24 - Mahkluk Kecil di Rahimku

148 18 2
                                    

"Hallo sayang, ini halaman pertama yang Mama tulis saat pertama kalinya kamu hadir di hidup Mama..."

***

"Luika tengah mengandung anak pertamanya sekarang," ucap dokter tersebut dengan senyuman tulusnya.

Kedua kaki Tasya melemas, tanganya reflek menutup menutup mulut saat mendengar hal itu. Rasa senang bercampur bangga menjadi satu di dalam batinnya. Matanya melirik ke arah Lui yang masih terbaring dengan tangan yang berada di atas perutnya.

"Mama..," panggil Lui ke arah Tasya.

Natasya segera merangkuli anak semata wayangnya itu dengan erat. "Selamat sayang, kamu akhirnya bisa ngasih hadiah terindah untuk kami semua."

"Mama..." Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya dan siap untuk meluncur deras.

Sementara itu, Leon tersenyum bahagia ke arah Lui dan istrinya, lalu mengalihkan tatapannya itu ke arah sang dokter.

"Selamat, Pak Leon," ucap dokter tersebut.

"Terimakasih banyak, Dok," ucap Leon tulus sambil berjabat tangan dengan dokter tersebut.

"Sama-sama, Pak." Setelah itu Leon mengantarkan sang dokter untuk ke luar dan pulang.

Lui menangis sejadi-jadinya di dalam dekapan sang mama. Ini benar- benar kabar tak terduga sekaligus hadiah terindah yang Tuhan berikan kepadanya dan juga kelarganya.

Ya Tuhan, terimakasih banyak atas karuniamu ini...

***

Langkah kakinya berhenti di depan sebuah toilet dan seketika senyum di wajahnya terbit, sangat manis. Di tangannya sudah tergenggam sebuah test pack yang sudah dipakai. Kedua bola matanya menangkap sebuah dua garis berwarna merah terang yang merupakan hasil dari alat tes kehamilan tersebut.

Ia masih ingin mencoba untuk menggunakan alat tes kehamilan itu walaupu  sudah tahu apa hasilnya. Lui hanya ingin memastikan hal itu benar dengan mata kepalanya sendiri dan dengan bukti yang pasti.

Tangannya mengelus pelan perutnya yang rata dan menggumam, "Nak, ternyata kamu sudah tumbuh di dalam sana."

"Aku harus kasih tau dia nanti!"

Wanita itu melangkah menuju kamarnya dan meletakkan alat tersebut di atas meja riasnya. Ia melenggang pergi dari kamar menuju ke dapur sambil bersenandung ria. Perasaannya benar-benar bahagia sekarang. Ini adalah hadiah terbaik sepanjang masa yang pernah ia terima, walaupun hari ini bukanlah hari ulang tahunnya.

"Mama, boleh nggak hari ini Lui masak cemilan?" tanya Lui ketika sampai di dapur dan melihat sang mama tengah duduk santai di salah satu kuris di minibar dapurnya.

"Hm? Mau masak apa sayang?" tanya Natasya kepada Lui yang sudah mengambil duduk di kursi sebelahnya.

Lui berdeham singkat. "Ehem! Lui mau masak kue coklat yang dulu sering Mama bikinin untuk Lui."

Natasya mengangguk-angguk mengerti. "Yaudah kalau gitu, masak aja, kamu tahu 'kan bahannya apa aja?

"Tahu dong, Ma, sudah sering banget bikin kue itu dulu."

Natasya mengelus puncak kepala Lui dengan sayang lalu pamit untuk pergi dari dapur, meninggalkan Lui sendiri di sana. Hari ini biarlah anaknya itu melakukan hal-hal yang ia sukai. Hari bahagia seperti ini tidak boleh dikacaukan hanya dengan masalah kecil.

Astheneia 2: End With YouWhere stories live. Discover now