SEVENTY-NINE

9.7K 1.3K 560
                                    

HAPPY READING!!
🥀🥀🥀

Malam kembali memperlihatkan dirinya dengan kegelapan serta ketenangan alam dari dinginnya suasana malam itu sendiri menjadi sebuah kenikmatan tersendiri untuk sebagian besar orang.

Saat ini, keenam Inti dari geng besar yang kemarin telah berhasil mengalahkan Gario serta teman-temannya terlihat tengah merayakan kemenangan tersebut di halaman luas markas Demonfier seperti yang dikatakan Alby kemarin.

Karena banyaknya orang yang datang, mereka akhirnya membagi tugas yakni untuk mengatur tempat duduk, tempat jntuk makanan, cemilan dan sebagainya, mengambil makanan di rumah Mbok Asi serta membakar ayam yang bumbunya sudah dibuat langsung oleh Mama Ariel.

"TA, MINUMAN ITU TARUH DISINI, GOBLOK!!" Teriak Rival. Dia menatap kesal kearah Atta yang sedari tadi tidak mendengarkan ucapannya.

"Ya, ini udah benar, setan. Mata lo ke putar apa, gimana?!" Atta membalas tatapan Rival dengan begitu sengit.

"Si asu! Lo gak liat itu tempat buat cemilan? Ngapain ditaruh disitu?! Goblok di markas jan bawa kesini, ye. Malu diliat geng lain, jing!"

Mendengar itu, Atta mendelik kesal. "Alah anying, serba salah dari tadi!" Gerutunya mengangkat kembali banyaknya minuman itu dan di letakkan ke tempat yang dimaksud Rival.

"Jangan liat doang, Rival! Bantu sini," sahut Atta lagi membuat Rival yang baru saja hendak pergi langsung menatapnya.

"Dih, urus sendiri. Siapa suruh banyak gaya dari tadi," Rival pergi tanpa memperdulikan Atta yang sudah sangat ingin mencabik-cabik wajahnya sekarang.

"Punya teman gini amat, Ya Allah." Atta mengusap dadanya sabar.

Sementara ditempat lain, dimana Aleko serta Dalvin yang diperintahkan untuk mengambil makanan pesanan mereka di rumah Mbok Asi bersama dengan sepuluh orang anggota mereka yang ikut membawa mobil agar mempermudah mereka nanti akhirnya sampai dengan selamat.

Setelah memakirkan mobil-mobil mereka masing-masing, mereka lalu berjalan masuk ke halaman rumah Mbok Asi.

"ASSALAMUALAIKUM, NENG ASI, ALEKO GANTENG DATANG!!"

Bugh

Setelah teriakan itu terdengar, maka terdengar pula suara dari sebuah pukulan yang terkena ke kepala Aleko dengan begitu kuat sampai lelaki itu membungkukkan badannya sembari memegang kepalanya sendiri.

"Anak anjing! Ini kepala gue sakit, goblok!" Kesal Aleko mengusap kepalanya yang sakit.

Dalvin yang mendengar itu mendelik tak suka. "Ya, lo mikir dong. Jadi ketua geng otak buntung, ck."

"Mikir apaan? Orang gue teriakin Neng Asi, masa iya harus mikir dulu?"

"Iyalah. Dari panggilan namanya aja lo udah salah besar. Neng, lo kira dia masih remaja, heh?! Orang udah berkepala empat. Ngadi-ngadi nih anak! Sampe suaminya dengar, habis lo!"

Mata Aleko membelalak sempurna. "Berkepala empat?? Medusa kali, njir."

"Anak bang-"

"Eh udah pada sampe. Ayo silahkan masuk,"

Makian yang hendak keluar dari mulut Dalvin langsung terhenti saat wanita yang rumah makannya menjadi tempat tongkrongan untuk anak-anak Wintiash datang dan menyambut mereka.

Aleko dan Dalvin serta anggota yang mengikuti dibelakang tersenyum lebar.

"Maaf berisik, Mbok. Ini si Aleko bertingkah lagi," ucap Dalvin terkekeh pelan.

Mbok Asi yang mendengar pun ikut terkekeh. "Gak apa-apa atuh. Mari masuk, semuanya udah siap,"

Saat masuk, Dalvin tersenyum tipis melihat semua makanan yang mereka pesan telah jadi dan tersusun rapi di meja panjang yang entah mungkin sengaja di taruh di ruang tamu agar memudahkan mereka.

PRITI : StrategiespielWhere stories live. Discover now