Bertindak

1.2K 209 7
                                    

Hampir tengah malam, Aldebaran berjalan di lorong aparteman yang sudah lama tidak dia pijak. Aparteman yang dulu menjadi rumah pelariannya ketika suntuk untuk pulang. Tapi, kali ini bukan apartemannya yang dia tuju. Unit di sampingnyalah yang menjadi tujuannya.

Dengan tidak santai, Al menekan bel aparteman milik sepeupunya itu. Siapa lagi, kalau bukan Dion. Laki-laki yang akhir-akhir ini mengusik ketenanganya. Rekaman CCTV gerbang rumahnya lah yang membawanya ke sini.

Aldebaran semakin kesal, ketika pintu itu tidak kunjung di bukakan. Padahal dari informasi yang dia dapat dari resepsionis, laki-laki itu baru saja sampai.

"BUGH!"

Kepalan tangannya mendarat mulus di pipi kiri Dion. Ketika laki-laki itu baru saja membuka pintu.

"APA APAAN WOY!" Teriak Dion bangkit dari tersungkurnya.

Aldebaran yang sudah di selimuti amarah itu memaksa masuk, lalu mencengkram kerah baju Dion.

"Lo boleh hancurin hidup gue. Tapi, jangan mama gue!" Ucap Al dengan mengerang.

"Maksud lo apa? Gue gak ada ngusik tante Rossa!" Balas Dion dengan tatapan mata tajam.

Aldebaran tertawa sinis. "Lo kira gue gak tau! Lo kan yang udah bawa mama gue ke makam Roy!" Teriak Al.

Setahun lamanya Al berusaha menahan mamanya untuk tidak berziarah ke makam almarhum papanya. Menutupi semuanya dengan segudang alasan. Jelas itu bertujuan agar mamanya tidak melihat ketiga makam baru itu. Cukup sekali, dulu mamanya tahu jasad mereka di kebumikan. Dan setelahnya, guncangan besar terjadi pada psikis mamanya. Dan hari ini dengan tidak merasa bersalahnya, laki-laki di depannya ini menghancurkannya. Dan berujung kondisi mamanya yang makin memburuk.

"Lo sudah melewati batas Dion!" Tegas Al.

Dion melepas kasar cengkraman Al. Lalu tertawa ringan, "gue hanya mau ngasih tahu sebuah kebenaran. Apa gue salah?" Ucapnya.

Wajah songong itu benar-benar memantik amarah Al semakin besar. Tangannya mencengkram kuat, menahan untuk tidak lagi melayangkan pukulan pada sepupunya itu.

Aldebran mengontrol nafasnya yang memburu, lalu menatap tajam Dion.
"Lo sengaja kan?" Tanya Al masih di penuhi amarah.

"Kalau gue sengaja, lo mau apa?" Ucap Dion dengan wajah santai.

Laki-laki di hadapannya ini benar-benar mempermainkan emosinya. Jelas dia tidak terima, orang yang dia sayang justru semakin di hancurkan. Dan itu benar-benar membuat separuh jiwanya tersayat-sayat perih.

"BUGH!" Satu bogeman kembali mendarat di pipi kanan Dion.

"Lo sudah salah sedang bermain-main dengan siapa?" Geram Al.

Dion, laki-laki itu tidak terima. Lalu membalas pukulan Al. Tapi, Aldebaran lebih cekatan untuk menghindar. Pukulan itu meleset dan menghantam meja di sampingnya.

Aldebaran tersenyum miring, melihat Dion yang kesakitan mengibas-ngibaskan tangannya.

"Lemah." Ucap Al.

Al mencengkram kerah baju Dion. Laki-laki itu tidak berdaya, karena sejak tadi berada di bawah kungkungan Al.

"Lo yang mulai duluan. Gue yang mengahiri. Lo salah berhadapan dengn gue." Ucap Al penuh penekanan.

Aldebaran pun melepas kasar tangannya, membuat Dion sedikit terpental. Lalu tangannya dia tepukkan satu sama lain, seakan tengah membuang debu dari telapak tangannya.

Dengan langkah santai, Al keluar dari aparteman itu.

Sedangkan Dion. Laki-laki itu tengah menyeka bibirnya yang terasa perih. Bogeman Al benar-benar tidak main-main. Bisa membuat bibirnya sedikit robek.

Sincerity Of Love (END)✔Where stories live. Discover now