Setelah menaruh map dan kertas di meja guru, kecuali Danta yang ikut ikutan agar terlihat berguna tentunya. Danta kemudian berjalan ke depan kelas lalu menengok ke arah Nara dan Danan untuk meminta persetujuan memulai yang kemudian dijawabi dengan anggukan mereka.

"Selamat pagi semuanya" ucap Danta dengan lantang.

"Pagi! Pagi! Pagi!" Jawab mereka semua dengan semangat.

"Oke. Sebelum kita memulai kegiatan hari ini, alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu dengan keyakinan masing masing. Berdoa mulai!" Perintah Danta dengan bijak.

"Selesai"

"Oke. Sebelumnya kita perkenalan terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Dantano Ephraim Al Y. dari kelas 11 MIPA 5 " ucap Danta memperkenalkan diri lalu menoleh kearah Danan dan Nara menyuruh untuk memperkenalkan diri.

"Saya Gandanan Denis Sarwapalaka 11 IPS 1" ucapnya tegas memperkenalkan diri.

"Halo semuanya, nama kakak Kareena Zora Parameswari, kalian bisa panggil kakak dengan Kak Nara dari kelas 11 MIPA 6" Ucap Nara ramah sembari tersenyum.

Dan sekali lagi, senyuman itu tak luput dari pandangan Danan. Kenapa ia baru bisa berdiri sedekat ini dengan Nara? Dan kenapa ia baru bisa melihat dan memperhatikan ekspresinya? Kemana ia selama ini? Sialan. Nara terlalu manis untuk dilewatkan.

"Oke, kami sebagai pendamping kalian berharap agar kita bisa bekerja sama dalam menyukseskan kegiatan ini. Yang pertama, kita akan melaksanakan cek atribut, ketertiban akan peraturan dan berbagai barang bawaan yang telah diperintahkan sebelumnya. Bagi yang merasa tidak lengkap bisa maju ke depan. Jika ternyata apa yang kalian lakukan tidak sesuai tindakan kalian, hukuman akan di perberat" ucap Danta dengan tegas membuat para peserta didik menegang. Salah atau tidak, takut passwordnya. Karena Suasana berubah mencekam.

"Boleh juga" batin Nara bangga akan gaya yang ditampilkan Danta.

Setelah itu, siswa baru yang merasa salah maju kedepan. Para pendamping berjalan memeriksa tiap siswa. Setelahnya, Nara dan Danan menggiring siswa siswi yang teledor itu ke lapangan utama. Nara benar, ia akan melewati tangga marmer itu berulang ulang kali nantinya, seperti saat ini. Sesampainya di lapangan utama, disana terlihat sudah ada kelas lain yang sedang diintrogasi para pendampingnya. Danan dan Nara juga akan melakukannya. Ingat, prosedur team.

Setelah dibariskan, Nara mencatat kesalahan kesalahan apa saja yang mereka perbuat.

"Apa pembelaan kalian?" Tanya Danan dengan datar.

"Siap lupa Kak"

"Siap! papan namanya dirobek adek kak"

"Siap! buru buru kak"

"Bisa bisanya kalian seteledor itu? Para pendamping udah capek capek rapat pas libur sampe nginep di sekolah biar gimana nyuksesin kegiatan ini dan yang kalian lakuin cuma gitu?" Jawab Danan sakartis dengan tatapan mengintimidasinya.

Suasana bertambah mencekam.

"Danan lebih oke dari Danta, sip tugas gue emang cuman berdiri. Mantap" batin Nara kesenangan dengan wajah yang ia netralkan.

"Kenapa diem? Ngerti kalian?" Lanjut Danan dengan tegas dan keras.

Merasa suasana sudah sangat mencekam, Nara berinisiatif mengambil tindakan.

"Besok tertib, bisa?" Ucap Nara tenang dan tegas dalam satu kalimat.

"Siap bisa kak" jawab mereka bersamaan.

"Hukuman tetap hukuman. Masalah besok kalian yang menentukan. Dari kami, kami berharap bisa bekerja sama agar dalam kegiatan ini berjalan dengan lancar dan kejadian seperti ini tidak terulang lagi, mengerti?" Ucap Nara tegas.

"Mengerti kak"

"Tegas dan tenang" batin Danan dengan menaikkan satu ujung bibirnya samar.

"Zam, urus nih IPS 1" perintahnya kepada Alzam yang menjadi salah satu pengurus para peserta didik baru yang melanggar.

"Balik" ucap Danan pada Nara yang dijawabi anggukan Nara.

•••

Selama perjalanan ke kelas, hanya keheningan yang mengisi langkah mereka. Canggung. Kata itulah yang mendeskripsikan suasana kali ini. Didepan kelas terlihat Danta yang sedang bersandar pada dinding dengan satu kaki yang ia tekuk lalu telapak kakinya ia tempelkan pada dinding. Tanganya bersedekap dengan kepala mengadah keatas sembari mata yang tertutup.

Mendengar ketukan langkah kaki, Danta membuka matanya, menolehkan kepala mengarah sumber suara. Kakinya berjalan kearah mereka berdua.

"Diem diem baek, ngopi ngapa ngopi" suara tengilnya kembali berulah dengan tangan yang kemudian merangkul pundak mereka berdua.

Sial, wajahnya tengil bin sok akrab.

"Ada info?" Tanya Danan dengan tangan melepas rangkulan raja sokab itu.

"Sepuluh menitan lagi Pak Solihin selesai ngasih materi. Abis itu kita masuk sekitar sepuluh menitan sambil nunggu anggota lain masuk. Oh iya atas nama Abraham Abraham itu bolos hari ini. Catet Ra" jawab Danta lugas yang langsung di lakukan Nara.

Mereka berdua yang melihat posisi Narapun tersenyum, benar kata Danan. Nara terlalu manis untuk dilewatkan.

"Serius amat neng, pipinya jatoh tuh" goda Danta melihat wajah Nara yang serius saat menulis sembari berjongkok. Pipinya yang cabi sangat tampak dalam posisi seperti itu.

Pada saat bersamaan, Nara yang selesai akan kegiatannya langsung berdiri. Ia menabok lengan Danan dengan cemberut.

"Ih kesel gue sama lo, pokoknya gua ngambek!" Ucap Nara yang cemberut dengan tangan bersedekap dan kepala yang ia palingkan.

"Ngambek kok bilang bilang" celetuk Danan gemas tanpa sadar.

"Sapa Lo? Gue libur ya ngomong sama kalian" jawab Nara yang kini benar benar membalikkan badannya.

Lucu, ramah, ngambekan. Menggemaskan.

Opini opini itu muncul sebagai penggambaran karakter Nara. Cewek yang sepertinya tidak tertarik terhadapnya.

Ia ingin tau lebih.

Hari ini, esok atau nanti sekalipun.

Ia akan mencari tahu.

Tunggu Nara.

•••

August 29, 2021

Makin lama makin panjang aja ya?
Makin lama makin asik juga nih guys.

Menurut kalian gimana?

Treated Like a QueenWhere stories live. Discover now