~EPILOG~

358 16 1
                                    

Ketika angan dan asa bersatu membentuk sebuah harapan seorang manusia untuk terus hidup dan bersama dengan separuh hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika angan dan asa bersatu membentuk sebuah harapan seorang manusia untuk terus hidup dan bersama dengan separuh hatinya. Namun, semua itu dipatahkan oleh kejamnya takdir yang mengambil salah satu dari mereka untuk ditempatkan pada dimensi yang berbeda.

Ketika sebuah tangan yang saling bertaut, enggan melepas satu sama lain. Namun, dipaksa takdir untuk saling melepas dan merela, walau berat.

Ketika sebuah pandangan dan senyuman masih tertuju pada satu orang yang sama hingga saat ini. Namun, ironisnya mereka berada dalam dimensi ruang yang berbeda sekarang. Tak dapat menyentuh dan juga disentuh satu sama lain.

Seperti terdapat dinding kaca tebal dan transparan di depan mereka yang menjadi batas mereka berdua. 

"Hai... Apa kabar, Sayang?" sapa seseorang yang tengah duduk di samping batu nisan putih yang bertulis nama istrinya.

"Kamu baik-baik aja di sana 'kan? Tempatnya indah nggak? Kamu harus betah di sana, ya, dengerin apa kata Tuhan, jangan bebal dan ilangin sifat keras kepala kamu!" lanjutnya dengan tawa hambar.

Titik air mata mulai menetes membasahi pipi Aldy secara bergantian dari kiri dan kanan. Aldy menghapus titik air mata itu dengan ibu jarinya. Kemudian kembali tersenyum ke arah makam Lui.

"Lui... Aku rindu kamu, aku tahu ini nggak boleh, tapi please... Sekali aja, aku rindu kamu, Sayang.."

"Tapi aku tahu, kamu udah bahagia di sana, kamu bisa lihat aku dari atas sana, kamu bisa lihat Bulan tumbuh dengan cepat sekarang. Kamu tahu nggak, sih? Lucu banget tahu dia, haha... Bulan, beberapa kali nanyain ke aku, Mama mana, Mama mana.."

"Oh iya, Bulan udah bisa ngomong, Sayang... Besok adalah ulang tahunnya yang ke dua tahun," lanjut Aldy sambil menghela napas berat.

Ingatannya kembali ke beberapa tahun lalu, sesaat sebelum Lui meninggalkan semua orang yang ada di sekitarnya.

***

Throwback.

Pagi itu, pagi dimana semua awal baru dimulai dalam kehidupan seorang pria bernama Arnold Geovani Aldyan. 

Aldy menyaksikannya sendiri, bagaimana awal komplikasi pada penyakit istrinya itu merenggut nyawa wanitanya. Kejang adalah awal komplikasi terjadi.

Teriak Aldy memanggil dokter dan perawat untuk segera mengecek kondisi Lui. Setelah para tenaga medis datang, beberapa pasang alat medis telah disiapkan dan digunakan untuk menyelamatkan Lui. 

Aldy menyaksikannya, dengan rasa setengah berharap kalau saja istrinya itu bisa hidup lebih lama lagi dan tetap di sisinya.

Namun, semua harapan itu sirna ditelan sebuah alat pendeteksi jantung yang tiba-tiba tidak berdetak dan hanya terlihat garis lurus saja serta bunyi yang memekakan telinga.

TIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTT!!!!!

Terdiam, semuanya tampak abu-abu. Tak ada warna dan gerakan. Kedua lututnya lemas sudah, jika saja ia tidak ingat sedang menggendong Bulan, Aldy sudah meluruh ke dinginnya lantai ubin rumah sakit itu.

Astheneia 2: End With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang