FIFTY FIVE

10.6K 1.3K 625
                                    

HAPPY READING!!
🍀🍀🍀

Setelah selesai pemakaman, semua anggota Wintiash serta Demonfier langsung menuju rumah duka dimana mereka akan membantu untuk mengurus segala keperluan yang dibutuhkan.

Suasana penuh kesedihan masih begitu terasa terutama untuk keluarga dan lima Inti Wintiash yang bahkan hanya bisa diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Tidak ada senyum di bibir mereka. Wajah datar dengan tatapan sayu itu bahkan terlihat seperti mereka sudah tidak memiliki kehidupan lagi.

Para Inti Demonfier yang memperhatikan pun hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Mereka sudah memberikan kata-kata untuk menyemangati tapi sepertinya itu memang tidak cukup untuk membangkitkan kembali para jiwa yang seperti hilang untuk sekarang.

Atta yang duduk di gazebo depan mansion Farzan terlihat begitu menyedihkan. Tatapannya kosong mengarah ke tanah dengan beribu ingatan menghantui pikirannya.

"Gak ke rumah sakit, Ta?" Pertanyaan yang terdengar membuat Atta terbangun dari lamunannya dan mendongakkan kepalanya.

Menggeleng pelan Atta kemudian menjawab, "ada Bunda sama Ayah. Setelah disini selesai baru gue kesana,"

Alby, lelaki itu kemudian menganggukkan kepalanya beberapa kali dan bergerak untuk duduk disebelah Atta seraya mengikuti kemana arah pandang lelaki itu.

"Dia hebat ya," ucap Alby yang membuat Atta kembali menolehkan kepalanya padanya dengan alis berkerut. "Bisa dicintai lagi sama orang yang dia cintai," lanjutnya sambil tersenyum kecut.

"Hmm, takdir terlalu mempermainkan mereka berdua. Gue gak tau apa yang akan terjadi ke Umbi kalo dia sampe tau Farzan udah gak ada," balas Atta pelan.

"Sebenarnya begini lebih baik, iya gak?" Alby menundukkan kepalanya. "Mereka juga bakalan terikat sebuah hubungan terlarang kalo sampe berlanjut. Lo tau itu dengan pasti!! Kita gak bisa mempermainkan sesuatu yang sudah diikat sejak lama. Disini korbannya bukan mereka, Ta."

"Dunia memang memiliki permainannya sendiri. Tapi dia tidak akan bermain jika tidak diajak." Nafas Atta tercekat mendengar penjelasan Alby yang terdengar menyinggung segala yang pernah terjadi.

"Mereka berdua sudah bermain dengan dunia, jadi ini adalah konsekuensi nya. Bahkan ini juga terjadi pada orang yang terikat dengannya, bukan begitu?"

Tanpa bisa menjawab pertanyaan Alby, Atta langsung mengalihkan tatapannya sambil memikirkan kembali segalanya dalam diam.

Yah, mereka memang berada dalam permainan yang sama.
Mereka memang terjalin dalam hubungan yang salah.
Tidak akan ada kata bersama jika mereka terus berlanjut.

Kenapa mereka sangat nekat seperti itu?
Bahkan Farzan pun tau semua tentang Umbriel begitupun sebaliknya.
Lalu apa yang mereka lakukan?

Apa mereka memang berniat untuk menentang segalanya? Membalikkan takdir yang sudah tertulis?
Mereka menerima apa yang telah mereka perbuat.

Sakit, kepala Atta seketika merasa sakit saat memikirkan itu semua.

Saat tangannya terangkat hendak memegang kepalanya, tiba-tiba salah satu anggotanya memanggilnya.

"TA, BANTU DIBAGIAN BELAKANG!!" Seru mereka.

Atta menghembuskan nafasnya kasar kemudian beranjak dari Gazebo tersebut dan berjalan meninggalkan Alby tanpa sepatah kata pun.

"Ta, hidup ataupun tidak mereka memang tidak akan bisa bersama," gumam Alby seraya menatap intens punggung Atta yang mulai menjauh.

Sedangkan di rumah sakit, Umbriel terbaring dengan wajah yang begitu pucat serta mata tertutup ditambah dengan alat-alat kedokteran yang berada ditubuh dan diruangan tersebut. Dirinya saat ini tengah ditemani oleh Ayahnya, serta sepupunya Dalvin yang pada saat kejadian terjadi dia tengah kembali ke Jerman karena beberapa urusan dengan orang tuanya.

PRITI : StrategiespielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang