Rahasia Hidup Andin

1.7K 246 18
                                    

"Siapa?" tanya Andin penasaran.

Al berdiri dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Andin. Tangannya terulur untuk mengembalikan laptop sekretarisnya itu.

"Nanti kamu juga tahu." Jawab Al lalu beranjak ke kamar mandi.

Andin menatap kepergian laki-laki yang beberapa jam yang lalu terlihat menyedihkan itu. Hingga tubuh kekar itu hilang.

"Dasar aneh." Ucapnya dengan menggelengkan kepala.

Pagi hari

"Tante, aku pamit pulang ya?"

Bu Rossa yang baru saja menghabiskan makanannya itu mengangguk. "Terima kasih ya Ndin, sudah mau temenin tante."

Andin mengangguk dengan senyum manisnya.

"Eh iya, kamu pulang naik apa?" tanya Bu Rossa.

"Naik taksi online tan, ini mau pesan." Jawab Andin.

"Eh jangan-jangan. Biar di antar Al aja."

"Al kamu anterin Andin pulang ya?" pinta mamanya.

Al yang dari tadi sibuk dengan laptopnya itu menoleh. "Gak bisa ma. Kan Al mau langsung ke kantor, habis antar mama pulang."

"Mama gak pa pa Al. Nanti mama biar di jemput Daniel. Mama tadi sudah telefon dia."

"Tapi ma..."

"No. Mama gak mau di bantah!" Sela Bu Rossa.

Al berdecak kesal, lalu berdiri dan menyambar kunci mobilnya. Pagi tadi, Al meminta Rendy untuk mengantarkan mobilnya kesini. Dan baru saja sepuluh menit yang lalu mobil itu sampai.

"Ayo cepetan!" ketus Al.

"Al!" tegur Bu Rossa pada putranya itu.

Dengan malas Al mengubah mimik wajahnya. Dia memaksakan untuk tersenyum.

Andin yang sejak tadi melihat perdebatan anak dan ibu itu hanya menahan tawa saja. Melihat Al yang sama sekali tidak bisa berkutik di depan mamanya.

"Kalau begitu Andin pulang ya tan?" pamit Andin lalu mencium punggung tangan Bu Rossa.

"Hati-hati ya Ndin. Lan kali main-main ke rumah ya?" ucap Bu Rossa.

Andin mengangguk dengan senyum yang menghiasi wajahnya. "Assalamualaikum tan." Salamnya.

"Wa 'alaikumsalam."

Akhirnya dengan pemaksaan mamanya, Al mau mengantarkan Andin pulang.

****

Perlahan, mobil BMW hitam itu berhenti di halaman sebuah rumah.

"Terima kasih pak sudah repot-repot mau ngantar saya." Ucap Andin.

"Iya sama-sama." Jawab Al.

"Oh iya. Koper kamu nanti biar di antar Rendy ke sini. Kan kemari masih di mobilnya Rendy."

Andin yang baru saja membuka pintu, urung untuk turun. Lalu menatap Al. "Sekali lagi terima kasih pak. Sudah ngerepotin terus."

"Kapan kamu gak ngerepotin saya." Gumam Al.

"Apa pak?" tanya Andin karena tidak mendengar apa yang di ucapkan Al.

"Enggak. Enggak jadi. Sudah sana turun!" Usir Al.

Dengan sedikit kesal karena di usir, Andin turun lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

Di depan pintu, Andin menatap bahagia pada rumah yang sudah sangat dia rindukan ini. Rasanya seperti sudah lama tidak pulang. Andin mendorong pintu rumah itu dan suasana sepi menyambutnya.

Sincerity Of Love (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang