「 1 : First Offense 」

Start from the beginning
                                        

Jaehyun menahan nafas dalam-dalam lalu membuangnya keras. Ia tidak setega itu memarahi anak-anaknya, tidak juga melakukan kekerasan fisik alih-alih memberi hukuman pada mereka. Jaehyun tetaplah Jaehyun yang sangat menyayangi keluarganya. Ia menghela nafas lagi guna menenangkan diri sebelum mendaratkan bokongnya pada kursi kerja kebesaran miliknya.

Pria tampan itu menatap Jeno yang masih berdiri dihadapannya dengan tatapan dingin yang gelap.

“Dad sudah beberapa kali menerima laporan terkait perbuatanmu di sekolah, Jeno. Tapi untuk yang pertama kalinya, ini yang terparah. Dad harap ini tidak akan terulang lagi di masa depan.” Jaehyun mencoba menasehati Jeno dengan kepala dingin.

“Daddy hanya tidak ingin melihat mommy bersedih karena perbuatanmu ataupun kakakmu. Well, Mark mungkin masih dalam batas wajar. Tetapi apa yang kau lakukan kali ini, sudah keterlaluan. Memangnya kesalahan apa yang diperbuat anak itu sampai kau lepas kendali, son?” Jaehyun mulai mengintrogasi Jeno dengan kedua tangan disatukan diatas meja. Memperhatikan setiap perubahan raut muka Jeno meski tidak terlalu ditunjukkan.

Mengingat perkataan yang dilontarkan korban pukulannya tadi siang membuat alis tebal Jeno perlahan tertekuk tajam. Seketika amarah kembali menyelimuti hatinya. Dan itu tak luput dari pengamatan Jaehyun.

“Anak itu sudah menghinaku, dad.”

“Separah apa sampai dia pantas mendapatkan patah dihidungnya?”

“Sangat pantas untuk orang yang sudah menghinaku, dan tentu saja itu artinya juga menghina kalian. Kau dan juga mom,” jelas Jeno dengan sorot mata mulai menggelap.

Jaehyun tertegun mendengarnya. “Apa yang anak itu katakan?” Nadanya terdengar datar. Jika Jeno sendiri sampai habis kesabarannya, bukankah itu artinya hinaan anak itu sudah keterlaluan?

Jeno bungkam untuk beberapa saat sambil menatap wajah ayahnya takut-takut. Jeno tau, jika ia mengatakan semuanya, ayahnya pasti akan ikut murka. Atau bisa lebih murka ketimbang dirinya. Itu bukan sesuatu yang bagus, tentunya. Karena Jeno masih mengasihani masa depan anak sialan itu, ia hanya akan mengatakan sedikit dari perkataan bocah tidak tau diuntung itu. “Seperti: anak miskin, anak tidak mampu, anak haram, mereka juga menginginkanku untuk keluar dari sekolah itu. Yah..semacam itu.” Jeno menggidikkan bahunya.

Alis Jaehyun menekuk tajam. Tentu tak suka mendengar hinaan anak itu pada puteranya. “Hanya itu saja?” Namun ia merasa, hinaan mereka tak mungkin hanya sekedar itu.

Tubuh Jeno menegang, ia tau ayahnya tidak puas dengan jawaban yang ia berikan. Pasti pria itu merasa ada yang kurang.

“Kalau aku katakan semuanya, apa dad bisa menahan dirimu sendiri?” Jeno balik bertanya.

“Kenapa jadi mengarah ke daddy?”

Jeno mengangkat bahunya sekali lagi. “Karena aku merasa, kau akan sangat marah mengetahui hal ini.”

“Katakan saja, jangan bertele-tele, Jung Jeno..” Tubuh Jeno sontak merinding mendengar suara wolf yang Jaehyun keluarkan.

Jeno tidak suka saat Jaehyun menggunakan status dominannya seperti itu. Tentu karena ia tidak bisa menolak ataupun membantah perkataan ayahnya. “Me-mereka mengatakan kalau aku anak hasil hubungan gelap...dan mereka...mengolok mom sebagai se-seorang pe-pelacur...” Suara Jeno memelan diakhir. Ia tidak berani menatap lurus Jaehyun yang tengah memandanginya tajam.

Dalam sekejap suasana di dalam ruang kerja Jaehyun terasa mencekam. Tubuh Jeno mulai menggigil karena takut. Aura yang Jaehyun keluarkan saat ini terasa sangat mengintimidasi.

“Tapi jangan khawatir, dad, aku sudah memberi mereka―”

BRAK!

Belum juga Jeno menyelesaikan perkataannya, Jaehyun menggebrak meja kayu jatinya cukup keras hingga membuat Jeno terjingkat kaget bukan main.

“Katakan siapa nama anak itu. Sekarang.juga.” Jaehyun menekankan perkataan dalam kalimatnya. Matanya berkilat merah, Jeno tau ayahnya sangat marah saat ini.

“Na-namanya...” Jeno meneguk ludahnya dengan susah payah. Rasanya seperti sesuatu mencekik lehernya.

Ayahnya sangat menyeramkan jika sudah begini.

“Katakan.”

“Pa-Park Yojin..dia yang memulai lebih dulu..” cicit Jeno dengan kepala tertunduk.

“Park? Ah~ Apa kau tau dia berasal dari Klan mana, son?”

“Ku-kudengar dia berasal dari Klan Park, dad.”

Klan Park? Klan-nya Park Chanyeol? Jaehyun tertawa remeh mengetahui hal itu. Jeno melihat Jaehyun menyeringai dengan kedua mata merah menyalanya, sungguh sangat menyeramkan. Berbeda sekali dengan Jaehyun yang soft seperti saat sedang bersama Taeyong.

“Hahahaha! Anak bodoh! Dia ingin kehilangan nyawanya di usia muda? Bodoh sekali. Hahahaha!”

Jeno bergidik ngeri mendengar suara tawa Jay. Ia tau, ayahnya akan melakukan sesuatu pada anak bernama Park Yojin itu. Tapi mengapa sampai membicarakan nyawa? Ayahnya tidak segila itu sampai berencana membunuh seorang anak kecil bukan?

“Apa yang akan kau lakukan, dad?” Jeno bertanya penuh waspada dengan keringat dingin menyelimuti tubuhnya dari atas sampai bawah.

Jaehyun kembali menatap puteranya yang tampak sedikit memucat. Sudut bibirnya tertarik keatas, sambil mengusap dagunya seperti sedang memikirkan sesuatu yang seru. “Hanya ingin memberi peringatan pada anak itu dan juga orang tuanya. Mereka mungkin tidak akan mengira akan mendapat kejutan lebih awal dari yang lainnya. Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi wajah bodoh orang-orang itu nantinya.” Lalu ia terkekeh bak seorang villain dalam sebuah film.

Jeno hanya diam, enggan berkomentar apa-apa. Kalau sudah begini, ia tidak bisa menghentikan Jaehyun dan rencananya itu.

Namun satu hal yang dapat ia tangkap dari perkataan Jaehyun barusan; kejutan. Yah, orang-orang itu akan terkejut pastinya, begitu mengetahui sebuah informasi yang sudah Jeno rahasiakan selama tiga tahun bersekolah di Neo Academy itu nantinya.

“Apa tidak masalah membuka rahasia kepada mereka, dad?”

“Tidak apa. Toh sebentar lagi kau juga akan lulus. Serahkan saja pada daddy. Kau hanya perlu menenangkan mommy-mu saja.” Suruh Jaehyun sambil mengibaskan tangan ke udara. Sesantai itu untuk ukuran orang yang hendak membuka rahasia yang sudah mereka jaga dengan begitu rapat hanya untuk mengancam seseorang.

Jeno memilih untuk tidak ikut campur lebih banyak. Biarlah itu menjadi urusan ayahnya saja. Sekarang, giliran ia menenangkan dan menjelaskan kronologinya pada sang ibu tercinta. Taeyong mungkin akan terkejut dan tersinggung, tetapi ia yakin ibunya tidak akan membalas hinaan Yojin dan memilih memaafkan.

Namun sejujurnya, ia lebih mendukung cara yang akan Jaehyun tempuh untuk membalas anak sialan itu. Sebab ia sendiri sudah muak atas sikap semena-mena dan kurang ajar yang Yojin dan teman-teman sekolahnya berikan terhadapnya.

‘Anggap saja itu pembalasanku pada mereka,’  pikir Jeno.

Setelah meminta ijin keluar dari ruang kerja Jaehyun, Jeno tidak bisa lagi menahan senyum kemenangannya. Well, ini tak akan lama sebelum ayahnya mengetahui semua perbuatan serta hinaan yang dilayangkan kepadanya oleh Yojin sialan itu dan antek-anteknya yang lain.




👑 TBC 👑

Jangan lupa vote and comment ya, mate(っ'-')╮=͟͟͞͞💌

Sending love for y'all

Our Fate 「 The Jung 」Where stories live. Discover now