STIGMA-18

53.6K 8.5K 2.6K
                                    

Aku tuh ngebet banget pengen terus update,  pengen deh lupa punya cerita di wattpad dan nggak inget update. Hehe.

•••

Alya mendatangi sekolah dengan bantuan satu tongkat yang menopang tubuhnya. Sesampainya ia disekolah, Alya langsung diseret paksa oleh Jelita bersama dua temannya yang lain, yaitu Norra dan Anindya hingga tongkatnya terjatuh. Semua orang yang berada disekelilingnya mendadak tuli ketika ia mengharapkan sebuah pertolongan. Mereka semua merasa takut terseret dan berurusan dengan sekelompok pembully di SMA Dawana. Jelita menyeret Alya ke toilet dan mendorongnya masuk ke salah satu bilik toilet dengan kasar.

"Makasi ya udah dateng ke sekolah lagi. Tau aja tangan gue lagi gatel pengen bully lo." ujar Anindya dengan enteng.

"Sehari nggak bully lo tuh rasanya nggak afdol, kayak ada yang kurang gitu." imbuh Norra setuju dengan Anindya.

"Besar juga ya nyali lo buat nunjukin muka di depan kita." Jelita menambahkan dan maju selangkah,"Setiap hari orang - orang pada ngomongin lo tuh, telinga lo udah kebal? Seru nggak sih selalu jadi omongan buruk banyak orang? Gue sering sih, tapi berupa pujian akan prestasi gue."

Jelita mendekati Alya dan memperbaiki kerah baju Alya dengan perasaan jijik, sementara Alya menatap Jelita marah,"Lo sakit hati dan nggak terima? Kalau punya keberanian, ladenin gue, bitch!"

"Aku memang bukan orang yang berani, tapi aku berusaha untuk memberanikan diri." jawab Alya seadanya.

Tidak lama kemudian, Jelita menyalakan shower yang langsung mengguyur tubuh Alya dibawahnya. Alya memejamkan kedua matanya. Ia memeluk tubuhnya dengan bibirnya yang gemetar menahan sensasi dinginnya air yang mengalir. Tidak ada yang bisa ia lakukan dalam keadaan lemah seperti saat ini. Ia berusaha untuk bangkit, namun sebelah kakinya dalam keadaan retak itu tidak bisa membantunya untuk berdiri saat ini.

Sementara Jelita dan kedua temannya sudah tertawa puas, suara tawa tersebut terngiang ditelinganya, yang membuatnya ingin menutup kedua telinganya dengan rapat. Setelah bel masuk kelas berbunyi, Jelita, Norra dan Anindya segera pergi meninggalkan Alya dengan mengguncinya dalam bilik toilet tanpa mau memperdulikan keadaannya.

•••

"Aralya Rylie?" panggil guru yang sedang mengajar dikelas, kini beliau sedang melakukan pengabsenan sebelum pelajaran akan dimulai.

Keadaan kelas hening, tidak ada jawaban dari orang yang bersangkutan. Satu kelas menoleh kearah bangku Alya, dan mereka tidak menemukan keberadaan gadis itu dikelas.

"Sekali lagi, Aralya Rylie?" tanya guru untuk yang kedua kalinya, dan masih tidak ada jawaban. Hal tersebut membuat Fajar merasa tertarik. Ia juga tidak melihat keberadaan Alya pagi hari ini. Fajar melihat Norra dan Anindya tersenyum ditempatnya, seakan mereka tahu suatu hal mengenai Alya.

Fajar menggebrak meja, menghampiri meja Norra dengan langkah lebar dan membentaknya kasar,"Dimana Alya? Lo berdua sama Jelita berulah lagi, 'kan?!" serangnya menuai keributan dikelas.

"Fajar, jaga sikapmu dikelas saya!" guru tersebut memberikan Fajar peringatan, namun Fajar sama sekali tidak mengindahkannya.

"JAWAB GUE, BANGSAT!" bentak Fajar sekali lagi dengan memulul meja, membuat Norra refleks memejamkan kedua matanya. Mendapatkan tatapan tajam dari Fajar, membuatnya kesulitan bernapas karena terancam.

"D-di toilet, gue sama yang lainnya ku-nci dia disana." jawab Norra terbata. Setelahnya Fajar segera meninggalkan ruangan, diikuti oleh guru dan sebagian penghuni kelas yang menaruh rasa penasaran.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang