Chaewon mengangguk-anggukkan kepalanya mengiyakan. "Kau cocok menggunakannya. Kau terlihat mirip dengan salah satu tokoh dalam film penyihir yang terkenal itu," kekehnya garing.
"Oh? Benarkah? Baru kali ini aku mendengar itu." Mark hanya menanggapi komentar Chaewon seadanya. Dari awal mereka tidaklah dekat, bahkan saling menyapa saja tidak. Jelas saja sikap baik dan ramah Chaewon mencurigakan.
"Eum..apakah aku boleh bertanya sesuatu?"
"Silahkan." Dalam hati Mark menggerutu jengah. 'Lebih cepat lebih baik.'
"Kau berasal dari Klan mana?" Pertanyaan to the point Chaewon agaknya menarik Mark dari kebosanannya.
"Kenapa kau ingin tau?"
Chaewon sedikit terkesiap ketika Mark balik menanyainya. Tak menyangka Mark akan berani melontarkan pertanyaan balik, padahal bila dilihat-lihat, Mark seperti seseorang yang takut berbicara di depan orang lain.
"Ha-hanya ingin tau. Ya, karena hanya kau saja yang tidak memberitahukan siapapun tentang Klan tempatmu bergabung. Dan banyak dari anak-anak yang tidak percaya jika kau tidak bergabung dalam Klan manapun."
"Itu bukan urusanmu. Mengapa kau sampai repot bertanya padaku?" Satu alis terangkat ketika Mark menatap penuh selidik gadis itu.
Chaewon mati kutu di tempat. Tak menyangka bila Mark akan berani membalasnya dengan nada sedikit ketus. "Ya-hanya sekedar ingin tau saja. Kita teman sekelas bukan? Apakah itu aneh?"
Mata tajam Mark memperhatikan gerak-gerik serta perubahan mimik muka gadis itu secara seksama. Mark tau, sangat tau bahwa gadis itu disuruh oleh seseorang untuk menguak asal usul Klan-nya. Ingin sekali Mark menertawakan gadis itu dengan sekeras-kerasnya.
"Pergilah. Aku tidak ingin memberitahumu atau siapapun jika menyangkut tentang privasiku. Jadi tidak perlu membawa dirimu一atau orang lain, untuk bertanya lagi padaku, oke?" usir Mark pada akhirnya. Pemuda itu kembali memfokuskan atensinya pada sekotak bekal berwarna biru langit yang dibawakan oleh sang ibu tercinta.
Chaewon tampak kesal diusir secara dingin oleh Mark. Gadis itu bangkit dari duduknya, sorot matanya memandang Mark jijik, berbeda sekali dengan tatapan yang ia berikan pada awal mendekati Mark sebelumnya. "Siapa juga yang mau berurusan lagi denganmu! Dasar laki-laki aneh!" Tak lupa pula meninggalkan sebuah cemoohan pada Mark sebelum pergi menjauhi pemuda bersurai gelap itu.
Mark memilih tak ambil pusing lalu melanjutkan makan siangnya yang sempat terganggu. Namun ketika hendak menyuapkan sesendok nasi kedalam mulut, insting Mark merasakan tatapan tajam tengah memperhatikan dirinya.
Kepala Mark secara spontan mendongak, mengedar ke segala arah dan penjuru, berusaha menemukan asal pandangan menusuk itu dari segala tempat. Lalu atensi Mark tertuju pada salah satu jendela gedung sekolah lantai 3, di mana di sana tampak siluet seorang laki-laki berdiri di balik kaca jendela dengan wajah penuh emosi menatap ke arah Mark juga.
Mark tau jelas siapa orang itu. Kemudian Mark menyunggingkan seringaian remehnya pada pemuda di atas sana, dengan kedua mata menyala merah.
Pemuda di atas sana menyadari bahwa Mark dapat menemukan keberadaan dirinya, dibuat tercengang melihat kedua mata Mark menyala merah dari kejauhan. Senyum yang Mark tunjukkan padanya tampak menakutkan dan creepy bagi pemuda itu.
"Huh! Dia menyebalkan sekali! Aku tidak mau berurusan lagi dengan anak itu!" Datang sambil menghentak-hentakan kedua kaki bak anak kecil merajuk, Chaewon mengaduh pada pemuda yang dihampirinya ini.
Atensi pemuda itu sempat teralihkan, namun tak lama, ia kembali melihat ke tempat Mark berada. Namun sayang, pemuda aneh yang menjadi targetnya itu sudah pergi.
"Kau harus dengar apa yang dia katakan padaku!" Chaewon menarik lengan pemuda itu untuk memfokuskan seluruh atensi sang lawan jenis padanya.
Pemuda itu berdecak kesal namun menuruti apa kata Chaewon. Ia mendengarkan dengan seksama jawaban yang Mark lontarkan pada gadisnya itu.
"Dia menjengkalkan sekali! Beri dia pelajaran, Gwanghyukie!" desak Chaewon yang kepalang kesal.
Gwanghyuk一atau yang bernama lengkap Son Gwanghyuk itu menatap malas Chaewon yang berstatus kekasihnya tanpa ada niatan sama sekali melakukan perintah gadis manja itu.
"Kau hanya akan diam saja? Kekasihmu baru saja direndahkan oleh anak Aneh itu, kau tau?" Namun keterdiaman Gwanghyuk membuat Chaewon semakin emosi.
"Kita tidak bisa memberinya pelajaran begitu saja. Pikirkan sebuah rencana dulu, jangan gegabah! Kau tidak ingat? Terakhir kemarin aku dan teman-temanku ketahuan memukuli anak itu, kepala sekolah memberi kami sanksi dengan memotong poin masing-masing dari kami sebanyak 500?" ungkap Gwanghyuk yang jadi kesal karena sikap Chaewon.
"Banyak sekali?!" Chaewon syok mengetahuinya. "Bagaimana bisa ketahuan?!" Ini yang membuat Chaewon heran. Gadis itu yakin, kekasihnya dan geng pemuda itu sudah memilih lokasi yang sempurna sebelum melancarkan aksi mereka.
Mengingat hukuman yang di terima olehnya, Gwanghyuk jadi tersulut emosi lagi. "Brengsek! Akan kucari tau siapa yang sudah mengadu pada pihak sekolah waktu itu!" Gwanghyuk rupanya menyimpan dendam karena tak berhasil menjatuhkan Mark, sebaliknya justru ia mendapat pengurangan poin sekolah yang begitu banyak.
"Akan kubantu. Sekalian kita hukum dia beserta si pengadu sialan itu juga!" Senyum licik tersungging pada wajah cantik Chaewon. Gadis itu memang cantik, tapi sifat asli gadis itu membuatnya ditakuti banyak orang, khususnya para lelaki yang hendak tertarik padanya.
"Ide yang bagus." Kedua orang itu saling melempar senyum licik mereka. Merasa bahwa sebentar lagi, akan dimulainya permainan yang sesungguhnya dari mereka.
"Akan kubuat dia mengemis ampun di bawah kakiku!" Dendam Chaewon pada Mark.
🦁 TBC 👑
YOU ARE READING
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 5 : Scheme 」
Start from the beginning
