"Ray, gue minta maaf," gumam nya sebelum gadis itu menyambar ranselnya yang tergeletak di atas nakas.

Pergerakan kaki nya begitu cepat, hingga saat ini Kiara sudah berada di ruang tamu, ia berjalan cepat menuju ruang kerja sang Papah agar dapat meminta izin terlebih dahulu.

Kiara langsug memasuki ruangan dengan nuansa putih, nan bersih ini, "pah Kiara mau izin kerumah sakit."

"Siapa yang sakit sayang?"

"Pah, nanti Kiara jelasin sama Papah, Kiara mau pinjem supir papah boleh?" tanya nya dengan nada yang sangat tergesa-gesa.

"Ya sudah silahkan saja, Ra."

"Makasih Pah, Kiara pamit."

"Hati-hati sayang!"

"Iya."

Setelah mendapat persetujuan dari Papah nya untuk memakai supir pribadinya, Kiara langsug menuju halaman rumah.

°°°

Kiara terus berjalan mencari keberadaan Agam, gadis itu terlihat tidak santai. Air mata yang sudah tidak lagi menetes kini malah bertambah banyak.

Rasa takut akan terjadi sesuatu pada Rayan terus berputar dikepala nya, bagaimana jika Rayan tidak selamat?

ah, tidak mungkin sebisa mungkin Kiara berpikir positif bahwa Rayan nya baik-baik saja saat ini.

Setelah sekian lama nya mencari ruangan Rayan, akhirnya Kiara mendapati Agam dan yang lain nya di luar ruangan Rayan. Mereka terlihat sangat gelisah terlihat dari wajah mereka yang kini memasang ekspresi cemas.

"Gam, Rayan dimana Gam?" tanya Kiara spontan, tidak peduli jika ia sedang berada di rumah sakit.

"Ra, tenang Ra, Rayan lagi di tangani sama dokter di dalam," kata Agam sekaligus menenangkan Kiara yang sudah menangis sejadi jadinya.

Tangan Kiara terkepal kuat, marah dengan dirinya sendiri jika terjadi hal yang buruk pada Rayan, "gue mau ketemu Rayan sekarang!"

Agam menahan Kiara yang berusaha masuk kedalam ruangan, "Ra, lebih baik lo tunggu disini Ra."

"Rayan Gam, Rayan...." kini suaranya semakin lirih.

"Gara-gara lo kan Rayan jadi gini, bisa ngga lo kalo jadi cewe ngga usah egois? kalo punya masalah harus nya lo cerita jangan malah kabur ga jelas Ra!" bentak Gafin pada Kiara.

Kiara tersentak kaget, "maaf....," hanya satu kata itu saja yang bisa Kiara keluarkan saat ini.

Agam pun tak tinggal diam, melihat Kiara menangis membuat nya tak tega, dengan cekatan Agam menarik Kiara kedalam pelukannya. "Gaf, gue tau lo emosi, tapi bisa kan ngga usah bentak cewe? apalagi ini Kiara," kata Agam.

Kiara tak membalas pelukan Agam, dirinya hanya diam, lebih nyaman pelukan Rayan menurut nya.

"Sorry Ra, gue ngga maksud bentak lo."

"Ra, sekarang coba lo cerita sama gue, lo ada masalah apa sama Rayan?"

"Rayan ngga cerita sama lo?"

RAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang