21. Nara, Ayo Kita Pulang

32.4K 1.5K 32
                                    

Acara pernikahan berlangsung meriah dan mewah. Tidak dipungkiri, mengingat sosok Devon merupakan orang terpandang dan memiliki kekayaan melimpah. Erga hanya bisa meneguk ludah, dirinya bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Devon. Dan lihatlah, betapa gagahnya Devon saat bersanding dengan Sisca yang tampak sangat cantik. Sangat serasi.

Begitu selesai acara pemberkatan nikah, Erga memutuskan untuk keluar dari tempat itu. Ia belum cukup kuat hati untuk menyaksikan semuanya. Patah hati yang dialaminya masih cukup serius.

Erga berjalan-jalan di kawasan perumahan mewah itu. Isinya rumah besar dan megah semua. Tak ayal membuatnya merasa kagum.

Sudah begitu jauh berjalan, Erga tersadar saat dirinya sudah berada di sebuah halte bis. Ia menghela nafas. Memilih untuk duduk di halte itu, meski ia bukan sedang menunggu untuk bus.

Beberapa bus sudah berhenti untuk sesaat di halte itu. Banyak penumpang yang naik dan turun, namun tak begitu menarik perhatian Erga. Pikirannya melayang entah kemana.

Hingga pada suatu saat, ia mendengar suara yang terdengar begitu akrab untuknya. Ia mengangkat wajah dan mencari sumber suara yang kini sedang tertawa itu.

Jantung Erga seolah berhenti berdetak, kala ia melihat sosok yang sudah sebulan ini dicarinya. Wanita itu bersama seorang wanita lain, sepertinya baru saja belanja. Karena Erga melihat kantong belanjaan di masing-masing tangan keduanya. Dan jumlahnya lumayan banyak.

Erga bangkit dari duduknya. Pandangannya tak lepas dari Nara yang terlihat bahagia. Wanita itu bahkan terlihat semakin cantik dan mempesona, walau perutnya semakin membesar.

"Nara?" Erga menyerukan nama itu. Seiring dengan langkah kaki yang mendekati Nara. Tepat saat kedua wanita itu hendak melangkah pergi meninggalkan halte.

Nara menghentikan langkah saat mendengar namanya disebutkan. Menoleh ke arah sumber suara dan menemukan Erga di sana. Tubuhnya mematung, membuat langkah sahabatnya pun terhenti.

"Mas Erga?" Nara menggumam. Sedikit tidak percaya, jika suaminya kini ada di hadapannya. Kedua tangan pun menaruh kembali tas belanjaan di atas tanah. Kimi sendiri pun bisa mengenali sosok suami Nara.

Erga menghapus jarak di antara mereka. Dalam sekali tarikan, ia bisa merengkuh tubuh Nara dalam pelukannya. Membuat wanita itu tak bisa berkutik dalam pelukannya. Meski ia tak membalas pelukan Erga.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Mas?" tanya Nara, mencoba menghentikan pelukan Erga di tubuhnya. Ia tidak mau menjadi bahan tontonan orang-orang yang sedang berlalu lalang di akhir pekan ini.

Erga mengurai pelukannya. Dipandanginya wajah Nara begitu lekat. "Harusnya aku yang bertanya seperti itu," jawabnya.

Nara menundukkan kepala. Menyadari kalau dirinyalah yang pergi dari rumah, meninggalkan suaminya. "Maaf," cicitnya.

Lagi-lagi, Erga memeluk Nara. "Harusnya aku yang minta maaf. Aku telah terlalu banyak menyakiti perasaanmu," katanya mengakui kesalahan.

"Hm, Ra, sebaiknya kita pulang ke kos. Nggak enak di sini diliatin orang," putus Kimi, mencoba menghentikan aksi suami istri itu.

Baik Nara, maupun Erga menyetujui usulan itu. Keduanya saling melepaskan diri, lalu bersiap untuk pulang ke kos milik Kimi.

Langkah mereka beriringan, dengan Kimi yamg berada di paling depan dan Erga di paling belakang. Mereka menyusuri jalan setapak yang biasa Kimi lalui dari halte menuju kos. Bukan melalui gang yang bisa dilewati mobil.

Erga memperhatikan baik-baik, kemana arah mereka berjalan. Hingga akhirnya tiba di sebuah bangunan, dimana Kimi mengeluarkan kunci untuk membuka pintu pagar setinggi satu meter itu.

Istri yang Tak Diinginkan (COMPLETED)Where stories live. Discover now