Cahaya

1.7K 264 38
                                    

Part ini lumayan panjang. Semoga gak ngebosanin ya😊

Selamat membaca.

_________________________________________

Perumahan Pondok Pelita. Jalan Alamanda Nomor 5.

Di ruang makan, Bu Rossa tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi.

“Pagi ma!” Sapa Al yang baru saja keluar dari kamarnya.

Bu Rossa menoleh seraya mengulas senyum kepada putranya itu. “Pagi Al.”

“Kiki mana ma? Kok mama yang nyiapin makanan. Kan mama masih sakit.” Ucap Al sambil meraih teko yang baru saja di ambil mamanya dari dapur.

“Mama gak apa-apa Al. Udah sehat kok. Tadi, Kiki mama suruh ke pasar. Bahan-bahan di dapur sudah  pada habis.”

"Mama jangan capek-capek. Al gak mau mama sakit lagi." Ucap Al Lalu duduk di kursi dan menyentong nasi goreng ke piringnya.

“Oh iya ma. Nanti Al pulang agak malam ya?” Pamitnya.

Bu Rossa yang baru saja akan menyuapkan makanan ke mulutnya,  urung. Ketika mendengar ucapan Al.

“Tumben pamit. Biasanya juga pulang kerja sampai tengah malam juga gak pernah pamit sama mama.” Ucap Bu Rossa dengan tatapan curiga.

Al hanya tersenyum lalu kembali menikmati sarapannya. Bu Rossa menatap aneh dengan gelengan kepala melihat tingkah putranya pagi ini.

Suasana kembali hening. Mereka kembali menikmati sarapannya masing-masing.

Hingga sepuluh menit waktu untuk Al menghabiskan sarapannya. Lalu dia menyeruput teh hangat yang sudah di tuangkan mamanya tadi.

“Ma Al berangkat ke kantor dulu ya?” ucapnya lalu bangun dari kursi.

Al mengulurkan tangannya untuk salim. Tapi tangannya di tahan oleh mamanya.

“Wait Al!” ucap Bu Rossa lalu berdiri menghadap putranya itu.

Tangan Bu Rossa merapikan kerah kemeja putranya.

“Ma gak usah ma. Al bisa sendiri.” Cegah Al.

“Diam!”

Bu Rossa menampik tangan Al yang menahannya. Lalu beralih membenarkan dasi yang terlihat berantakan.

“Menikah Al. Biar nanti ada yang ngurusin.”

“Apaan sih ma. Cuman begini doang Al juga bisa sendiri.” Kesal Al.

Bu Rossa tersenyum seraya merapikan jas putranya. “Kamu akan tahu nanti Al. Bagaimana rasanya ada yang ngurusin walaupun hanya perhatian kecil seperti ini.”

Bu Rossa beralih menatap lembut kedua bola mata Al. “Dari kemarin, mama lihat kamu bahagia banget Al.”

“Malam-malam pulang senyum-senyum. Biasanya juga kusut kayak baju belum di setrika.” Ucap Bu Rossa menggoda putranya.

“Apaan sih ma. Gak ada ya Al senyum-senyum semalam.”   Elaknya.

“Beneran gak mau bagi kebahagiaan sama mama?” tanya Bu Rossa dengan menaik turunkan alisnya.

Al menatap datar mamanya, lalu meraih tangan mamanya dan dia cium.

“Al berangkat dulu. Assalamualaikum.” Pamit Al lalu berjalan cepat meninggalkan mamanya.

Bu Rossa menggelengkan kepala pelan, melihat tingkah putranya yang tidak seperti biasanya itu. Al terlihat salah tingkah ketika dia cecar pertanyaan.

Sincerity Of Love (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang