15ꫂ Bongkar

104 62 96
                                    

          "Astaghfirullah..." Aluna terperanjat melihat keadaan lemarinya yang berantakan total.

          "Ngapa sih teriak-teriak? Ngagetin orang aja." Sewot Nura dari atas ranjangnya.

           "Afwan, ty."

           "Ya Allah kerjaan siapa nih?" Tanyanya pada diri sendiri.

   Dia menyisiri tiap jengkal lemarinya mencari petunjuk pelaku pemberantakan lemari. Sebuah ritual wajib santri Al-Insan ketika sedang berulang tahun. Pandangannya terhenti ketika melihat sebuah pembalut baru tertempel di pintu lemari bagian dalam dengan bertuliskan

   HBD Ningrat.

           "Sekarang aku tau nih, siapa pelakunya." Ujarnya tersenyum simpul.

   Dia lantas mengambil beberapa hanger yang berceceran diatas tumpukan baju yang juga berceceran beserta pewangi pakaian. Kemudian kembali melanjutkan aktivitas cuci mencuci yang belum terlaksana.

• • •

   Sore ini adalah jadwal pengantaran galon isi ulang dari pihak distributor yang datang dua minggu sekali. Sehingga seluruh Divisi Keamanan diminta untuk mengumpulkan galon kosong yang berserakan di depan kamar para santri.

   Selepas bimbingan belajar, Aluna dan Divisi Keamanan lainnya berbondong-bondong mengumpulkan galon kosong. Meskipun hari ini bukan jadwalnya mengumpulkan galon, namun tetap saja harus membantu karena seluruh stok telah habis.

          "Udah semua, nih?" Tanya Anti memeriksa galon-galon kosong yang telah dikumpulkan anggotanya.

          "Udah, sih kayanya..." Jawab Sasya.

          "Eh, bentar dulu. Coba, Lun liat biasanya di kamar 5 suka ada yang masih di dalem kamar." Kata Anti belum yakin akan keutuhan galon.

          "Oke. Otw kamar 5."

• • •

   Zullivan baru saja selesai membersihkan diri. Belum juga sampai kamar, netranya tanpa sengaja menangkap sekumpulan Divisi Keamanan dan tentunya Aluna yang sedang memeriksa galon-galon kosong. Zul langsung bergegas masuk ke kamarnya dan berganti pakaian koko karena sebentar lagi Maghrib tiba.

   Tak lupa dia memasukkan kotak yang telah terbungkus rapi ke dalam kantong plastik hitam besar agar tak dicurigai. Sebelum memberikan kado itu kepada Aluna, Zul terlebih dulu memantau situasi karena tidak mungkin dia memberikannya di depan Divisi Keamanan lainnya.

          Oh, dia mau balik ke asrama dulu. Gumamnya lirih.

          "Ngapain bengong depan pintu?" Tegur Boni yang merupakan teman sekamar Zul.

          "Melihat pemandangan." Jawab Zul sekenanya.

          "Pemandangan apa?" Boni celingukan melihat tidak ada pemandangan yang menyejukkan mata. Sepenglihatannya, hanya ada kamar-kamar para santri dengan cat dinding yang mulai mengelupas.

          "Pemandangan yang cuma bisa dilihat oleh orang beriman." Ucap Zul menusuk seraya menepuk bahu Boni perlahan.

          "Bangke." Boni menempeleng Zul.
       
          "Udah, ayok, ke masjid." Ajak Boni yang memang telah rapi dengan koko, peci, serta sarung.

VOCALPHILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang