19 - Mamas Pergi Dedek Sendiri

132 19 2
                                    

"Kamu itu nggak bakal tahu rasanya rindu tapi nggak bisa ketemu! Kenapa? Karena kamu jomlo, Vira."

***

Helaan napas terdengar hampir sepuluh kali keluar dari bibir gadis itu, suara menggeram terus menerus memenuhi indra pendengarannya. Di penginapan tempat ia tinggal, kini satu-satunya sahabat yang ia punya, yang paling bikin kesal. Tapi sayang 'kan? Heheh ngaku kamu Bodat!

"Heh, lo nggak capek aja guling-guling gitu sambil ngedumel nggak jelas?" tanya Vira akhirnya karena lelah mendengar suara Lui.

"Duh Vira kamu bisa diem nggak sih? Aku lagi galau!" balas Lui yang malah menyuruh Vira untuk diam.

Untung lo sahabat gue! Kalau nggak udah gue seret lo keluar. Batinnya menggumam kesal karena tingkah Lui.

Siang-siang bolong tadi sebenarnya adalah siang yang paling santai untuk Vira, tidak ada tugas kuliah yang harus diselesaikan dan ia bisa tidur-tiduran seharian. Namun, semua harapannya untuk bermalas-malasan sepanjang malam tiba-tiba kandas dan hancur karena kedatangan Lui yang terus ngedumel tiada henti.

"Lo ke sini cuma untuk ngedumel, Wi?" tanya Vira dengan nada pasrah.

"Aku tuh pengen curhat! Kamu ini nggak peka banget, tanya kek 'lo kenapa, Lui?' atau 'lagi mengsedih ya? Kasian temen gue', gitu. Kamu nggak, malah bete pas aku datang! Huh!" omel Lui panjang lebar membuat kuping Vira panas dua-duanya.

Vira menghela napas berat, tidak habis pikir dengan sahabatnya satu itu. Meresahkan ya, Bund, sepertinya.

"Yaudah sini, lo mau cerita apa?" tanya Vira yang menghampiri Lui di atas ranjang milik Vira. Eh? Bukannya milik hotel ya?

Lui menatap Vira lalu mendekati sahabatnya itu. "Aku kesel sama Mamas!"

"Mamas? Aldy maksud lo?" tanya Vira.

"Iyalah! Siapa lagi Mamas aku, Vira? Nggak mungkin yaa aku selingkuhin Mamas Aldy yang ganteng itu tapi dingin kek e'ek! Tapi aku sayang!" balas Lui ngenggas.

Vira mengelus dadanya sabar, seperti biasa, ia harus butuh tenaga ekstra untuk bisa meladeni perempuan satu ini. Walaupun sudah menikah dan menjadi ibu rumah tangga, Luika tetaplah Luika, yang selalu mengedepankan emosi dan perasaan daripada logika. 

"Hm iya deh serah lo, Aldy kenapa?" tanya Vira mengalah.

"Mamas mau ninggalin aku, Vira," jawab Lui sambil menyandarkan kepalanya pada bahu sahabatnya.

Vira terkejut dengan ucapan Lui barusan. "APA?!! Mau ninggalin lo?! Busettt gede tuh mental suami lo!"

"Iyaa Viraa, aku harus apa?" tanya Lui pasrah.

"Telpon suami lo, sini biar gue slebew dia!" kesal Vira sembari menggulung lengannya hingga ke atas. "Nggak terima nih gue, sahabat gue yang paling meresahkan diginiin!"

Lui menggeleng kuat. "Nggak, jangan Vira, bisa mati dini nanti Mamas aku."

"Emang gue peduli? Nggak! Dia nyakitin lo, gue yang maju!" balas Vira. Wah sepertinya ada yang salah paham nih...

Astheneia 2: End With YouKde žijí příběhy. Začni objevovat