「 5 : Scheme 」

Start from the beginning
                                        

Tentu saja, cerita mereka tak semuanya indah dan menyenangkan seperti dongeng anak-anak. Malah cenderung didominasi dengan hal-hal mencengangkan dan menakutkan yang berujung pada kematian. Bukan hal yang bagus tentunya untuk dibayangkan, tapi Jeno justru tertarik untuk mendengar kisah yang seperti itu.

"Tidak mau!! Aku ke sini mau bertemu dengan Jeno! Sana, jangan mengganggu kami dulu!" rengekan Jaemin terdengar putus asa.

Jeno memandang pemuda yang tingginya tak jauh berbeda darinya itu berusaha menjauhkan diri dari Daniel dan Bambam.

"Om, aku bawa Jaemin dulu ya?" Mau tak mau akhirnya Jeno turun tangan. Kedua pria dewasa itu tak akan berhenti menjahili Jaemin sampai anak itu menangis dan mengaduh pada ayahnya seperti yang sudah-sudah terjadi.

"Jeno~~" Bak anak kecil mengaduh pada kakaknya, Jaemin menarik ujung baju Jeno sambil menunjukkan raut muka melasnya yang lucu.

"Ya, ya. Senang 'kan dibela pangeranmu itu?" Dengan berat hati, Daniel melepaskan Jaemin untuk sesaat. "Tapi nanti main bersama kami ya? Kami punya senjata baru yang keren lho!" Rupanya pria itu tak menyerah juga.

Bedanya, kali ini rayuan Daniel berhasil menarik minat Jaemin. Kepala pemuda itu menoleh dengan cepat, menatap Daniel dengan pupil matanya yang membesar. Tampak sangat bersemangat, seolah baru mendapatkan sekotak coklat kesukaannya. "Benarkah?! Ya sudah! Nanti aku akan menemui kalian kalau sudah selesai!"

Lalu Daniel, Bambam serta Jaemin saling berhigh-five ria, sementara Jeno hanya menghembuskan nafas lelah. Ia ingin segera beristirahat lalu mengisi perutnya yang mulai keroncongan, bukannya melihat tingkah absurd ketiga makhluk dihadapannya itu.




🦁

🦁





"Hai, Mark. Sendirian saja di sini?" Jantung Mark serasa hampir lepas dari tempatnya ketika suara seorang perempuan tiba-tiba terdengar didekatnya.

Kepala Mark mendongak, mendapati seorang gadis berambut pirang berdiri dengan senyum manis terpatri diwajah mungilnya. Mark mengenali gadis itu, yang merupakan teman sekelasnya sendiri. Kwon Chaewon namanya.

Dengan kikuk dan canggung, Mark membalas sapaan gadis itu sekenanya. "O-oh, hai juga...Kwon-ssi. Yah..aku sendirian di sini." Dalam hati Mark berdecak malas, sudah tau dirinya hanya seorang diri di sana masih saja ditanya!

Chaewon tersenyum tipis. Mark memanggil namanya dengan marga keluarganya. Sangat formal sekali. Lucu juga menurutnya. "Boleh aku duduk disebelahmu?"

'Tidak.' Ingin hati Mark menjawab begitu, tapi ia tau itu sangat tidak sopan. Dengan terpaksa, Mark menganggukkan kepalanya, lalu menggeser duduknya lebih ke ujung. Membuat jarak aman dengan Chaewon. 

Chaewon berusaha menahan tawanya sambil mendudukkan bokongnya dibagian yang kosong. Tak ada percakapan satupun yang keluar dari mulut keduanya selama beberapa puluh detik.

Mark pura-pura membetulkan letak kaca mata yang bertengger apik di hidung mancungnya. Apapun yang sekiranya dapat Mark lakukan untuk mengalihkan pikirannya sebab saat ini, Mark sedang menahan diri untuk tidak mendorong gadis itu jauh-jauh darinya. Pemuda bersurai hitam legam itu berusaha untuk tetap tenang dan bersikap biasa meski sedikit sulit.

Dan entah mengapa, hidung Mark mencium aroma aneh menguar dari tubuh gadis disampingnya itu. Mark sama sekali tidak menyukai aroma ini. Kepalanya jadi pening seketika.

"Apa kaca mata itu minus?"

'Tidak. Yang minus itu kelakuanmu.' Mark tersenyum tipis lalu menggeleng sekali. "Tidak. Ini normal."

Our Fate 「 The Jung 」Where stories live. Discover now