11ꫂ Insan.fm

122 80 57
                                    

   Sesampainya di warung capcin, Sasya dan Aluna memarkirkan sepeda pinjaman mereka tepat disamping warung tersebut. Kemudian Sasya memesan miliknya dan Aluna sekaligus titipan dari teman yang lainnya.

          "Loh, Amat? Kok kamu pulang duluan, sih?" Sasya terkejut melihat Amat dan rombongannya nongkrong juga di warung itu. Selain menjual cappuccino cincau, warung ini juga menjual makanan pokok seperti nasi ayam geprek.

          "Lah emang ngopo? Kan wis jadwale bali omah tho?" Jawab Amat yang juga terkejut melihat kedatangan Aluna dan Sasya.

   Teman-teman satu rombongan Amat yang awalnya fokus pada makanan mereka pun mengalihkan perhatian pada sosok yang mengajak Amat bicara. Salah satu diantaranya adalah Aji. Dia memang satu rombongan dengan Amat karena satu arah pulang.

           "Buku-buku perijinan astra juga udah aku kasihin ke Anti tadi pagi." Jelas Amat kemudian.

           "Terus yang jaga asrama siapa? Kan kita disuruh bantuin jaga." Tanya Aluna.

           "Tenang aja. Hari Rabu aku balik lagi ke asrama kok. Gantian jaga sama Fathi." Ujar Amat santai.

   Aluna dan Sasya mengangguk paham. Tak lama, pesanan mereka sudah jadi sehingga mereka memutuskan untuk segera kembali ke asrama.

            "Kita balik ke asrama dulu ya..." Pamit keduanya pada rombongan itu.

• • •

   Hari Rabu merupakan hari ketiga Aluna, Sasya, Ida, Meta, dan Anti berjaga di asrama sekaligus jadwal Aluna dan Sasya bertugas berjaga di PKA setelah kemarin jadwalnya Anti dan Meta. Kali ini hanya menyisakan segelintir orang saja yang memilih untuk tetap tinggal di asrama dan tidak kembali ke rumah. Entah apa alasannya. Sasya dan Aluna duduk melamun sambil memerhatikan sampah plastik yang berlari kesana kemari terbawa angin.

          "Sya, pinjem laptop asrama yuk?" Ajak Aluna. Dia merasa awkward karena sejak kembali dari Sholat Maghrib tadi hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

          "Buat apa?" Tanya Sasya heran. Dia masih fokus memerhatikan sampah plastik berwarna kuning pudar itu.

          "Musrikan lah." Sahut Aluna cepat.

          "Astaghfirullah, Lun. Aku masih beriman pada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa." Ujar Sasya dramatis sambil menampakkan wajah yang sok polos.

          "Ck. Maksudnya nyetel lagu. Musik. Biar gak garing." Perjelas Aluna.

          "Oh." Dia kembali mengalihkan padangannya pada plastik tadi.

          "Ayok pinjem ke adin." Aluna menarik Sasya agar bangkit.

   Kebetulan malam ini para pembina sedang tidak ada di tempat karena kembali ke kediaman masing-masing. Hanya menyisakan Tomi atau yang biasa disapa adin oleh para santri. Namun belum sempat mereka mengucap salam, tiba-tiba adin sudah muncul di depan pintu.

          "Kenapa?" Tanyanya dengan logat Lampung yang sangat kental.

          "Anu, ini, kita mau minjem laptop asrama, din." pinta Aluna tergagap.

          "Oh. Itu ambil aja sendiri di dalem laci. Saya mau pergi dulu, ya. Titip asrama, saya pulang agak malem soalnya. Kalo ada orang asing yang mencurigakan langsung telpon aja. Oke?" Pesannya sebelum beranjak pergi.

VOCALPHILIAWhere stories live. Discover now