R1-64: BARTER?

4.7K 945 142
                                    

***

Jakarta, 02 Oktober 2021 - 06.30 AM

"Pagi Pa." Nona menyambut kedatangan David yang turut bergabung di meja makan.

Seraya menarik kursi untuk diduduki, pria itu tersenyum hangat padanya. "Pagi anak Papa yang cantik."

Nona yang mengunyah roti mengembangkan senyum sampai pipinya mengembung. Terlihat dia menumpukan kedua sikunya pada meja, karena tengah menggenggam roti berisikan selai cokelat di dalamnya.

"Papa mau makan roti atau nasi?"

David menoleh. Dia kembali tersenyum.

"Nasi dong. Biar lebih bertenaga. Apalagi makan masakan istri tersayang." Godaannya berhasil membuat Maya tersenyum.

Nona yang memerhatikan tak kuasa menahan tawa.

"Masih pagi udah ngegombal." Celetukan Calvin datang mengintrupsi.

David meliriknya sok sinis. "Sirik aja," balasnya sambil menerima uluran piring dari sang istri.

Mendengar itu, laki-laki yang memikul tas ransel di bahu kirinya terkekeh. "Calvin berangkat ya," pamitnya setelah meminum segelas susu dengan rusuh.

"Sarapan dulu Vin. Buru-buru amat," komentar Maya menahan tangannya yang ingin berpamitan.

"Pagi ini sebelum masuk kelas Calvin ada urusan lain di kampus. Nanti di sana aja sarapannya."

"Bener ya? Awas aja kalau nggak sempet sarapan." David menodongkan telunjuk padanya.

"Iya-iya," jawabnya sebelum mencium punggung tangan kedua orangtuanya itu. "Kalau inget," sambungnya sebelum tertawa puas.

"Kamu ini." Maya memukul pelan lengannya.

Yang dipukul malah cengengesan.

"Bye Na." Tangannya mengacak-acak rambut Nona sebelum benar-benar pergi.

"Kakakk...," protesnya sembari merapikan rambutnya yang berantakan. Kakaknya sangat menyebalkan.

"Hati-hati bawa motornya!" David berteriak setelah menelan kunyahannya.

"Iya!"

Setiap pagi, hampir setiap hari, hal seperti itu sudah menjadi sebuah rutinitas. Kehangatan yang terbaur di rumah Dirgantara menjadi impian setiap keluarga. Harmonis dan dipenuhi cinta. Keluarga mereka nyaris sempurna. Beruntung. Itu kata yang pantas untuk menggambarkan kehidupan mereka.

"Nona mau Papa anter atau berangkat sendiri?"

"Berangkat sendiri deh. Kan sekarang Nona udah punya SIM." Dia memamerkan senyuman bangga.

"Gaya banget yang udah dapet SIM," goda Maya padanya.

Nona terkekeh sebelum menyeruput minumannya.

David mengangkat wajahnya untuk memeriksa arah jarum jam di dinding. Hampir jam 7.

"Mama kalau mau berangkat ke resto kabarin Papa dulu."

Maya mengangguk. "Iya. Paling nanti agak siangan."

Terdengar bel rumah berbunyi. Menyela obrolan.

"Kayaknya itu Mbak Suri sama Kang Abdul deh. Mama cek dulu ya," katanya sebelum beranjak, membuka pintu utama yang jaraknya 20 meter dari ruang makan.

Nona mengalihkan pandangnya kepada David yang sibuk membaca dokumen kerjanya setelah selasai makan.

"Pa."

CIRCLE OF LIES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang