Part 18

2.2K 476 85
                                    

Agni sudah menatap Omnya sejak satu jam yang lalu setelah Jino pulang. Ia berusaha untuk mendekat tapi kemudian ia urungkan niatnya lagi, namun sesuatu dalam dirinya mendorong Agni untuk mendekat kembali pada Omnya, tapi Agni lagi-lagi mengurungkan niatnya. Ia menggelengkan kepala, sibuk dengan dirinya sendiri sementara Mushkin... sejak tadi ia memperhatikan keponakannya.

"Apa? Kenapa?" tanya Mushkin tiba-tiba.

Agni menatapnya, "Apaan? Nggak apa-apa kok," kilahnya.

"Nggak apa-apa gimana, dari tadi kamu kayak orang kremian, nggak bisa duduk diem," sahutnya.

Agni menatap Omnya tak menyangka, "Jahat banget Om ngatain ponakannya kremian."

"Segini masih lembut Ni, kalau Tante kamu pasti ngatainnya kamu belatung nangka," ucapnya.

Agni tertawa, "Tante Icha bener-bener."

"Jadi apa? Gimana? Mau ngomong apa?" tanya Mushkin lagi, kembali ke pembicaraan mereka yang sebelumnya.

Agni menautkan jemarinya, terlihat ragu untuk mengatakan hal yang mengganggunya sementara Mushkin... ia mendekat dan menatap keponakannya dalam-dalam.

"Agni kalau ada apa-apa, sini cerita ke Om. Kenapa? Tenang aja, kalau kamu cerita, Om nggak akan minta kursi di DPR kok ke Mama kamu," candanya.

Agni mendengus, "Negara bakal makin susah kalau Om jadi anggota DPR," katanya. Merujuk pada sifat hemat Mushkin yang sudah mendekati kikir.

Mushkin tertawa, "Lebih bagus jadi Presiden kalau begitu, biar Om bisa menghemat anggaran negara," canda Mushkin. Agni mencibir ke arahnya.

"Kamu lagi suka sama seseorang ya?" tanya Mushkin tiba-tiba. Agni membelalakkan matanya, ia menatap Omnya dengan kikuk, membuat Mushkin tertawa.

"Yang tadi kan, yang kamu marahin Jino karena dia bilang sialan?"

"Ekhm."

Agni berdehem. Ia menelan ludahnya kemudian mencoba membuat ekspresinya sedatar mungkin.

"Dianya suka nggak?" tanya Mushkin dengan antusias.

Agni menghela napasnya. Ia menggeleng dengan lemah, "Dia sukanya sama Haru."

"Astagfirullahaladzim. Agni, ini mah sulit," kata Mushkin yang mendapat pelototan dari keponakannya, "KENAPA OM MALAH MAKIN MENJATOHKAN ORANG LAIN SIH!" protesnya.

Mushkin tergelak, "Realistis aja hidup mah Ni. Haru nggak akan bisa dikalahin. Bapaknya punya hotel banyak, punya apartemen juga. Neneknya kaya. Itu tante Mar tanahnya dimana-mana, sawahnya di kampung juga berhektar-hektar, belum lagi si Haru udah punya warisan jatah satu hotel, mana anaknya cakep, baik hati dan tidak sombong, senang menabung, senang—"

"Yang ponakan Om tuh aku apa Haru sih!" protes Agni.

Mushkin terkekeh, "Dua-duanya dong. Om kan ikut membesarkan kalian juga," sahutnya.

Agni mendengus, "Om nyebelin!" teriaknya.

Icha duduk di sampingnya dan bergabung dengan mereka, "Emang dia nyebelin Ni. Dari semua orang yang tega di dunia, Om kamu ini menempati tempat teratas. Soalnya ya gitu, omongannya suka nyakitin, dasar soang," hardiknya.

"Loh yaang, kok kamu malah ngatain aku soang sih?!" tuntut Mushkin. Icha mengepalkan tangannya dan mengayunkannya di udara, membuat Mushkin mundur dan mengangkat tangannya—waspada kalau Icha benar-benar mengayunkan tangannya ke arah wajahnya—kan bahaya.

Selamanya Bersamamu - Haru Jino StoryWhere stories live. Discover now