Amnesia?

1.9K 287 36
                                    

Aku tidak pernah membenci kumbang yang sudah mencuri nektarku. Kamu kumbangku. Yang gigih meski angin hampir saja mematahkan sayapmu. Dan aku menjadi bunga paling beruntung di tengah angin ribut yang memorak porandakan duniaku.

_Andin_

==================================

Aldebaran menyipitkan matanya, ketika pertanyaan itu keluar dari mulut Andin. Lalu dirinya menoleh ke belakang dan mengedarkan pandangannya. Sepi. Tidak ada orang lain selain dirinya di sini, justru semakin membuatnya bingung.

“Kamu tanya sama siapa Ndin?” tanyanya pada Andin.

Andin diam dan memejamkan matanya ketika rasa pusing tiba-tiba menghampiri kepalanya.

“Ndin kamu kenapa?” tanya Al mulai panik.

Andin menggeleng, lalau membuka matanya lagi. Pusingnya masih terasa. Tapi, tak sehebat tadi.

Andin menatap mata tegas di hadapannya dalam, “ka..mu si..a..pa?” tanyanya lagi.

Aldebaran mengernyit bingung. Merasakan ada yang tidak beres di sini. “Ini saya. Saya Ndin. Masa kamu lupa?” ucap Al mulai menegaskan.

Andin masih menatap laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya. Berusaha bangun, tapi apalah daya. Tubuhnya seakan mati, tidak mampu dia gerakkan.

Aldebaran masih menatap mata Andin. Tatapan yang tidak berubah. Tatapan Andin masih sama. Masih sangat dia kenali. Lalu tawanya menggelegar, dan dia menggeleng. “Gak lucu Ndin bercandanya.” Ucapnya di sela tertawanya.

Andin menggelengkan kepalanya pelan. Membuat Al menghentikan tawanya tadi.

“Ya Allah ini apa lagi?” batin Al.

“Hey, lihat saya!” Ucap Al mulai serius.

Andin masih nurut saja. Menatap mata Al lalu melihat jari yang di tunjuk Al. “Kamu gak lupa ini kan?”

“Perjuangan kita.” tegasnya.

Andin mengalihkan tatapannya pada tangan Al yang berubah menggenggam tangannya lalu menunjukkan cincin yang tersemat di jari manisnya.

“Jangan bercanda Ndin.” Ucap Al lagi.

Obrolannya belum usai. Tapi, pintu kamar itu di buka, membuat Al menoleh ke arah pintu. Dua orang yang sudah sangat dia kenal masuk.

“Loh Al kok kamu ada di sini?” Kaget Bu Sarah.

Pak Surya dan Bu Sarah berjalan menghampirinya, lalu Al meraih tangan mereka bergantian untung salim.

“Maaf om, tante saya lancang main nerobos masuk saja.”

“Iya. Gak papa Al.” Balas pak Surya lalu berjalan mendekat ke arah Andin.

“Sudah bangun sayang.” Ucapnya pada Andin.

Andin mengedipkan matanya, sebagai tanda jawaban. Lalu matanya terpejam, ketika kecupan itu mendarat di dahinya.

“Gimana? Sudah lebih baik? Atau masih pusing?” tanya Pak Surya.

Andin menggelengkan kepalannya sebagai jawaban bahwa dia sudah tidak apa-apa.

Aldebaran yang melihat interaksi keduanya terlihat biasa, membuatnya semakin di landa kebingungan.

“Apaan sih ini. Masak Andin lupa sama gue doang?” batin Al tidak terima.

Tepukan di bahunya membuatnya tersadar, Al menoleh ke samping. “Sudah lama Al kamu datang?” tanya Pak Surya.

“Belum om. Baru beberapa menit yang lalu.”

Sincerity Of Love (END)✔Where stories live. Discover now