Demi Reyna

1.7K 242 21
                                    

Jam satu dini hari.

Aldebaran. Laki-laki itu berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit. Tatapannya kosong menatap lurus. Pikirannya benar-benar kacau malam ini. Pikirannya bercabang-cabang ke mana-mana.

Belum juga memikirkan kondisi mamanya yang belum membaik, kali ini masalah lain berdatangan silih berganti.

“Enggak! Enggak akan saya biarkan Reyna pergi dari hidup saya!” Ucapnya lirih.

Setelah mendapat telefon dari pihak panti yang mengabarkan Reyna sakit, dia bergegas ke sana. Memastikan kebenaran kabar tersebut. Dan benar saja, gadis kecil yang menjadi sumber kekuatannya itu tengah terbaring lemas.

Semua pengurus panti kewalahan menghadapi Reyna yang sedang tantrum. Pasalnya bocah 5 tahun itu sejak sore selalu memanggil-manggil namanya. Itu sebabnya Bu Astri menelefonnya tadi.

Al menggeleng pelan, mengusir pikiran buruk yang menghampirinya. Bayangannya berputar pada kejadian di ruang tamu panti setengah jam yang lalu. Ketika Bu Astri mengabarkan sesuatu yang cukup mengejutkannya.

Flashback on.

Di ruang tamu panti yang terlihat sepi, Al menatap kaget pada perempuan yang duduk di hadapannya.

“Saya tidak mengizinkan Reyna di adopsi siapa pun!” Tolak Al.

“Tapi pak. Calon orang tua asuh Reyna itu terlihat sangat sayang sama Reyna. Dan Reyna terlihat begitu welcome ketika bersama mereka. Tidak menutup kemungkinan Reyna mau pak.” Jelas Bu Astri.

“Tapi, saya tidak akan pernah mengizinkan itu bu Astri.”  Kekeh Al.

Bu Astri menghembuskan nafasnya pelan. Dirinya sangat tahu betul betapa sayangnya Al pada Reyna.

Tapi, dirinya bisa apa. Semua administrasi di panti ini sudah dilegalkan hukum. Jadi dirinya tidak ada wewenang apa pun. Semua berjalan sesuai peraturan hukum yang berlaku.

“Apa tidak bisa ada keringanan buat saya untuk mengadopsi Reyna bu?” tanya Al lagi.

Bu Astri menggeleng pelan, “ tidak bisa pak. Peraturan pengadopsian anak harus sepasang suami istri. Jadi bapak harus menikah dulu. Dan itu sama sekali tidak bisa di langgar sekalipun bapak adalah donatur tetap di sini.” Jelas Bu Astri.

Al memejamkan matanya, menahan kesal dan amarahnya sendiri. Sudah berkali-kali dirinya bernegosiasi. Tapi hasilnya tetap sama.

Al berdiri dari duduknya, lalu beranjak pergi.

“Pak Al?” panggil Bu Astri.

Langkahnya berhenti, ketika dirinya sampai di depan pintu.

“Pagi tadi mereka mengajukan formulir pengadopsian anak. Dan jika hak adopsi jatuh ke mereka, satu minggu lagi mereka akan membawa  Reyna pergi keluar negeri untuk tinggal di sana. Karena mereka ada pekerjaan di sana.” Jelas Bu Astri.

Al terdiam di tempatnya, telinganya cukup jelas menangkap semua penjelasan ibu panti. Al menggeleng pelan, “enggak bu. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi.”

“Permisi.” Ucapnya sebelum akhirnya dia memutuskan pergi.

Al berjalan cepat dan masuk ke dalam mobil dengan pintu yang dia banting. Di dalam mobil, Al mencengkeram setir mobil kuat.

“Arkhh!” teriaknya sembari memukul setir mobil itu. Lalu dengan cepat Al melajukan mobilnya kembali ke rumah sakit.

Flasback off

Di koridor rumah sakit yang terlihat sepi Al berhenti. Lalu mendudukkan diri di kursi. Dirinya menunduk, menumpukan kedua telapak tangannya di atas kepala.

Sincerity Of Love (END)✔Where stories live. Discover now