41. Tercipta Untukku (Chapter Bonus)

42 1 0
                                    

"Udah bangun?" Tanya Adit dari seberang telepon.

"Udah, baru selesai mandi" jawab rara sembari mengeringkan rambutnya.

"Jangan sampai telat, ini hari pertama kamu masuk kuliah sayang" ingat Adit.

"Iya, kamu udah di kampus?" Tanya rara.

"Aku___" tiba-tiba telepon terputus.

"Lah kok putus?" Rara bingung kemudian meletakkan hpnya, lalu bersiap ke kampus.

15menit kemudian

"Adit?" Rara kaget melihat Adit yang sudah berada di teras sedang berbicara dengan ayah.

"Pergi dulu ya om, tante" pamit Adit pada ayah dan bunda.

"Kamu tuh ya, selalu aja buat aku jantungan. Pulang gak ngabarin aku, kayak hantu tiba-tiba nongol aja, kebiasaan!" celoteh rara memukuli lengan adit pelan.

"Haha... Kamu tuh cantik kalo lagi marah atau ngambek kayak gini, selalu buat aku kangen" ledek Adit yang kini melajukan mobilnya.

"Aku cuma mau nganter pacarku di hari pertama kuliahnya" jelas Adit sembari menarik kepala rara agar bersandar di bahunya.

"Kamu ganti parfum?" Tanya rara pada Adit ketika mencium parfum dengan aroma cokelat.

"Iya, kamu suka?" tanya adit

Rara hanya menganggukan kepalanya.

"Aku bisa nempel terus sama kamu kalo nyium bau parfum kamu ini" cicit rara.

"Hahaha... Memang mau aku gitu" Adit tertawa mendengar perkataan rara.

***

"Sana masuk" suruh adit ketika sudah berada di depan kampus rara.

"Takut" jawab rara pelan.

"Gpp, kamu sama aku berani. Ketimbang masuk kampus takut" ujar Adit sembari mencolek hidung rara.

"Sama kamu dari dulu juga aku gak pernah takut, ini kan beda" gerutu rara yang sudah dag dig dug tak karuan.

"Sini" Adit meraih kepala rara lagi kemudian mencium pelan puncak kepalanya.

"Biar kamu gak takut lagi" ujar adit tersenyum.

"Kamu tuh ya" rara memukul kecil lengan Adit, kemudian bergegas turun.

Baru melangkah, Adit sudah menelponnya.

"Kenapa?" Tanya rara heran kenapa Adit menelponnya.

"Tadi aku lupa bilang" ujar adit

Bruk... "Maaf" ujar rara pada seseorang yang dia tabrak ketika memasuki pintu kampus.

"Tuh kan, baru juga aku mau bilang jangan nabrak orang, kamu udah nabrak orang" ujar adit.

"Gak sengaja, memang kenapa?" Tanya rara heran.

"Nanti kayak aku, karena kamu tabrak jadi cinta" Adit menjawab cepat.

"Hahaha.... Itu tadi perempuan sayang. Masa' iya dia cinta sama aku" rara tertawa mendengar perkataan adit.

"Ya udah, sana masuk kelas" suruh adit
Kemudian telepon terputus.

***

"Siapa?" Bisik Ecy ketika Adit sudah menjemputnya.

"Pacar gue, bye gue duluan ya" rara melambaikan tangan pada ecy teman barunya di kelas.

"Temen baru kamu?" Tanya Adit pada rara yang sudah duduk di dalam mobil.

"Iya, agak tomboy ya haha" rara tertawa.

"Gimana tadi hari pertama kuliahnya" tanya adit penasaran.

"Tadi aku telat masuk kelas, karena cari-cari kelas, aku duduk agak lama di depan kelas. Aku kira aku salah kelas, soalnya pas aku liat dari jendela kaca kelas isinya cowok semua, eh ternyata bener ketika dosennya manggil terus nanya nama aku mungkin karena liat aku pelanga pelongo di depan kelas" jelas rara.

"Jadi primadona dong di kelas" ledek adit

"Haha... Itu tadi kan cewek juga, ecy nama- nya. Anaknya baik, Ah aku salah ambil jurusan adiit..." Rara memukul kecil kepalanya sambil menghela nafas sebal.

"Gak masalah sayang, apapun yang kamu ambil aku selalu support kamu. Kamu harus semangat, jurusan apapun kamu tetap aja nanti aku maunya kamu fokus sama anak- anak kita, biar mereka gak kekurangan kasih sayang karena kedua orang tuanya sibuk kerja, kayak aku" celoteh adit.

"Kamu gak boleh ngomong gitu, kan itu buat kamu dan maura juga. Buktinya mereka berhasil didik kamu, sampe kamu jadi salah satu murid pinter di sekolah" rara mencoba menghibur Adit.

Adit hanya menarik segaris senyum.

"Kamu paling bisa nyeramahin aku ya" cicit Adit.

"Besok kamu ultah, kamu mau kado apa?" Tanya rara mengingat besok adalah ultah Adit.

"Ngabisin waktu berdua kamu karena ini tahun pertama ultah aku sama kamu, terserah mau kemana yang penting sama kamu, makanya aku usahain buat pulang" jawab Adit sembari merangkul rara, kembali membuat rara bersandar di bahunya.

Sudah kebiasaan Adit menyandarkan kepala rara di bahunya, Adit pernah bilang jika rara bersandar di bahunya semua akan terasa jauh lebih ringan, dan membuatnya tenang.

"Iih kok jagoan, berubah jadi kayak anak SD minta permen ya" rara selalu tertawa setiap kali melihat adit sudah mulai bertingkah seperti ini.

"Haha... Kamu tuh ya" adit mencubit pipi rara.

"Hari ini kamu belum nyanyi buat aku, aku rindu dengerin suara kamu bernyanyi secara langsung, dari pada lewat telepon" suruh rara, karena memang biasanya Adit selalu bernyanyi untuk rara lewat telepon.

Aditpun bernyanyi lagu kesukaannya (Ungu - Tercipta Untukku)

"Kenapa kamu suka lagu ini?" Tanya rara penasaran.

"Gak tau kenapa, tiap aku denger lagu ini, buat aku selalu ingat kamu" jawab Adit.

"Dan sekarang tiap kali aku denger lagu ini, aku juga selalu ingat kamu" celetuk rara yang kini ikut bernyanyi bersama Adit.

THE END


Kedatanganmu yang selalu tiba-tiba.
Selalu mampu membuat aku bahagia.
Sama halnya seperti hujan yang datang tiba tiba membasahi, tapi selalu mampu membuat aku bahagia berada di bawahnya. Sejak kenal kamu aku jadi suka hujan, tiap kali hujan datang entah kenapa aku merasa kalo kamu selalu ada di dekat aku.

Terima kasih sudah hadir di hidup aku

Terima kasih sudah menjadi penyemangat aku.

Terima kasih selalu ada buat aku.
Walaupun awalnya bagiku kamu orang yang begitu menyebalkan tapi pada akhirnya semua hal yang kamu lakuin ke aku membuat aku selalu tersenyum ketika mengingat semua hal tentang kamu. sedikitpun aku tidak pernah menyesal sudah mengenal kamu.

(Aurora Kinandra)

SATU NAMA, SEBUAH CERITAWhere stories live. Discover now