Opini

42 23 3
                                    

Anak tangga yang dilapisi marmer abu abu terlihat bersinar dari sudut manapun. Mungkin daun saja akan menyingkir malu untuk menapakinya. Bentuknya yang lebar, bersih dan terawat, bisa saja menjadi semangat semua warga Spiral untuk berlalu lalang. Mungkin. Padahal, melihatnya saja bisa membuat seseorang menghembuskan nafas pasrah. Bukan masalah betapa eksotisnya tangga tersebut, tetapi berapa banyak Nara akan berlalu lalang melewatinya.

Ya, Nara si anak mageran.

Yang Nara masalahkan adalah mungkin dalam sehari ini, ia akan melewatinya belasan kali. Entah itu untuk panggilan, mengambil sesuatu, rapat dadakan atau apapun. Nara tak mau membayangkannya. Sial, membayangkan saja sudah membuat Nara capek.

"Siapa anjir yang bikin gue jadi pendamping kelas arwah?!" Kesalnya heran.

"Eits, ngapain sih ngomel mulu?" Ucap Danta yang tiba tiba datang langsung merangkul pundak Nara.

"Ish, kebiasaan ya lo dari dulu! Ngagetin doang kerjaannya" omel Nara langsung menempeleng kepala Danta. Ia kesal.

"Dari pada lo, kerjaaan kok nempelengin kepala orang" jawab Danta sambil mengusap bekas tempat tempelangan Nara.

"Aishh kesel gue, lagian mana sih si Danan Danan itu?! di grup bilangnya o ka o ka doang, nyatanya belum nongol tuh" cibir Nara kesal.

Sebelumnya memang mereka sudah janjian akan ke arwah bersama. Biar ga garing kata Nara. Sudah dibalasi "Siap kanjeng nyai" oleh Danta di sertai emoticon laki laki berbaju biru yang terduduk di bawah menghadap kiri seperti bersimpuh dan "ok" oleh Danan di grup wa mereka.

"Sorry tadi ngambil presensi peserta MOS dulu" ucap Danan yang tiba tiba datang dengan tangan yang menenteng map. Data presensi dan materi.

"Sans, gue juga baru sampai kok, ya kan, Ra?" ucap Danta meyakinkan yang hanya di balas deheman Nara yang terlihat cemberut.

Air muka Nara yang sebenarnya diperhatikan tidak sengaja oleh Danan itu membuat satu kata terlintas dipikiran Danan. Gemes.

"Cemberut aja sih lo, cepet tua baru tau" ejek Danta sambil mencubit hidung Nara.

"Apa sih? Sok kenal sok deket lo" jawab Nara sambil melepas rangkulan Danta kemudian berjalan menuruni tangga dengan wajah yang terlihat kesal.

"Heh tungguin anjir, yok Dan" ucap Danta sambil berjalan cepat menuruni tangga.

"Biasa, masih kencing darah gitu. Bisa makan manusia bulet bulet itu masa period gini" lanjutnya kepada Danan setelah bisa mengimbangi jalan Nara yang berada di depannya.

"Gue denger ya gembel!"

•••

Para peserta didik baru riuh saling mengobrol terdengar hingga luar kelas. Dilain tempat, para pendamping sudah bersiap masuk sesuai dengan prosedur masing masing team yang telah di sepakati sebelumnya. Tim Nara sudah berdiri di depan kelas 10 IPS 1 dengan Danan yang menenteng map yang berisikan kertas putih bertuliskan data presensi beserta materinya dan Nara yang membawa kertas folio yang ditempeli nama tiap peserta didik baru untuk nantinya ia menulis kesalahan para peserta nantinya.

Ya, itu tugas Nara dalam team. Seperti sekretaris yang akan mencepukan kesalahan mereka. Nara tertawa dalam hati memikirkannya. Jangan lupakan Danta sebagai ketua dan Danan menjadi manusia serba melakukan apa saja nantinya. Itu yang mereka musyawarahkan dan sepakati sebelumnya.

Setelah masa istirahat upacara habis, Danta mulai berjalan memasuki kelas dengan gaya angkuhnya. Diikuti Danan dan Nara dengan jalan yang biasa. "Sok banget si Danta" batin Nara sambil melihat gaya Danta.

Treated Like a QueenWhere stories live. Discover now