Episode 10: Terikat

1 1 0
                                    

Aku lakukan rencana itu. Aku minta Selma datang agar Aku bisa keluar dari rumah. Untungnya Selma mau datang Selma bilang hitung-hitung balas budi. Selma yang bilang begitu bukan Aku.

Papah bukakan pintu kamarku seolah tak terjadi apa-apa. Cepat juga Selma datang ke rumahku, Aku kira harus menunggu yang sampai tak jelas.

"Ada temanmu di bawah." Papah tak minta maaf atau apa telah mengunciku di kamar. Tanpa basa-basi beritahu 'ada temanku di bawah.' Aku pura-pura tidak tahu.

"Siapa?"

"Papah belum pernah lihat Dia sebelumnya."

"Iya siapa? Perempuan atau laki-laki?" Aku tetap pura-pura tak tahu itu siapa. Padahal Aku tahu itu pasti Selma.

Saat Selma masuk ruang tamu... Kami menyambutnya dengan ajak Dia makan malam. Disela-sela makan malam makin hangat jika ada tamu seperti Selma atau siapa pun yang datang ke rumahku pasti akan disambut dengan hangat.

Namun topiknya yang tak sedap untuk di bawa ke meja makan. Itu karena Papah dan Mamah yang tanya-tanya soal kehidupan Selma. Seperti dimana Selma tinggal. Dia tinggal di Emerald kadang Apartemen 2009 kenapa bisa begitu— Selma kurang beruntung orang tuanya berpisah.

Lalu Papah dan Mamah tanya soal siapa Pacar Selma— Yang baru tadi siang mereka putus. Terserah Selma mengaku Atan sebagai siapanya Dia bukan urusanku.

Setelah makan malam Selma mengajakku ke luar, Itu bagian terpenting dari rencana kami— yaitu agar Aku bisa keluar dari rumah.

"Kalian mau kemana?"

"Hanya keluar sebentar kok Om." Jawab Selma.

Papah hanya mengangguk Aku bersyukur Dia tidak curiga atau berikan pertanyaan lagi.

"Ralin Kau keberatan tidak kalau Aku cerita soal Atan?"

"Aku mengerti kok, Kalau Astrid putus juga... Dia langsung curhat padaku."

"Entalah rasanya begitu berat, Terdengar berlebihan jika Aku katakan itu pasti diluaran sana masih ada yang lebih berat dari masalahku."

"Selma tak usah ke sana-kemari, Aku sering dengar curhatan Astrid kalau dia putus kok. Aku tak keberatan... Jangan sungkan. Ceritakan saja."

Selma tertawa yang tak nyaman saatku katakan itu.

"Entahlah." Dia katakan 'entahlah' seperti orang yang menguap namun ditahan sampai buat air mata terbendung begitu. Ternyata Aku salah. Dia mulai menangis bukannya menguap. Buatku merangkulnya di bahu terus jalan sampai ke Rumah Hardy di blok sebelah.

Saat kami keluar dari halaman Rumahku. Astrid turun dari mobil Aaron, Astrid sudah selesai menonton. Beberapa puluh menit yang lalu dia memang masih di bioskop.

"Selma. Dia kenapa?" Astrid menatapku heran.

"Aku ceritakan di Rumah Hardy." bisikku ke Astrid.

Astrid hadang mobil Aaron. Bicara pada Aaron.

"Aku ikut ke Rumah Hardy, sekarang."

"Haduh tadi Kau bilang tidak mau ikut." kata Aaron datar.

"Aku Kira Ralin tidak ada di Rumah Hardy. Karena Ralin dikurung di kamarnya tadi, Makanya Aku minta langsung pulang tadi."

Kami bertiga masuk mobil. Kami pergi ke Rumah Hardy alias blok sebelah. Sampai sana Masih ada motor Han.

"Makin ramai makanannya hanya tersisa 3 paket. Untuk Hardy dan Ralin juga Tante Citra yang ternyata tak mau." Han menyambut kami dengan ingatkan soal makanan yang Dia pesan sebelum Aku pulang.

Exist Season2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang