Benar juga sih. Tapi Yunho tidak rela Jeno yang lucu menjadi anak remaja secara cepat. Rasanya seperti baru kemarin ia mengajari Jeno belajar berjalan, sekarang anak itu akan memasuki jenjang menengah ke atas.
Tangan Yunho mengusap lembut puncak kepala sang cucu. “Makan yang banyak, biar tidak terlalu kurus.” Setelah itu ia memanggil seorang pelayan untuk menulis pesanan makanan mereka bertiga.
“Apa yang ingin Dad bicarakan?” Jaehyun bertanya begitu pelayan sudah keluar ruangan.
“Hanya ingin berbincang sebentar. Terutama dengan Jeno.”
Mendengar jawaban Yunho, Jeno menyiapkan mentalnya. Siap menerima ceramahan sang kakek terkait perbuatan buruknya di sekolah.
Yunho menyadari tubuh Jeno menegang. Anak itu pasti tau arah pembicaraan mereka kemana. Bibir Yunho mengulas senyum tipis, lalu mengusak surai gelap Jeno sekali.
“Tidak perlu tegang begitu. Grandpa tidak marah padamu,” katanya, mencoba mencairkan suasana yang sedikit tegang.
“Grandpa sudah mengetahui alasan mengapa kau melakukan hal itu. Kekerasan memang salah, tapi menghina orang juga salah. Mungkin dengan pukulan ringan bisa memberikan pelajaran untuk bocah ingusan itu.” Raut muka Yunho berubah sinis. “Berani sekali bocah itu menghina cucu serta menantuku. Beruntung dia masih kecil, besar sedikit, sudah kuhilangkan nyawanya,” sambungnya dengan desisan penuh dendam.
Jeno tertegun mendengar perkataan sang kakek. Ia kira Yunho juga akan memberinya hukuman. Nyatanya ia keliru, justru kakeknya yang masih terlihat tampan itu tidak memarahinya dan bahkan ikut merasa marah atas perkataan Yojin.
Jaehyun yang sudah menduga Yunho akan mengatakan hal itu hanya bisa mendesah panjang. Ia tau bagaimana ayahnya, alih-alih menyuruh Jeno merenungkan kesalahannya, Yunho justru mendukung tindakan bar-bar putera bungsunya itu.
Well, Jaehyun sudah tidak kaget lagi dengan sikap ayahnya.
Tak lama pintu diketuk, seorang pelayan masuk dengan membawa satu baki berisi makanan. Total ada tiga pelayan yang masuk membawa pesanan ketiga Jung secara bergantian.
“Sudah, dilanjutkan lagi nanti. Kita makan dulu. Jeno, makan yang banyak. Grandpa tidak suka melihatmu terlalu kurus,” suruh Yunho pada Jeno.
Jaehyun merasa dirinya tidak diperdulikan sama sekali oleh ayahnya sendiri. Hng..ini sudah sering terjadi bila anak-anaknya ada bersama dengannya. Namun tak apa, Jaehyun lebih suka begini. Itu tandanya, Jung Yunho yang kaku dan dingin dulu, perlahan menjadi orang yang lebih hangat dan lembut. Suatu perubahan yang baik tentunya.
🦁
🦁
“Ke mana perginya semua orang?” Mark yang baru pulang dari sekolah keheranan melihat tak ada satupun anggota keluarganya berada dalam Mansion. Bahkan ia sampai mencari keberadaan Jeno di kamar mandi juga tak ada.
“Oh? Tuan muda Jeno pergi bersama Tuan Jaehyun. Sedangkan Nyonya Taeyong pergi bersama Nyonya Seo.” Seorang maid yang kebetulan membersihkan area lorong memberitahu Mark.
Decakan kecewa terdengar dari mulut Mark. Pemuda yang duduk di bangku kelas 1 SMA itu kesal karena tidak diajak pergi juga. Dengan langkah lebar-lebar, ia berjalan menuju kamarnya sendiri yang terletak disebelah kamar Jeno.
Kebetulan hari ini para guru menghadiri rapat, jadi para murid dipulangkan lebih awal. Setelah melempar tas sekolahnya ke atas meja, Mark menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang yang empuk.
VOUS LISEZ
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 3 : Hide It 」
Depuis le début
