Cold Prince || 39

6K 510 13
                                    

“Setiap saat, waktu ditentukan oleh perasaanmu dan kondisi psikologimu, bukan karena jam.”


***

Happy Reading♡

"Waktu itu lo nangis, ya, Na? Hahahaha."

Sumpah demi apa pun, Ilona ingin sekali menyumpal mulut Letta yang sedang tertawa lebar itu.

"Dah dibilangin aku nggak nangis!"

"Masa?" Letta mengangkat alis, ekspresi wajahnya mengejek Ilona membuat Ilona ingin sekali menampolnya detik itu juga.

"Siapa pun kalau di tinggal pergi juga sedih tau!"

"Oh, ya? Gue nggak, sih, apalagi karena cowok."

"Itu karena kamu belum pernah ditinggal pergi."

"Jadi Lo nyumpahin gue ditinggal pergi, nih?"

"I don't know, suatu saat nanti," ujar Ilona langsung ngacir pergi sembari tertawa saat Letta sudah ingin melayangkan buku tebal ke arahnya.

Semuanya baik-baik saja beberapa hari terakhir ini. Arka sering mengabarinya, sangat sering. Seolah cowok itu tak ada kegiatan lain selain menghubunginya.

Setiap malam pun selalu menghubunginya, lalu berakhir video call sampai salah satu dari mereka tertidur.

Ilona hanya bisa geleng-geleng kepala mengingat itu.

"Eiiit, jangan sedih-sedih beb, gimana kalau kita liburan." Letta tiba-tiba datang dan merangkulnya.

"Ngapain liburan segala?"

"Sebelum Ulangan Kenaikan kelas, kita harus menghabiskan waktu untuk bersantai," ujar Letta dengan gaya khasnya yang heboh.

"Mau ulangan, mah, belajar, Letta.  Bukan liburan."

"No, harus liburan juga, dong! Dan Lo juga harus ikut, wajib." Letta tersenyum lebar melihat Ilona yang hanya mengangguk pasrah.

"Oke, gue mau cuci mata dulu di lapangan futsal. Dadaaaah!" Letta berjalan mundur dan melambaikan tangan sejenak, lalu berbalik badan dan berlari menjauh.

***

Ulangan kenaikan kelas berlalu sudah dua hari, membuat kegiatan yang dilakukan Ilona kini hanya rebahan saja.

"Letta, Gramedia, yok!"

Letta di sampingnya yang juga rebahan dan kebetulan berada di rumah Ilona pun menoleh. "Ngapain ke Gramedia? Beli buku?"

"Nggak, Ta. Ngepet!"

Letta sontak mendelik. "Dih, ogah!"

"Perpustakaan aja kalau gitu."

Letta menoleh lagi. "Ogah juga!"

Ilona merengut sebal, ia merentangkan tangannya sembari menatap langit-langit kamar. Bosan sekali hanya rebahan yang ia lakukan.

Dulu saja ia pasti akan diajak ke perpustakaan sama Arka. Kini semuanya berbeda. Tiba-tiba saja Ilona jadi teringat dengan cowok itu.

"Kelas sebelas ntar, aku kayaknya mau nyibukin diri, deh."

Letta yang menatap ponsel jadi menoleh. "Nyibukin diri gimana?"

"Aku mau ikut OSIS."

"Hah? Yang bener Lo?"

"Napa, sih? Kagetnya gitu amat!" Ilona mendorong wajah Letta menjauh.

"Ya, terserah lo, sih." Letta mengibaskan tangannya.

Arkano : Cold PrinceWo Geschichten leben. Entdecke jetzt