Senyum Yang Hilang

1.8K 264 16
                                    

Al berjalan gontai masuk ke dalam rumahnya. Jam 11 malam, dirinya baru saja sampai di rumahnya. Suasana terlihat sepi. Sepertinya penghuni rumah yang cukup luas itu sudah bersua dengan mimpi.

“Al!”

Panggilan itu, menghentikan langkahnya. Al yang sejak masuk tadi menatap kosong, kini menoleh ke sumber suara.

“Kok belum tidur ma?” kagetnya.

Bu Rossa yang sejak tadi duduk di sofa ruang tamu, berdiri dan berjalan menghampiri putranya. “Mama gak tenang, mikirin kamu. Jadi mama gak bisa tidur.”

“Gimana tadi?” tanya Bu Rossa.

Al menggelengkan kepalanya pelan, lalu berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Al memejamkan matanya menyandar pada sofa yang cukup empuk itu.

Pikiran perempuan paruh baya beranak dua itu mulai di penuhi tanda tanya. Rasa penasarannya kian nyata ketika Al memukul-mukul pelan kepalannya dengan genggaman tangannya sendiri. Bu Rossa paham, ada sesuatu terjadi di balik ini. Sepertinya sesuatu yang buruk.

“Kenapa?” tanya Bu Rossa yang kini sudah duduk di samping Al.

“Tidak semudah apa yang Al bayangkan ma.” Tutur Al dengan mata yang masih saja terpejam.

Bu Rossa menghela nafas pelan. Dia paham ke mana arah pembicaraan putranya itu.

“Yang mama tahu, anak mama ini pantang menyerah dalam hal apa pun.” Ucap Bu Rossa memberi semangat.

“Secinta apa sih  kamu dengan dia?”

Pertanyaan yang benar-benar membuat Al pusing. Cinta? Dia sama sekali tidak paham dengan rasa itu. Yang pasti, dirinya merasa nyaman berada di samping perempuan itu. Hanya dengan Andin dia bisa mengeluarkan keluh kesahnya. Sedangkan dengan mamanya saja belum tentu dia bisa.

Al menggeleng pelan, ketika dia ingat pernah melakukan hal konyol hanya memenuhi permintaan Andin. Bahkan sesuatu yang hampir tidak pernah dia lakukan sebelumnya.

“Kenapa kamu melamarnya kalau tidak cinta Al?” tanya Bu Rossa tiba-tiba.

“Hah? Kapan Al bilang gitu?” tanya Al tersadar dari pikirannya.

“Tadi kamu gelengin kepala.”

Al tak sadar dengan aksinya tadi. Hingga mamanya mengira gelengan itu jawaban dari pertanyaan itu.

“Al gak tahu ma. Tapi, dia itu selalu datang saat Al butuh. Dia yang perlahan menyadarkan Al dari kekalutan Al beberapa waktu yang lalu.” Ucap Al.

“Siapa?”

Al menoleh ke samping. Senyum meneduhkan mamanya menyambutnya.

“Pasti mama tidak akan percaya.” Al kembali menunduk.

“Andin?” tebak Bu Rossa.

Al menoleh cepat, ketika nama perempuan yang dengan konyolnya dia lamar tadi di sebut mamanya. Al tidak percaya begitu tepat dugaan mamanya itu.

Bu Rossa tersenyum menatap putranya itu. “Sudah mama duga, gadis periang itu yang bisa membuat anak mama seperti ini.”

“Dari mana mama tahu?” tanya Al penasaran.

“Malam itu mama tidak tidur Al. Bahkan mama tahu saat kamu tiba-tiba memeluk Andin. Pelukan itu seperti pelukan saat kamu gagal menjuarai  Olimpiade waktu SMA dulu. Pelukan yang meminta di kuatkan.”

Bu Rossa tersenyum menatap Al yang memalingkan wajahnya karena malu. “Jangan kamu kira mama selama ini gak pernah merhatiin kamu Al. Mama tahu kamu hanya melakukan hal tersebut dengan orang yang sudah kamu percayai sepenuhnya. Dan Andin perempuan kedua setelah mama. Untuk Michelle, mama gak tahu.”

Sincerity Of Love (END)✔Where stories live. Discover now