Setan dan Lalat

102 33 44
                                    

Suara ombak terdengar bersama sayup sayup daun kelapa saling bergesekan. Angin berhembus menyapu setiap inci wajah seseorang yang duduk sendirian. Terlihat tangannya mengepal menggenggam pasir menahan amarah. Air muka yang terlihat jelas bahwa ia sedang murka.

"Sialan!" Decaknya mengingat apa yang tadi ia lihat.

"Gue kurang apa anjing! Gue ga jelek jelek amat, Gue pinter, kenapa sih masih aja di selingkuhin!" monolognya marah sedikit teriak.

Benar.

Dia baru saja di selingkuhi dibawah langit oranye menyinari.

Beberapa orang duduk di pasir menikmati pemandangan senja di ufuk barat. Nara salah satunya. Ia duduk di cafe yang terletak di bibir pantai sembari menyeruput red velvet dingin. Ia mengedarkan pandangannya, tetapi ada yang salah disini.

Netranya tanpa sengaja menangkap pasangan yang sedang bercengkrama mesra. Sialnya cowo tersebut adalah pacarnya.

Nara yang geram berjalan mendekat ke arah pasangan yang membelakanginya itu.

"Sayang?" Ucap kaget Layton melihat Nara berjalan di sampingnya.

"Aish" ucapnya sudah didepan pasangan itu sambil menepuk jidat.

Satu kata yang di pikirkan Nara.

Malu.

Bisa bisanya Layton memanggilnya sayang di saat ia sendiri berselingkuh.

"Lo ngapain si Allahu! Bisa bisanya main belakang, sama badut kaya gitu lagi! Iuh malu maluin banget sih! Kalo mau selingkuh tuh cari yang lebih cantik dari gue bisa ga si?! Nah ini sama lalat nemplok sana nemplok sini" cerocosnya geram tanpa memberikan kesempatan Layton untuk berbicara.

"Udah lah kita putus ga cocok inces sama pelayan" lanjutnya langsung berjalan tanpa mendengarkan teriakan Layton menjelaskan.

Ia menegakkan pundaknya dengan tangan yang mengepal lalu ia pukulkan ke pahanya. "Aish Layton goblok! Matanya dimana sih sampe sia sia-in gue buat pantat panci gitu, no have akhlak lagi" sambungnya masih mengomel.

Ting

Ting

Ting

Suara notifikasi yang sejak tadi ia abaikan kembali terdengar. Suara suara itu membuatnya geram.

"Argh! Siapa sih dari tadi, gatau apa kalo gue butuh angry time ala ala!" Omelnya sambil membuka handphonenya.

Layton
sayang maaaf sayaanggg
itu ga kaya yang kamu kira sayanggg
aku mau sama kamu sayang
aku bakal jujur sama kamu semuanya
aku bakal putusin dia tapi aku butuh waktu
sayang plis aku maunya sama kamu
aku janji aku bakalan sama kamu
percaya atau ga terserah kamu
yang penting aku udah jujur

7 panggilan suara tak terjawab
8 panggilan video tak terjawab

Beberapa pesan ia baca, selebihnya ia muak setelah tanpa sadar netranya langsung membaca pesan terakhir dari Layton.

Nara langsung berdiri. "Bangsat Layton! Playing victim banget sih, Lo?!" Ia memaki ponsel yang diletakkan di depan wajahnya seakan akan ponsel tersebut adalah Layton.

"Itu emang salah Lo, sialan! Segala bilang yang penting jujur yang penting jujur, matamuu! Itu karena Lo udah ketahuan setan! Pantes nama Lo Layton sifat lho aja kaya syaiton ish!" Lanjut monolog Nara sambil menghentak hentakkan kakinya.

"Hah!"

Nara menghela napas dengan kasar lalu ia arahkan fokusnya ke langit bersama bulan setengah itu.

"Senja gue ternodai kan gara gara pemandangan tadi" kesalnya dengan cemberut.

Suara deringan kembali terdengar. Nara kembali mengecek handphone nya. "Ck, siapa lagi sih?!" Ucapnya merasa terganggu.

Ia langsung menyambungkan telfonnya setelah melihat siapa nama sang penelfon.

Bundahara

Iya, Bundanya.

"Halo assalamualaikum, Bunda" ucapnya

"Nara udah makan kok, udah sholat juga"

"Iya habis ini ya, Bunda. Lagian disini gabisa cuci mata udah gada orang"

"Iya Bunda tenang aja Nara bakal hati hati"

"Iya Bunda, Waalakumsalam"

Telfonnya pun terputus setelah Bundanya menyuruh Nara pulang dengan "hati hati".

"Astaghfirullah, Nara!" Ucapnya dengan menepuk jidatnya.

Selepas di telfon bundanya, ia teringat tingkah laku dan omongan kasar yang sejak tadi Ia keluarkan. Nara sebenarnya cewe manis yang ramah. Hanya saja ketika ia sudah marah besar ia akan menjadi singa.

Tadi itu beneran singa kan?

Entahlah, terserah kalian menamainya apa, karena sekarang yang ada hanya rasa menyesal.

Bundanya memang tempat untuk mengingatkan dosa. Top markotop deh.

"Kalo ada bunda udah kena damprat deh kayanya nih mulut" ucapnya dengan senyum menyungging sambil membayangkan sembari menabok mulutnya pelan.

Ia memandang lurus deburan ombak. Memerhatikan tiap riak pantai yang silih berganti. Rambut pendeknya berterbangan tertiup angin. Menikmati setiap suara ombak yang menenangkan sambil menutup mata.

Tenang.

Setelah tenang ia langsung membuka mata. Melihat letak dimana matahari biasanya tenggelam.

"Gagalkan liat senja"

"Kayanya emang ga cocok deh jadi anak indie, lagian sok sokan banget sih, Nara!" lanjutnya dengan wajah cemberut dan lesu.

Nara lalu berdiri sembari membersihkan celana panjangnya yang kotor. Setelah selesai netranya kembali memandang lurus tepat dimana matahari tenggelam dengan kedua tangan memegang pinggang menantang.

"Hah" Nara kembali menghela napas.

Ia termenung menunduk lalu menatap lurus kembali.

"Nama Zora emang ga pernah cocok sama senja deh kayanya".

Nara suka senja.

Tapi Zora adalah matahari terbit.

Kareena Zora Parameswari.

Nara.

•••


August 15, 2021

Siapa nih yang disini pengen jadi anak indie tapi selalu gagal kaya Nara?

Tapi kata Nara gapapa, dia jadi tau kalo si syaiton itu ga bener. Dia juga bilang kalo kalian mau hujat syaiton gapapa banget.

Dipersilahkan.

Treated Like a QueenWhere stories live. Discover now