27. Belanja

170 32 9
                                    

"Basket, kuy." Ajak Ryan saat mereka duduk di bawah pohon taman sekolah.

"Sekarang?" Tanya Farhan polos.

"Ya nantilah..." Jawab Ryan dengan wajah datarnya.

"Hmm... kayaknya gue nggak bisa, deh." Kata Haris.

"Dih? Ngapa?" Timpal Juna.

"Gue udah dibooking sama emak."

"HAH?" Ketiganya kompak.

"Nggak usah aneh-aneh mikirnya." Pungkas Haris. "Gue disuruh nganterin ke rumah nenek gue."

"Oh..." Mereka kompak lagi.

"Ih! Apaan, sih, kalian!" Haris bergidik ngeri melihat ketiga temannya itu.

"Lo bisa, Han?"

"Gue nggak bisa, mau bantuin nyokap. Karyawannya izin cuti." Bukan Farhan yang menjawab, tapi Juna.

"Ya elah. Tinggal berdua doang. Ya udah, deh, kapan-kapan aja." Kata Ryan.

"Gue, kan, belum jawab gue bisa apa nggak." Kata Farhan.

"Halah, udah nggak guna." Kata Ryan.

Juna dan Haris hanya tertawa kecil melihat itu. Sedangkan Farhan memutar bola matanya jengah.

Bel tanda masuk jam pelajaran telah berbunyi. Membuat semua siswa yang sedang berkumpul di luar, berdiri dan segera melangkah menuju kelas masing-masing. Juna dan ketiga temannya pun langsung meninggalkan tempat duduk mereka di bawah pohon saat ini. Mereka kemudian berpisah ke kelas masing-masing.

Kelas Juna dan Ryan saat ini sedang belajar Bahasa Indonesia. Mereka hanya disuruh berdiskusi secara kelompok untuk membahas isu terkini lewat editorial. Ini merupakan bab pelajaran terakhir di semester ini. Artinya, mereka sebentar lagi akan melaksanakan ujian semester satu.

Setelah lama berdiskusi kemudian menuliskan hasil diskusi ke dalam lembar kertas, kini mereka mengumpulkannya ke depan. Bu Ira pun kemudian membahas secara bersama tentang apa yang telah mereka kerjakan sebelumnya.

Tak terasa, bel pulang sekolah kini telah berbunyi. Bu Ira mengakhiri kelasnya, kemudian pergi meninggalkan kelas. Alhamdulillah, kelas Juna tidak diberi tugas oleh Bu Ira. Kini para siswa sedang sibuk bersiap untuk pulang. Kelas lain bahkan sudah menghambur ke parkiran, menuju motornya masing-masing.

Juna dan Ryan juga langsung menuju parkiran, karena tidak ada hal yang harus mereka kerjakan lagi. Juna belum melihat keberadaan Nandhira di parkiran, jadi ia menunggu di belakang kelas yang dekat dengan parkiran agar tidak kepanasan. Sedangkan Ryan, ia sudah lebih dulu menaiki motornya. Kemudian menyapa Juna saat melewatinya, basa-basi biasa seperti "duluan, Jun."

Setelah menunggu agak lama, Nandhira pun muncul dari belakang juna.

"Lama, ya?" Tanyanya seraya menggandeng lengan Juna.

"Lumayan."

"Hehe, maaf. Tadi ibunya lama keluarnya." Jelasnya.

Juna tersenyum. "Iya nggak apa-apa." Juna mengusak pelan puncak kepala Nandhira. "Ayok." Ajaknya.

Mereka pun berjalan menuju parkiran dengan bergandengan tangan. Kemudian segera melaju meninggalkan sekolah. Mereka menyusuri jalanan dengan berbagi cerita tentang hal-hal yang terjadi saat di sekolah tadi. Tidak begitu banyak yang mereka ceritakan, karena jarak yang tidak terlalu jauh mengantarkan mereka dengan cepat ke rumah Nandhira.

Sesampainya di rumah Nandhira, Juna pamit langsung pulang karena ia harus membantu mamanya di toko. Ia hanya menitipkan salam kepada mama Nandhira. Setelah berpamitan, ia pun segera berlalu meninggalkan rumah Nandhira.

Unbreakable Love | Jung Jaehyun [✓]Where stories live. Discover now