Langit tidak ingin Lia kembali khawatir, jika ia bilang 'sakit' Lia benar benar benci kata itu.

Langit mengelus puncak kepala Lia yang masih menangis pelan dalam genggaman tangannya.

"Cantiknya Langit gak boleh nangis, nanti cantiknya hilang"


Lia keluar dari ruangan ICU dengan perasaan tenang, semua yang menunggunya nampak menatapnya fokus.

"Langit mau ketemu sama kalian" ucap Lia pada Kennand, Jio, Ellio, Derry, dan Axel.

"Langit bangun?!" Seru Axel. "Eh! Sadar maksudnya?!"

Lia mengangguk pelan. "Iya, dia udah bangun"

Kelimanya bangun dari duduknya kemudian berjalan melenggang masuk ke dalam ruang ICU. Terkecuali Derry entah terlalu semangat atau bagaimana sampai ia mendorong Lia tak sengaja.

"Aw! Derry! Pelan-pelan dong!" Peringat Lia.

Langit menoleh melihat Lia yang tengah menepuk nepuk lengannya. "Oh, sakit ya? Sorry"

"Hati hati lain kali, gue belum keluar udah nyelonong masuk, pintunya kecil Lo tau" omel Lia pada Derry.

"Iya, iya, maaf"

"Punten, neng" lanjut Derry merengkuh kan punggungnya.

•••

"Langitttttt!! I miss you" ucap kuat Axel, sambil berlari menghampiri bangsal Langit.

"Axel!, Kagak boleh teriak-teriak!" Peringat Derry mengomel.

"Akhirnya Lo BANGUN JUGA-!!!" Pekik Ellio di akhiri suara yang keras.

Langit tersenyum paksa, baru saja ia bangun dan merasa baru lahir kembali sudah ada para beban di dalam pandangannya.

"I miss you, i love you, muach"

"Jijik Lo tau," ucap Langit. "Gue mending koma lagi dah, baru juga sadar udah ada babu di depan mata gue" lanjutnya.

"Dih, emang pas koma Lo ngapain?" Tanya Ellio sinis.

"Travelling sendirian, sampe niatnya satu dunia mau gue datengin" jawab Langit.

Derry mengangkat sebelah alisnya. "Emang iya?"

"Iya lah, cobain aja Lo ke tengah rel kereta api, Lo tunggu kereta dateng jangan minggir, nah baru bisa Lo rasain"

"Itu mah bukan koma, tapi Man Rabbuka" ucap Axel.

"Lo bingung ya ji?" Derry bertanya. "Gausah Lo cari tau" lanjutnya.

Pandangan Jio menurun, menatap kalung salib yang ia kenakan, kemudian mengangguk. "Ah iya ya, gue kan Kristen gue lupa"

Semuanya terdiam begini kondisi perbedaan dalam pertemanan mereka, bikin puyeng emang.

"Kennand," panggil Langit yang membuat Kennand memanggut merespon panggilannya.

"Siapa?" Tanya Kennand to the point, Langit sudah tau Kennand akan bertanya ini.

"Bukan anak buahnya Leon" jawab Langit menggeleng pelan.

"Terus?"

Langit menarik nafasnya panjang. "Dia ngikutin gue dari keluar gerbang sekolah, sampai hampir deket komplek perumahan nya Lia,-"

"Dari gerbang sekolah? Terus?"

"Dia nabrak motor gue dari belakang habis itu, gue gak inget apa-apa, bahkan gue ditusuk aja gue gak tau, gue gak sempet liat mukanya, apalagi yang lain" ucap Langit menjelaskan.

Kennand Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang