"Tadi tante Iva juga kaget pas makan masakan aku. Katanya rasanya persis kayak bikinan kak Deana." Mata Vero memanas. Ah, luka itu terbuka lagi. Padahal dia sudah melupakannya.

"Lo yang masak ini?" tanya Vero. Shelin mengangguk polos. Vero menunduk saat merasakan air matanya lolos begitu saja. Dia mengusap air matanya dan mendongak, tersenyum pada Shelin.

"Masakan lu enak." Shelin tersenyum senang mendengar pujian Vero. Dia mendekatkan semua masakannya ke rantang nasi Vero. "Ayo Kak dimakan lagi kalo enak."

Vero mengangguk diiringi senyuman tulusnya. Vero menahan air matanya saat mengambil udang asam manis. Bahkan baunya pun persis seperti masakan Deana. Vero memejamkan matanya dan mengambil nafas dalam-dalam.

"Kak, kak Deana kenapa bisa meninggal?"

Vero yang baru saja menyuapi makanan ke mulutnya, menatap mata Shelin. "Kecelakaan pesawat."

"Kecelakaan yang merenggut nyawa banyak orang, tahun-"

"Iya itu." Shelin mengangguk untuk kesekian kalinya. Tatapannya jatuh pada foto seorang perempuan yang sangat cantik menurutnya. Dia mengambil foto itu dan menanyakannya pada Vero.

"Kak, ini kak Deana?" tanya Shelin yang tangannya menunjukkan foto seorang perempuan. Vero menatap foto itu lama dan mengangguk diiringi senyuman di bibirnya.

"Wah, kak Deana cantik banget. Kak Deana pinter nggak?"

"Pinter."

"Baik?"

"Baik."

"Pantes aja Kakak pacaran sama kak Deana. Dia sempurna banget." Shelin memandangi foto itu cukup lama. Ternyata Deana lebih cantik dari yang ia kira.

"Ah nggak juga. Gitu-gitu dia itu emosian, ngambekan, mood sering berubah-ubah. Gitu lah pokoknya."

Anjing si Vero, malah ngatain gua!

"Permisi, Pak. Saya membawakan yang Bapak minta."

"Masuk!" perintah Vero. Karyawan tadi mendekat dan menaruh sebuah dokumen di atas meja Vero. Matanya sempat bertabrakan dengan mata Shelin yang menatapnya polos.

Cantik!

"Oke. Makasih. Kamu boleh pergi." Karyawan tadi membungkuk dan pergi dari ruangan Vero. Walau karyawan tadi sudah pergi, Shelin masih menatapi pintu yang sudah tertutup.

"Siapa, Kak? Kayaknya pas ke sini aku belum lihat."

"Karyawan baru. Kenapa?"

"Cantik banget." Vero terkekeh pelan. Dia memajukan kursinya hingga badannya mentok ke meja. Dia memandangi wajah polos Shelin yang masih menatap pintu ruangannya yang tertutup.

"Kamu juga cantik." Mendengar pujian Vero, Shelin menolehkan kepalanya. Dia sangat terkejut saat melihat wajah Vero dekat sekali dengan wajahnya. Bahkan hidung mereka hampir menempel.

Vero tersenyum melihat Shelin yang termenung kaget karenanya. Dengan gerakan cepat, Vero melayangkan satu kecupan di pipi Shelin. Shelin masih mematung dan mengerjapkan kelopak matanya berulang kali.

"Nih, pulang sana. Aku udah makan, kan?" ucap Vero. Shelin masih saja mematung akibat kecupan tiba-tiba dari Vero. "Shelin."

Shelin sadar dari lamunannya, lantas merebut rantang makanan yang sudah Vero bereskan. Ini tidak beres. Ini tidak baik. Tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Ia pun yakin, kalau mukanya sudah memerah karena malu. Ia berjalan cepat, ingin menghindar dari Vero.

Saat tangannya ingin membuka pintu ruangan Vero, tangannya ditarik dan tubuhnya menubruk dada bidang Vero. "Kenapa kok buru-buru gitu? Mana tadi nggak mau natap mata aku. Kenapa?"

Aku? Aku katanya? Ya Allah! Shelin ingin tenggelam saja di laut. Shelin masih mendongak menatap Vero tanpa menjawab pertanyaannya. Tidak tahu mengapa, otaknya langsung blank saat Vero begini.

"Kayaknya kamu kecapekan ya?" tanya Vero. Tangannya mengelus pelan wajah Shelin yang sangat halus. Saat melihat semburat merah di pipi Shelin, Vero rasanya ingin tertawa sekencang-kencangnya.

Vero sekali lagi mengecup pipi Shelin. Lantas dia menatap dalam mata Shelin. "Ya udah, sana pulang. Hati-hati di jalan. Nanti kalo udah sampe rumah, istirahat. Kamu kecapekan, Shelin."

Pipi Shelin makin memerah. Dia mengangguk sambil menunduk, tak berani menatap manik mata Vero secara langsung. Dia berbalik dan keluar dari ruangan Vero.

Ya Allah. Jantung Shelin!

Bangke si Vero!

Vero tersenyum lebar karena berhasil membuat Shelin baper seperti itu. Dia kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

***

Mampus! Siapa tuh yang batin plus ngumpat buat Vero. Hmm🌝

Jangan lupa tekan tombol votenya teman-teman. See u guys.

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now