."

Dalam serentak, 4 kepala menoleh ke arahnya.

"Eh A." Bi Iin nyengir. Tampak kain serbet bermotif kotak menghiasi pundak kirinya. "Ini ada berita di tipi. Anggota KPK abis suap-suapan sama Wali Kota Banten yang itu lho, yang kemarin sempet piral."

Alis kanannya terangkat dengan bibir yang mengerut. Setelah beberapa saat, kepalanya menganggut, seolah tidak heran dengan berita semacam itu. "Oh. Ya udah—"

"... David Dirgantara menerima suap sebesar 3 miliar dari mantan Wali Kota Banten tersebut...."

Radena melotot ke arah layar kaca.

David Dirgantara? Papanya Nona?

Ia mendengus. Kakinya sontak melangkah ke arah televisi dengan buru-buru.

"Lho A, kok dimatiin?"

Laki-laki yang sudah mengenakan seragam sekolahnya menoleh dengan wajah menahan emosi. Tangannya masih memegang kabel televisi yang baru saja dia cabut paksa.

"Beritanya nggak penting buat ditonton. Udah, pada lanjut kerja, sana."

Mereka saling melempar pandang. Meneguk ludah.

"Iya atuh A. Maap ya."

Tak ingin anak majikannya mengamuk, mau tak mau, mereka harus angkat kaki dan menjauhi televisi dan memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda sebelumnya.

CIRCLE OF LIES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang