25. Fight !!!

32 2 0
                                    

"Tumben dateng lebih cepet" sapa vanya yang menyusul rara berjalan memasuki gerbang.

"Gpp, kebetulan tadi abis subuhan gak tidur lagi" ujar rara berbohong. Padahal dia sudah memasang alarm lebih cepat dari biasanya, agar bisa datang lebih cepat, dan tidak telat, untuk membuktikan ke adit jika dia juga bisa lebih rapi dan tidak seperti yang di katakan lelaki itu seperti tulisan yang dia tempel kemarin di belakang pintu kamar.

"Ra, aku mau ngomong bentar sama kamu, ikut aku" ujar zaki pada rara sambil berjalan keluar kelas.

"Keluar bentar ya" rara berdiri meninggalkan vanya.

Brukk...

Tubuh rara menabrak seseorang yang baru akan memasuki pintu kelas, dengan aroma parfum yang begitu sudah tidak asing lagi bagi rara.

"Kalo jalan pake mata" ujar adit.

"Mata buat liat, kaki buat jalan" jawab rara sambil berlari mengejar zaki yang lebih dulu berjalan di depan.

Rara masih melangkah mengikuti arah zaki yang menuju ke belakang kelas, sepi tidak ada orang disana. Zaki kini sudah berdiri memunggungi tembok, matanya menatap dengan sorotan tajam ke depan.

"Kenapa?" Tanya rara bingung.

"Kemarin kamu pergi nonton sama siapa?" Tanya zaki yang kini memutar pandangan- nya ke arah rara.

"Mei" jawab rara mengubah posisi berdiri- nya, mencoba memutar posisi ikut memunggungi tembok, tidak berani melihat zaki.

"Jujur!" suara zaki lebih tegas dari sebelumnya.

"Kemarin mei diare, jadi dia gak dateng. Aku sama adit sudah nunggu lama di bioskop" jelas rara takut-takut sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kamu gak ada bilang ke aku kalo adit ikut!" ujar zaki lagi.

"Iya... Aa..aku ___" tiba-tiba kata-kata rara terputus karena zaki lebih dulu memotong perkataannya.

"Aku sudah bilang, jauhi adit.. tapi kamu gak mau denger sedikit pun perkataan aku!" Ujar zaki lantang, seolah membuat jantung rara berhenti berdetak ketika mendengar- nya.

"Aku kan sudah bilang ke kamu, adit itu pacar mei, mereka berdua sama sama temen aku gak lebih" rara mencoba menjelaskan dengan suara yang agak tinggi.

"Ra, gak ada pertemanan antara cowok dan cewek yang gak melibatkan perasaan!! Aku sudah sering bilang ke kamu, jauhi adit. Aku gak suka!! Harus berapa kali lagi aku bilang ke kamu" nada bicara zaki makin tinggi.

"Terserah kamu ki, aku capek" rara berlari meninggalkan zaki yang masih mematung berdiri memunggungi tembok kelas.

Rara bergegas masuk ke barisan kelasnya yang kini berdiri di lapangan sekolah untuk mengikuti upacara. Rara sengaja berdiri di tengah agar tidak berdiri dekat dengan zaki yang menjadi pemimpin barisan.

"Kenapa?" Tanya vanya yang berdiri di belakang rara.

"Gpp" jawab rara singkat.

Setengah jam upacara berjalan.

Penglihatan rara makin tidak jelas, badannya keringat dingin, mulutnya tak henti ingin menguap.

"Nyak, temenin gue ke UKS" rara memutar badannya ke arah vanya, tangannya berpegang kuat ke lengan vanya, seolah sudah tidak sanggup lagi berdiri.

Vanya bergegas memegangi sahabatnya itu, memapahnya berjalan menuju UKS, di bantu salah 1 anak PMR yang selalu di siagakan untuk hal-hal seperti ini.

"Makasih nyak" ujar rara yang kini duduk di ranjang besi yang ada di ruang UKS.

SATU NAMA, SEBUAH CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang