47. HR : POSITIF 🥀

Start from the beginning
                                    

Beruntung gadis itu mendengarnya dan berhenti.

"Kamu mau ke mana?" tanya Galang.

"M-mau ke minimarket depan. Beli kebutuhan dapur," jawab Hanin terlihat gugup, membuat Rhea menatapnya curiga.

"Oh, mau ditemenin sama-"

"Gak usah, Bang. Hanin bisa sendiri," potong Hanin.

"Beneran?"

"I-iya. Ya udah, kalau gitu Hanin berangkat dulu. Assalamualaikum." Tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya, Hanin berlalu begitu saja, membuat Rhea semakin merasa aneh.

"Tuh anak makin ke sini kok makin aneh aja, ya?" celetuk Rhea.

"Aneh gimana?" sahut Galang.

"Ya aneh, Bang. Biasanya dia tuh selalu berusaha ngajak ngobrol Rhea. Tapi selama sebulan terakhir ini, jadi diem gitu."

Kening Galang mengernyit. "Perasaan kamu aja kali."

"Ih, gak, Bang. Beneran kayak ada yang disembunyiin tahu dari dia. Beberapa kali Rhea juga sering mergokin dia nangis sendirian. Kenapa coba?" Cerita Rhea barusan, akhirnya juga ikut membuat Galang berpikir.

"Ya udahlah, nanti Abang coba tanya dia," ujar Galang.

"Dih, ngapain?" sewot Rhea.

"Kok ngapain? Ya biar tahu masalahnya apa. Siapa tahu Abang bisa bantu dia. Lagian kamu juga kepo, kan?"

"Gak tuh. Biasa aja," elak Rhea berlagak seolah tidak peduli, padahal sebenarnya juga penasaran.

"Hilih." Galang menoel dagu adiknya. "Kamu tuh aslinya peduli 'kan sama Hanin? Cuma gede gengsi aja," tambahnya.

"Sok tahu."

"Bukan sok tahu. Emang yang Abang lihat gitu. Mata kamu tuh gak bisa bohong, Dek. Mungkin, selama ini sikap kamu memang menunjukkan kalau kamu gak suka sama Hanin. Tapi di hati kecil kamu, itu beda." Rhea hanya diam, tak tahu harus merespon apa.

"Dek." Galang menyentuh pundak Rhea. "Belajar bersikap baik sama Hanin, ya? Gimanapun juga, dia udah jadi bagian keluarga kita. Gak seharusnya kamu memperlakukan Hanin kayak gitu," imbuhnya.

Rhea menggeleng. "Tapi dia udah rebut papa dari Rhea. Dan mungkin sebentar lagi, dia juga bakal rebut Abang," ucapnya yang mulai berkaca-kaca.

"Gak ada yang direbut, Dek. Di sini papa yang berubah, karena belum bisa nerima keadaan." Galang mencoba menjelaskan semuanya dengan halus, agar Rhea mau mengerti dan berhenti membenci Hanin.

"Sekarang lihat Abang." Spontan, Rhea menatap Galang. "Meskipun sikap papa gak baik ke Rhea ... Rhea gak perlu khawatir, ya? Akan ada masanya, papa akan menyadari semua kesalahannya. Yang penting sekarang, Abang masih sayang sama Rhea," ungkap Galang begitu tulus, membuat Rhea tidak sanggup menahan air matanya lagi.

Rhea langsung memeluk Galang dengan begitu eratnya. "Rhea sayang Abang. Abang harus janji sama Rhea ... Abang gak boleh ninggalin Rhea."

"Janji."

✨✨✨

Di tempat yang berbeda, Hanin tengah mengantri di depan kasir, untuk membayar barang belanjaannya. Tidak banyak, hanya beberapa bahan dapur dan juga sebuah ... tespeck.

Hanin sengaja membeli alat tersebut, karena belakangan ini ia sering merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Juga setelah ia mengecek kalender, siklus menstruasinya sudah lebih dari batas biasanya. Sebenarnya ia takut, tapi ia mencoba memberanikan diri.

Kini tiba gilirannya. Barang-barang Hanin dikeluarkan dari keranjangnya, dan saat penjaga kasir melihat alat tersebut, refleks dia menatap kepada Hanin. Hanya menatap, tanpa bertanya.

"Semuanya jadi 105.000 rupiah, Mbak," ucap penjaga kasir itu, setelah selesai menotal belanjaan Hanin.

Tanpa banyak bicara, Hanin segera memberikan selembar uang seratus dan sepuluh ribuan. "Kembaliannya ambil aja," ucapnya yang lantas pergi dari sana.

✨✨✨

Usai meletakkan barang belanjaan yang lainnya di dapur, Hanin langsung naik ke kamarnya di lantai atas. Jangan lupa dengan tespeck yang sebelumnya sudah Hanin pisahkan dari barang lainnya.

Hanin memasuki kamar mandi dengan langkah gemetar. Dalam hatinya ia terus berharap, semoga ketakutannya tidak terbukti.

Cukup lama Hanin di dalam sana. Hingga saat jam menunjukkan pukul 17.00 WIB, Hanin keluar dari kamar mandi dengan wajah yang beruraikan air mata.

Tespeck yang dipegang Hanin, menunjukkan garis berwarna merah dan jumlahnya dua, yang mana itu artinya Hanin positif hamil.

Hanin menangis sejadi-jadinya di sana. Meratapi nasib malangnya seorang diri. Menanggung sesuatu yang mungkin seharusnya tidak terjadi pada dirinya.

Ya Allah, aku harus gimana? ratapnya dalam hati.

✨✨✨

TBC

•TBC•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


HAIDARHEA✔Where stories live. Discover now