「 5 : Scheme 」

Start from the beginning
                                        

"Terima kasih, paman Yuta." Tak lupa Jeno berterima kasih atas latihan yang telah Yuta berikan meskipun nanti masih akan berlanjut.

"Utututu~ Kasihan sekali~ lihat, wajahmu jadi penuh kotoran begini!" Entah sejak kapan Jaemin memegang satu bungkus tisu di tangan. Pemuda berwajah manis itu dengan senang hati membantu menghilangkan kotoran yang menempel pada wajah tampan Jeno.

"Jaem, lebih baik kita berpindah tempat dulu." Sadar bila mereka mengalihkan fokus para anak buah Jaehyun yang masih berlatih di sekitar sana, buru-buru Jeno mengajak Jaemin pindah ke tempat yang lebih sepi.

Jaemin mengekori Jeno dari belakang tanpa protes sama sekali. Seperti biasa, pemuda itu akan berceloteh panjang lebar tentang semua hal random yang ingin ia bagi dengan Jeno. Ini juga dikarenakan Jaemin tidak bisa bertemu Jeno di sekolah selama masa skorsing masih berlaku. Fyi, Jeno dan Jaemin memang satu sekolahan, dan Jaemin termasuk satu dari beberapa orang yang dekat dengan Jeno di sekolah. Dan bisa dibilang, sampai sekarang hanya Jaeminlah satu-satunya Omega yang bisa berdekatan dengan si introvert tampan itu.

"Wah, Jaemin berkunjung ke mari rupanya. Mau bertemu dengan ayahmu atau Jeno nih?" Kebetulan kedua remaja itu berpapasan dengan Bambam dan Daniel yang sepertinya baru keluar dari ruang penyimpanan senjata.

Melihat raut muka dua pria dewasa itu seakan hendak menggodanya, Jaemin berniat mengacuhkan kedua pria dewasa itu. Lebih baik dirinya melihat wajah tampan Jeno ketimbang dua pria yang suka menggodanya itu.

"Jangan sok cuek begitu dong, tidak mau beli es krim bersama kami setelah ini, hm?" Bambam berusaha membujuk Jaemin seperti yang biasa ia lakukan bila Jaemin datang berkunjung ke training camp.

Tak ingin kalah dari Bambam, Daniel juga berusaha membujuk anak dari Yuta itu untuk ikut bersama mereka seperti waktu Jaemin kecil dulu. "Yuk, kita beli es krim? Atau mau makan di restoran? Om bayarin deh."

"Jangan pasang muka kayak gitu dong! Beneran kayak om-om mesum tau, kalian itu!" tuding Jaemin dengan muka jijik yang kentara. Dalam hati bertanya-tanya mengapa kelakuan dua pria dewasa didepannya itu makin hari makin menjadi-jadi. Mereka seperti terobsesi ingin menjadikan Jaemin anak mereka.

"Tau nih. Jauh-jauh sana dari Jaemin!" Tanpa perasaan, Bambam mendorong punggung Daniel hingga pria itu tersungkur dengan tidak elitnya. Jeno dan Jaemin langsung bergerak mundur menghindari badan Daniel yang besar.

"Haish! Dua anak ini! Bukannya menolongku malah bergeser menjauh!" protes Daniel sambil mengusap-usap dahinya yang memerah akibat mencium tanah. Sialan si Bambam. Mempermalukan dirinya dihadapan anak dari Pimpinan dan Guru mereka.

Sementara itu, Jeno hanya diam menyaksikan interaksi unik dari ketiga orang didepannya. Ini bukan hal baru setiap kali Jaemin bertemu dengan Daniel dan Bambam一ataupun anak buah Klan Jung lainnya. Jika dibandingkan dengan Jeno, intensitas kedatangan Jaemin ke tempat pelatihan lebih sering ketimbang Jeno dan Mark. Maka tak heran Jaemin mengenal hampir seluruh orang yang ada di tempat pelatihan dan cukup akrab dengan mereka semua. Selain dianugerahi wajah yang cantik sekaligus manis sedari bayi, Jaemin juga baik hati dan ramah dengan senyum setulus malaikat yang dimilikinya. Ya, kebanyakan orang-orang setuju menyebut Jaemin sebagai titisan malaikat ketimbang keturunan werewolf.

Ibaratnya malaikat polos ditengah-tengah para iblis berhati dingin. Yang kehadirannya bagaikan angin sejuk yang mampu membuat suasana menjadi lebih segar dan ceria, tak sesuram dan semenakutkan sebelum Jaemin lahir.

Sebutan iblis berhati dingin sendiri mengacu pada para anak buah Jaehyun yang memang tak mengenal kata ampun ketika menghadapi musuh mereka. Jeno sering mendengar cerita dari beberapa anak buah Jaehyun yang suka bernostalgia bersama mengenang masa lalu Klan Jung, beserta perjalanan kisah-kasih Ayah serta Ibu Jeno dan Mark juga.

Our Fate 「 The Jung 」Where stories live. Discover now