Tanpa banyak bicara lagi, Dalvin langsung memberi kode pada sepuluh amggotanya dan bergerak mengangkat semua makanan-makanan itu dibantu oleh dua orang lelaki yang merupakan putra dari Mbok Asi.

"Den Dalvin, ini buat tambahannya!" Seru Mbok Asi memberikan beberapa keripik kentang buatannya membuat Dalvin tersenyum lebar dan mengulurkan tangan nya menerima keripik tersebut.

"Makasih banyak, ya Mbok."

Mbok Asi mengangguk sebagai jawaban kemudian mengantar kedua ketua geng itu ke halaman setelah melihat mereka sudah selesai mengangkat semua makanan-makanan itu.

Mengucapkan salam sebagai tanda perpisahan dan berpamitan, mereka lalu melajukan kembali kendaraan masjng-masing dan meninggalkan pekarangan rumah Mbok Asi.

***

"Buka mulutnya,"

Dengan wajah yang begitu datar, Umbriel membuka mulutnya saat tangan Ariel memberikannya sedikit ayam yang sudah matang.

Sedari tadi perempuan itu hanya duduk berdiam diri sembari memperhatikan Ariel yang tengah membakar Ayam, entah apa yang dia pikirkan.

Ditengah lamunannya, tiba-tiba Umbriel tersentak karena kepalanya dielus dari arah belakang.

"Dari tadi kenapa sih? Ada masalah? Sini cerita ke gue, jangan diam mulu dong. Seram jadi nya," ujar Atta kemudian duduk bersimpuh dihadapan Umbriel.

Ariel yang melihat hal itu hanya bisa terkekeh pelan.

Terhitung sudah hampir dua puluh kali semenjak mereka sampai tadi, lelaki yang merupakan ketua dari Wintiash itu bolak-balik untuk melihat kembarannya ini.

Tersenyum lembut, tangan Umbriel terangkat menepuk pipi Atta beberapa kali kemudian memeluk tubuh kekar lelaki itu.

Atta yang di peluk sontak terkejut, namun dengan segera pula dia membalas pelukan Umbriel sembari mengelus punggungnya agar perempuan itu bisa tenang.

"Kalau ada sesuatu nanti, jangan terlalu heboh, ya. Gue sayang sama Wintiash, oke?" Bisik Umbriel penuh makna yang membuat alis Atta berkerut dalam.

"Maks-"

"HELLO, WE ARE BACK GUYS!!" Teriakan yang begitu keras terdengar dimana Aleko bersama rekan-rekannya baru saja sampai.

Mereka lalu memanggil bsberapa anggota untuk membantu mengangkat banyaknya makanan yang mereka bawa.

"Ingat yang tadi, Riel." Umbriel bangkit dari duduknya kemudian melangkah pergi meninggalkan Ariel dan juga Atta yang hanya bisa mengerutkan dahinya, bingung.

"Umbi kenapa?" Tanya Atta pada Ariel.

"Tadi ke rumah, bicara sama Mama dan mereka punya kesepakatan keknya, jadi gitu." Wajah Ariel terlihat begitu santai saat menjawab pertanyaan dari Atta.

Terdiam, ekspresi Atta sedetik kemudian langsung menjadi begitu serius. Tatapannya masih terus mengarah kearah Ariel yang terlihat serius dengan ayam bakarnya.

"Dia milik Wintiash sampai kapanpun, Riel. Ingat itu!" Celetuk Atta lalu beranjak pergi meninggalkan Ariel yang hanya bisa menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

"Jika itu yang dia inginkan," gumam Ariel begitu pelan pada dirinya sendiri.

Siapa yang tau bukan? Apa yang Umbriel bicarakan dengan Mama Ariel tadi saat dia pergi ke mansion keluarga Callesto bisa mengubah semua yang pernah terjadi begitupun dengan hubungan lama yang sudah terjalin.

Tinggal mereka saja yang akan menerima serta mendukung ataupun akan membenci apa yang memang sudah menjadi jalannya.

Setelah menyelesaikan semua persiapan dan mengatur letak dimana makanan serta tempat mereka untuk bersenang-senang, ke enam anggota serta Inti dari geng besar duduk melantai sembari mendongakkan kepala mereka, menatap sang Ratu yang tengah berdiri tepat ditengah-tengah mereka semua.

PRITI : StrategiespielWhere stories live. Discover now