Masa Lalu Andin

1.7K 197 13
                                    

Matahari bersinar terik. Padahal masih jam sepuluh pagi. Andin, gadis itu sedang duduk di bangku depan rumahnya menatap jalanan dengan bengong.

“Bosannnnnnn!” kesalnya.

Dia mencak-mencak sendiri. Seharian tidak berbuat apa-apa justru malah membuat pikirannya kacau. Teringat masa lalu misalnya. Yang dengan kurang ajarnya lewat dalam benaknya.

“Ini nih yang membuat semakin bosan!” Ucapnya sembari menatap nanar ponselnya yang sudah tidak berguna.

Bibirnya manyun, kemudian berubah senyum lebar ketika sebuah ide muncul dari benaknya. Dengan langkah sedikit di seret dia masuk ke dalam rumah dan masuk ke kamar untuk mengambil slingbagnya.

“Pah, aku izin keluar sebentar ya?” pamitnya pada papanya.

Pak Surya yang sedang mengadon bakso menoleh. “Ke mana?” tanyanya.

“Beli Hp baru pah. Soalnya Hp Andin kemarin rusak.”

“Enggak, enggak, enggak! Papa nggak izinin.” Tolak Pak Surya dengan kembali melanjutkan pekerjaannya.

“Yah papa. Kok gitu?” ucap Andin dengan memonyongkan bibirnya.

“Jangan keras kepala ya Ndin. Lihat itu badan udah kayak apa. Papa suruh dari pagi istirahat ya istirahat. Gak ada keluar-keluar!” Omel Pak Surya.

Andin berdecak, “Please pah. Andin gak ada Hp lagi lo selain yang rusak itu. Kalau nanti ada info penting dari kantor gimana?” mohonnya.

Pak Surya menghembuskan nafasnya pasrah, “ya sudah boleh. Tapi, papah yang antar.”

“Tapi kan papa lagi sibuk bikin bakso buat jualan nanti sore?” cegah Andin.

Pak Surya menatap nanar baskom yang masih penuh terisi adonan itu. “Hmm.. Sama mama deh kalau gitu.” Tawar Pak Surya.

“Mama kan dari pagi keluar pah. Nganter Elsa pemotretan.”

“Ya udah deh. Sama papa aja ayok!” putus pak surya dengan berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan.

“ Eh gak usah papah. Andin sendiri aja. Andin udah gak apa-apa kok, beneran. Itu nanti adonan kalau lama di diamin malah gak enak lo.” Ucap Andin menolak.

“ Halah kamu itu Ndin kebiasaan gak mau papah intilin.” Sahut Pak Surya denga menatap putrinya.

Andin nyengir mendengar pernyataan papanya. “Andin janji deh habis beli langsung pulang. Gak mampir-mampir.”

“Janji ya?” ucap Pak Surya memastikan.

“Iya janji.” Jawab Andin yakin.

“Ya udah iya. Papa izinin. Papa larang juga kamu nekat Ndin kalau sudah ada maunya gini.”

“Yes!” girangnya.

“Kalau begitu Andin langsung berangkat ya.” Pamitnya.

“Assalamualaikum pah.”

“Wa ’alaikumsalam. Hati-hati.” Jawab pak Surya.

“Iya!”

Andin berjalan semangat keluar rumah. Menghirup udara dengan memejamkan matanya, menandakan dia telah bebas dari kejenuhannya.

"Akhirnya bisa keluar juga." Gumamnya.

Andin pun memutuskan berjalan menuju jalan raya depan. Mencari ojek yang biasanya mangkal di pos ronda dekat gang rumahnya.

“Mas, tolong antar saya ke Puri Plaza ya.” Pinta Andin pada tukang ojek yang kebetulan sedang menunggu penumpang.

“Oh iya mbak silahkan.” Ucap ojek tersebut dengan menyerahkan helm padanya.

Sincerity Of Love (END)✔Where stories live. Discover now