Takdir

79 31 41
                                    

Deringan alarm terdengar memenuhi setiap sudut kamar. Suara itu membangunkan Nara yang masih dalam gulungan selimut hello kitty kesukaannya. Tangannya reflek mematikan alarm dengan mata terpejam. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya. Ia termenung sembari mengumpulkan nyawa. Setelahnya, kakinya berjalan ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

Setelah mandi ia langsung menata rambut dan memakaikan bedak bayi di wajahnya yang mulus itu.

Gerakannya terhenti ketika Nara mendengar pintu kamarnya terbuka. Ia tolehkan kepalanya ke arah pintu.

"Sinten heh?" Tanya bundanya dengan wajah cengo. Bersamaan dengan itu terdengar suara panci terjatuh dengan nyaringnya.
(Siapa hei?)

Awalnya bunda Nara - Hanin, berniat membangunkan anaknya yang susah bangun itu dengan suara panci yang ia tabuh. Pasalnya anaknya ini memang sekebo itu dengan kebiasaan begadang untuk marathon drakor, membuat ia menyimpulkan bahwa anaknya ini masih terlelap. Kesimpulan itu lah yang membuat ia mempunyai ide untuk menge-prank anak kebonya itu.

Dan lihat! Siapa yang terkena prank sekarang.

"Apa sih bunda?" Jawabnya dengan malas. Nara sudah tau tabiat bundanya ini.

Hanin berjalan mendekati Nara yang terduduk si depan meja riasnya. Ia memegang kedua pundak Nara yang terlapis kemeja putih dengan kaki menekuk menyamakan tinggi Nara yang sedang duduk.

"Ini anak Bunda?" Ucap bundanya dengan ekspresi masih terkejut.

"Ini beneran Adekkan? Yaampun perawan Bunda jam segini udah rapi. Ga sia sia selama ini bunda bangunan kamu pake panci, udah kena mental ya?" Lanjutnya heboh kemudian memasang wajah tengil dengan tangan sudah menangkup wajah anaknya.

"Ih Bunda" rengeknya dengan kesal sambil menarik tangan Ibunya ke ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, Nara langsung duduk di kursinya, mengabaikan tatapan terkejut dari ayahnya, Haris.

"Tuh, Ayah aja bengong gitu liat kamu udah rapi jam segini, ya ga Yah?" Ucapnya menggoda Nara.

Bibir Ayahnya tersenyum tipis. "Kalo kamu kesurupan jadi rajin gini, Ayah gapapa deh kamu kesurupan tiap hari" Goda ayah Nara yang ikut ikutan menggoda Nara.

Dengan wajah kesal, Nara tetap melahap sarapannya mengabaikan godaaan orang tua nya.

"Ini kita perlu buat pengajian ga, Yah? Ini keajaiban tahu, perlu di syukuri" Ucap Hanin dengan wajah menggoda sambil menoel dagu Nara.

Nara yang sudah selesai sarapan langsung berdiri. "Bangun siang salah, bangun pagi salah. Udahlah Nara berangkat" Ucapnya sambil mengadahkan tangan kanannya ke arah bundanya.

Setelah menyalimi bundanya, Nara kembali mengadahkan tangannya. "Apa?" Tanya bundanya dengan kening berkerut.

"Uang saku bunda, ish" kesalnya dengan kaki yang ia hentakkan.

"Oh bilang dong" balasnya dengan mengeluarkan uang.

Dengan malas ia berjalan ke arah ayahnya. "Ayah, Adek tunggu di mobil ya", ucapnya malas berada di ruangan itu. Menurutnya, ia bisa frustasi bila berlama lama dengan mereka. Walaupun begitu ia tetap sangat menyayangi orang tuanya yang konyol itu.

"Heh ini jasnya di pake heh, bisa bisanya anak seceroboh kamu keterima OSIS, nyebut bunda" ucap Hanin menuruni tangga sambil membawa jas OSIS Nara dengan menggelengkan kepala.

Nara hanya cengengesan kemudian memakai jas abu abu dengan aksen putih tulang di beberapa bagian sebagai identitas OSIS. Karena hari ini adalah masa orientasi siswa baru, setiap OSIS diharuskan memakai jas identitasnya.

Treated Like a QueenWhere stories live. Discover now