55. HR : LAKI-LAKI BERPAYUNG 🥀

Start from the beginning
                                    

“Dih, siapa juga yang khawatir. Salah denger tuh kuping lo,” elak Rhea.

“Halah, udah ketahuan juga, masih ngelak mulu lo. Kalau gak khawatir, lo gak mungkin uring-uringan kayak orang gila gini. Dari kemarin bahasannya juga sama. Haidar di mana, sih? Kenapa gak bales-bales chat gue? Haidar sakit, ya? Haidar itu, ya? Haidar ini, ya? Kayak gitu masih mau ngeles lagi?” cibir Zidan menirukan kalimat yang akhir-akhir ini sering Rhea ucapkan.

Rhea mendengus kasar. “Iya, iya, gue ngaku. Gue emang khawatir sama Haidar,” akunya.

“Nah, gitu dong jujur.” Zidan mencubit pipi Rhea gemas, membuat sang empunya meringis. Namun, bukannya merasa bersalah, Zidan malah terkikik geli.

“Rhe, dengerin gue. Lo percaya ‘kan sama Haidar?” Zidan kembali berbicara, dan kali ini Rhea menanggapinya dengan anggukan. “Kalau gitu, lo gak perlu khawatir lagi. Lo cuma perlu doain dia, untuk tetap baik-baik aja, di mana pun dia berada. Kalau emang Haidar jodoh lo, dia bakal balik lagi,” tuturnya lembut.

Rhea membalas Zidan dengan tatapan lekat. “Kenapa lo tiba-tiba ngomong kayak gini? Lo tahu Haidar di mana?” tanyanya to the point.

“Gue gak tahu. Tapi gak ada salahnya, kan? Kalau lo lakuin apa yang gue bilang barusan?” Rhea terdiam, masih dengan tatapan yang sama. Mencoba mencari tahu, apakah Zidan berkata jujur atau sebaliknya.

Tapi, tak lama kemudian Rhea mengangguk. Gadis itu menghela napasnya yang terasa berat, lalu beranjak dari tempatnya. “Gue ke kamar dulu,” pamitnya.

“Iya. Jangan sedih-sedih lagi, ntar gak cantik lagi kalau kebanyakan murung,” ucap Zidan mengguyoni adiknya.

“Cih, kecantikan paripurna seorang Rhea tuh gak pernah bisa luntur,” sahut Rhea yang lantas pergi ke kamarnya.

Kedua bahu Zidan langsung merosot, tatkala punggung Rhea perlahan menghilang di balik pintu.

Maafin gue, Rhe. Gue terpaksa harus bohong sama lo, batin Zidan.

Benar, Zidan mengetahui sesuatu tentang hilangnya Haidar. Namun, ia tidak bisa memberitahukannya pada Rhea. Sebab, ia juga sudah terlanjur berjanji pada sahabatnya itu.

“Kak,” panggil Hanin yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Zidan.

Tanpa aba-aba, Hanin langsung memberi pelukan hangat pada suaminya. “Kamu harus tetep kuat. Demi Kak Rhea,” ucapnya.

Zidan hanya mengangguk dalam pelukan Hanin. Meskipun, di dalam hatinya, ia terus menyalahkan dirinya sendiri.

✨✨✨

Keesokan harinya, Rhea memutuskan untuk mendatangi kediaman Haidar, dengan harapan bisa menemui laki-laki itu.

Rhea menarik napasnya dalam-dalam, sebelum akhirnya ia mengetuk pintu rumah Haidar.

TOK! TOK! TOK!

Assalamuaikum,” salamnya.

Hening.

Assalamualaikum!” Rhea agak mengeraskan volume suaranya, juga ketukan pintunya.

Namun, hasilnya tetap sama. Tak ada sedikitpun sahutan dari dalam sana. Sepertinya rumah Haidar sedang kosong.

Mereka pergi ke mana? batin Rhea dengan sedikit perasaan kecewa.

Merasa tak akan mendapat hasil apa-apa, Rhea pun memilih pergi dari sana.

Rhea akan mencobanya lagi, besok atau kapanpun itu.

✨✨✨

Rhea berdiri di depan gerbang komplek perumahan Haidar, menunggu ojek yang sebelumnya sudah dipesannya melalui aplikasi.

HAIDARHEA✔Where stories live. Discover now