Bab 17: Harisa dibohongi Abang

9.4K 895 10
                                    

"Gak mau dijemput?"

"Gau usah Kak."

"Hati-hati Honeybee, jangan larut pulangnya."

"Iya."

Aku memutuskan sambungan telepon lalu mendesah lirih. Bayang-bayang Abang dengan perempuan lain masih muncul. Aku tau apa yang aku lihat belum tentu benar. Tapi rasanya sakit sekali kalau ternyata Abang punya cewek lain.

"Lo kenapa sih, dari siang lo kayak gak punya gairah hidup."

Wanda menaruh nampan di depan spring bed lalu ikut duduk di sampingku. Rasanya aku malas pulang dan melihat Abang. Aku takut nanti emosiku meluap lalu kita bertengkar. Aku mau menenangkan diri dan kos Wanda jadi tempat pelarian yang ku pilih. Setidaknya, di kos Wanda kita bisa marathon drakor bareng dan membuat aku lupa dengan masalah ini.

"Gue baik aja."

Tangan Wanda menggenggam pelan tanganku. "Kalo lo gak mau cerita, gak papa. Tapi lo bisa pake bahu gue untuk bersandar atau nangis."

Dengar dia bilang begitu, aku jadi tidak tahan untuk tidak menangis. Wanda menarik aku dalam pelukannya. Walaupun kadang tingkahnya gak lebih dari bocah, tapi dia sebenarnya orang yang paling dewasa dan enak diajak curhat diantara kami berlima.

"Gue sebenarnya udah menikah."

Bahu Wanda sedikit menegang. Dia pasti terkejut dengan ucapanku. Wanda melepaskan pelukannya dan menatapku dengan pandangan tidak percaya.

"Lo? menikah? kapan?"

Aku menarik napas. Mungkin Wanda bisa jadi tempat curhatku. Aku butuh teman berbagi dan Wanda salah satu orang yang sangat bisa dipercaya. "Dua bulan lalu."

Mata Wanda menyipit, dengan hati-hati dia mengeluarkan pertanyaan yang sudah bisa ku duga. "Lo, gak 'kecelakaan' kan?"

Aku menggeleng. "Bukan. Gue nikah bukan karena itu. Gue nikah atas permintaan orang sakaratul maut."

"Anjir. Serius? Trus waktu itu lo gimana?"

"Gue gak gimana-gimana. Gue gak tau kalo ternyata gue udah nikah. Waktu itu kita lagi liburan di gunung. Ingat kan?" Tanyaku dengan suara sengau habis menangis.

"Gue bingung Sa, jelasin yang lengkap boleh?"

Aku mulai menjelaskan mulai dari awal kenapa hal ini bisa terjadi. Dia kelihatan kaget saat mulai mengerti bahwa ternyata aku gak tau menahu tentang pernikahanku. Dia juga meringis ketika aku menceritakan profil suamiku yang bersekolah dimana serta latar balakang kehidupannya.

"Yang lo kira sepupu, sebenarnya dia suami gue."

"Rian itu?" Aku mengangguk. Wanda langsung menutup matanya karena syok.

"What the hell." Wanda menggumam lirih. Ia kemudian menatap aku prihatin. "Dan di video yang Sarah lihatin ke kita, dia booking kamar hotel dengan cewek lain?"

"Iya." Tangisku luruh lagi membayangkan teganya Abang main di belakang. Wanda menarik aku kembali dalam pelukannya untuk menenangkanku.

"Gue tau lo kuat Sa."

"Gue harus gimana Wanda? Gue bingung."

"Tenangin diri lo dulu ya." Aku menumpahkan semua perasaan yang sedari tadi ku tahan. Bukan, semua perasaanku sejak awal ini terjadi. Wanda satu-satunya orang yang bisa mengerti aku saat ini. Aku tidak bisa cerita ke orang tuaku atau ke Abang karena kami terlibat dalan situasi yang sama. Aku cuman mau menumpahkan perasaanku tanpa membuat orang tuaku merasa bersalah.

"Lo sebaiknya gak langsung percaya sih. Maksud gue, ada baiknya lo cari tau yang sebenarnya dulu. Kalo memang ada bukti lain, lo baru confirm ke dia. Tanya, kamu punya cewek lain atau enggak. Jawaban dia akan jadi penentu lo harus bagaimana bertindak selanjutnya."

Berlayarnya Perahu Nyonya Rian (SELESAI)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ