"Ayok!"

Kevin menggendong anak perempuannya itu menuju mobil. Pancaran kebahagian sangat terlihat jelas di kedua wajah mereka. Berbeda dengan seorang anak lelaki yang memandang mereka berdua dengan mata berkaca-kaca. Dia berdiri di lantai dua melihat Papa dan Kakaknya seperti hendak pergi. Anak lelaki yang masih berumur lima tahun itu berlari kembali ke kamarnya, lalu menenggelamkan wajahnya di bantal.

Di umurnya yang sangat masih belia, dia sudah cukup tahu Papa dan Kakaknya itu ingin pergi ke mana. Hampir setiap minggu, mereka berdua selalu keluar menikmati liburan, tanpa dirinya.

***

"Pa, ini cantik gak?" Kiara menunjukkan sebuah bucket bunga tulip berwarna merah muda ke Kevin.

Kevin mengangguk pelan, Kiara memeluk bucket bunga itu lalu menghirupnya dalam-dalam. "Harum. Mama pasti suka."

Kevin menggandeng tangan mungil anaknya itu menuju suatu tempat. Suasana sepi dan sunyi menyambut keduanya saat telah sampai di tempat mereka selalu kunjungi di akhir pekan. Tiga minggu yang lalu mereka memang absen pergi ke sana, karena Kevin sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Kiara dan Kevin duduk berjongkok di depan sebuah makam. Kevin mengusap nisan itu, tertera nama Kayra Aluna binti Wirawan di sana.

Kiara meletakkan bunga tulip merah muda itu di dekat nisan mamanya. Ia memandang sedih gundukan tanah itu. "Mama, Mama apa kabar?" tanyanya dengan sendu.

Kevin mengusap puncuk kepala Kiara dengan sayang. Dia merasa sedih, anaknya itu belum terlalu mengenal mamanya sendiri. Karena pada saat itu, umur Kiara masih dua tahunan. Kayra memilih pergi untuk selama-lamanya.

"Kiara kangen sama Mama. Kiara pengen dipeluk Mama." Kiara menitikkan air matanya. Ia kadang iri jika melihat teman-temannya saat dijemput di sekolah dengan ibu mereka. Kiara merasa belum pernah merasakan itu.

"Mama sama siapa di sana? Mama kesepian gak? Kiara juga sering ngerasa sepi kalau ditinggal Papa kerja," gumamnya diiringi tangis. Kevin sempat tertohok dengan pernyataan anaknya itu. Dirinya memang kadang sangat sibuk bekerja, sampai melupakan buah hatinya sendiri.

"Kiara sering diejek sama teman-teman Kiara di sekolah, mereka ngejekin Kiara karena gak punya Mama." Kevin mengalihkan pandangannya ke lain arah. Dirinya sudah tak kuat mendengar penuturan anaknya itu yang sangat menyayat hati.

"Kata Papa, Mama cantik banget sama kayak Kiara. Seandainya Mama masih di sini, Kiara pengen liat wajah Mama. Kiara pengen bandingin siapa yang lebih cantik, tapi pasti Kiara sih yang lebih cantik," ujarnya sambil terkekeh pelan dengan air mata yang masih terus menetes dari kedua pelupuk matanya.

Kevin ikut menyunggingkan senyumnya mendengar celotehan Kiara. Setiap mereka berkunjung di makam Kayra, Kiara selalu bercerita apa saja yang anak itu rasakan.

"Ma, Mama sehat-sehat ya di sana. Kiara di sini bakal jagain Papa. Kiara bakal marahin Papa kalau Papa selalu kerja, terus gak ingat makan," katanya membuat Kevin gemas.

"Papa gak mau ngomong apa-apa sama Mama?" tanya Kiara dengan wajah polosnya.

Kevin terkekeh kecil, lalu mengacak gemas rambut anaknya itu. "Papa udah bicara juga sama Mama."

"Kapan? Papa 'kan dari tadi cuma diam," ujarnya cengo.

"Kiara aja yang gak denger. Coba tanya aja sama Mama, Papa tadi selalu bicara kok sama Mama," katanya penuh percaya diri. Kiara hanya mengangguk percaya. Maklum, otak anak kecil 'kan masih polos-polosnya, jadi apapun yang dibilang orang lain, pasti langsung percaya.

Freak Couple : Nikah SMA [TAMAT]Where stories live. Discover now