10. Mengulang Kisah

18.1K 1.2K 43
                                    

Erga masih sibuk dengan pekerjaan di komputernya, saat sebuah pesan masuk ke emailnya.

"Erga, aku kembali. Bisakah kita bertemu untuk terakhir kalinya? Setidaknya, aku ingin menjabat tangan kamu sebagai salam perpisahan. Dan seterusnya, aku akan sangat sibuk. Mungkin tak ada waktu untuk bertemu lagi."

Dia memandangi email itu tanpa berkedip. Setelah mengucapkan selamat atas pernikahannya, wanita itu mengatakan telah kembali dan ingin bertemu dengannya?

Erga memalingkan wajahnya dari layar komputer. Jantungnya berdebar hebat. Karena memang, ia masih mencintai Sisca. Tidak, ia selalu mencintai wanita itu.

Lalu, sanggupkah ia bertemu Sisca tanpa mengungkit kembali masa lalu dan membahas tentang perasaan?

Erga menggelengkan kepala. Tidak mungkin! Ia tidak akan bisa menahan diri jika bertemu Sisca lagi. Ia masih menginginkan Sisca.

Jika demikian, bagaimana dengan status pernikahannya dengan Nara yang baru beberapa hari?

Erga tak peduli. Ia hanya menginginkan Sisca seorang.

Dengan cepat, ia membalas email dari Sisca. Mengatakan kalau ia bersedia untuk bertemu dengan wanita itu. Tak lupa pula mencantumkan sebuah alamat, tempat dimana mereka akan bertemu.

Rasa senang memenuhi hati Erga, kala ia mendapat balasan dari Sisca yang menyetujuinya. Tak sabar rasanya untuk menunggu hari berubah sore.

***

Sesuai dengan yang sudah mereka janjikan beberapa jam yang lalu, Erga sudah berada di tempat mereka berjanji untuk bertemu. Sudah hampir sepuluh menit lamanya ia menunggu sosok yang teramat dirindukannya itu. Tapi sepertinya memang Sisca belum datang.

Erga terhenyak untuk sesaat. Apakah mungkin wanita itu telah mendustai dirinya lagi?

Digelengkan kepala untuk mengusir pemikiran buruk tentang Sisca. Ia memilih untuk tetap menunggu.

Benar saja. Hanya menunggu beberapa menit kemudian, hingga bunyi derap langkah dari stiletto terdengar mendekat ke arahnya. Hanya dengan mencium aroma parfum wanita itu, Erga tau jika sosok itulah yang ditunggunya. Wangi itu tak pernah berubah sejak dulu.

Segera Erga memalingkan wajahnya untuk melihat. Tubuhnya mematung melihat penampilan Sisca yang semakin mempesona di usianya yang semakin matang. Ia sampai tak mampu mengedipkan mata. Ditambah Sisca yang memberikan senyum lebar untuknya, menampilkan deretan gigi putih yang kini dipasangi behel.

"Hai," sapa Sisca.

Erga bergerak mengikuti pergerakan Sisca yang kini duduk di hadapannya. Sedetik pun pandangannya tak lepas dari wanita yang masih mengisi hatinya.

"Maaf, agak telat dikit. Tadi ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan," ucap Sisca meminta maaf.

Erga kembali pada kesadarannya. "Pekerjaan?" gumamnya pelan. Seingatnya, Sisca baru menyampaikan kalau dirinya masih berada di luar negeri. Dan kini, ia malah sudah mendapat pekerjaan.

"Iya. Di perusahaan yang udah biayain kuliahku di Jerman." Sedikit penjelasan dari Sisca yang ternyata mendengar gumaman bingung dari Erga.

"Ah, jadi itu alasannya." Erga terdiam lagi setelah mengatakannya.

Sisca memilih untuk segera memesankan makanan untuk mereka. Ia masih ingat makanan kesukaan Erga. Karena memang, mereka berjanji di sebuah restoran yang tak jauh dari kantor Erga.

"Anggap aja, ini sebagai permintaan maafku," kata Sisca setelah pramusaji tadi pergi meninggalkan mereka.

"Sisca, kamu apa kabar?" Erga bersuara kemudian.

Istri yang Tak Diinginkan (COMPLETED)Where stories live. Discover now