STIGMA-54

36.5K 6K 606
                                    

Hai aku datang lagi buat namatin cerita Stigma. Tinggal 11 part lagi dan cerita ini tamat. Setelah tamat, aku bakalan buat versi yang sama dalam bentuk AU (Alternative universe) Kepala aunya udah ada, cari aja username @hindhiastinaaa ya

Jangan lupa vote terlebih dahulu ya.

•••

Alya mengunci dirinya di dalam bilik toilet. Ia menangis dengan sejadi - jadinya disana. Tubuhnya merosot di lantai, ia memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya. Ia menumpahkan perasaanya dengan tangisan. Isakannya telah memenuhi bilik tersebut. Ia butuh ruang dan waktu sendiri untuk bersua dengan isi pikirannya sendiri. Melarikan diri dari keramaian dan berkelut dengan keheningan bisa membuat perasaanya terasa lebih baik.

Alya mencengkram bajunya kuat ketika ia merasakan nyeri luar biasa di bagian dadanya, namun ia berusaha untuk menikmatinya sesakit apapun itu. Dadanya terasa penuh dan sesak hingga ia kesulitan untuk menghirup oksigen membuat tubuhnya menjadi lemas karena kurangnya pasokan oksigen yang masuk kedalam tubuhnya. Asmanya kambuh, namun Alya berusaha untuk melawannya dengan memukul dadanya dengan kuat. Tangisnya tidak kunjung berhenti, lelehan air matanya terus menerus jatuh membasahi pipi mulusnya.

Ia hanya butuh Fajar saat ini, setiap kali dirinya kambuh, lelaki itu selalu ada untuknya hanya untuk sekedar menenangkannya dan memberikan inhaler untuknya yang selalu lelaki itu bawa kemanapun ia pergi bersamanya. Kini ia sudah pasrah karena ia tidak membekali inhaler. Alya meyakinkan dirinya jika ia bisa melawannya sendiri.

Kesadarannya perlahan diambil alih, ia tidak bertenaga hanya untuk sekedar kembali membuka matanya yang terpejam. Bahkan untuk sekedar menarik nafas saja rasanya sangat sakit di bagian dadanya. Ia terbatuk dengan dahak yang berwarna merah, alias mengeluarkan darah. Tangannya terkulai lemas di lantai. Di detik yang bersamaan ia mendengar gedoran dari luar, dan juga suara yang ia kenali adalah suara milik Kafi.

"Alya, buka pintunya ya? Kakak tau kamu ada di dalam," teriak Kafi dengan panik dari luar. Tidak ada jawaban yang diberikan oleh Alya.

"Dengerin kakak, ketuk pintu ini tiga kali kalau kamu butuh bantuan!" lanjut Kafi.

Di ambang kesadarannya, dan dengan sisa tenaganya Alya mengetuk pintu sebanyak tiga kali yang langsung dapat di dengar oleh Kafi. Perasaanya campur aduk ketika mendapati pintu dalam keadaan terkunci dari dalam. Kafi tidak akan memilih cara mendobrak pintu karena ia tidak tahu posisi Alya di dalam sana, oleh karena itu ia meminta bantuan staff rumah sakit yang untungnya bergerak cepat hingga akhirnya pintu tersebut berhasil terbuka.

Kafi menghampiri Alya yang sudah tidak berdaya itu, kemudian membantu adik perempuannya itu untuk menggunakan inhaler, namun alat itu seakan tidak mempan untuk digunakan dalam keadaan yang sudah parah seperti ini. Kafi segera menggendong tubuh Alya dan berlari untuk membaca Alya ke Unit Gawat Darurat.

Alya harus menjalani beberapa pemeriksaan ketika dokter mengatakan bahwa ada penyakit serius di dalam tubuh Alya, yaitu pada bagian paru - parunya yang harus segera di deteksi dari beberapa jenis pemeriksaan bertahap yang mengambil tindakan itu adalah dokter Farhan, dokter yang menanganinya sejak bayi.

Beberapa pemeriksaan yang harus Alya lakukan adalah CT scan paru-paru dengan atau tanpa zat kontras, foto rontgen dada, pemeriksaan dahak dan biopsi jaringan paru, serta yang terakhir adalah endoskopi pada paru-paru. Tidak tanggung - tanggung membutuhkan waktu satu kali dua puluh empat jam sampai semua hasil pemeriksaan keluar, dan masih perlu dibaca secara keseluruhan oleh dokter spesialis penyakit dalam.

Dokter Farhan langsung memanggil orang tua Alya untuk memberitahukan perihal penyakit mematikan yang sudah di idap oleh Alya selama enam bulan terakhir ini namun pasien tidak mengetahuinya dan menyepelekannya.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang