(13) Rasa Yang Sulit Dicegah

408 111 14
                                    

Aini tertegun. Dia mencerna ucapanku dengan sungguh-sungguh, sesuatu yang pasti belum pernah dia dengar selama hidupnya. Tak menyangka keputusan menakutkan seperti itu bisa keluar dari mulutku.

"Aku tidak ingin menikah.." Jelasku.

"Jadi kamu tidak perlu menggodaku atau menawarkan laki-laki manapun." Aku balas menatapnya dengan senyum mengembang. Tak ada siratan ragu di wajahku.

Beberapa saat suasana senyap. Entah apakah Aini masih berada dalam kesadarannya atau tidak. "Hei, jangan menatapku dengan pandangan iba seperti itu!" Kekehku pelan. "Kamu sudah paham alasanku, bukan?"

Aini masih diam. Raut terkejutnya menghilang digantikan dengan hembusan nafas beratnya. Mata Aini mulai berkaca-kaca.

Rabi'ah Al-Adawiyah.

Siapa yang tidak mengenalnya? Dalam jagad Tasawuf nama itu sangat melegenda.

Rabi'ah Al-adawiyah dikenal juga dengan nama Rabi'ah Basri, adalah seorang sufi wanita yang dikenal karena kesucian dan kecintaannya terhadap tuhan. Ia dikenal sebagai seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada kehidupan duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.

Lahir dari keluarga miskin hingga mengharuskannya menjadi hamba sahaya kala itu.

Salah satu kisahnya yang sangat populer yakni tentang penolakan Rabi'ah saat ada yang hendak menanggung nafkah hidupnya karena iba melihat keadaannya. Namun Rabi'ah menjawab "Sungguh, aku malu untuk meminta harta dunia pada sang pemiliknya (Allah), bagaimana mungkin aku meminta kepada manusia yang mana bukan pemiliknya."

Rabi'ah percaya hanya Allah lah satu-satunya pemberi.

Kehidupan pahit Rabi'ah sudah ia jalani sejak masa kecilnya. Ayahnya meninggal dan tak memiliki apapun untuk mencukupi kebutuhannya.

Dikisahkan disuatu malam, majikannya mendengar suara menggema di seisi rumahnya. Lalu ia keluar mencari sumber suara dan mendapatkan Rabi'ah sedang berdoa. Melihat dan mengamati cara berdoa Rabi'ah yang memancarkan kepercayaan penuh pada tuhannya, Ia tak henti mendengarkan munajat yang dipanjatkan Rabi'ah.

Dalam kisah yang pernah kubaca, ada yang pernah bertanya perihal keimanan Rabi'ah, dan ia menjawab "Aku tidak menyembah-Nya karena takut neraka ataupun menginginkan surga, seolah-olah aku adalah buruh tak patuh-jika takut majikan, ia akan bekerja. Jika dibayar, ia mau bekerja. Aku menyembah-Nya karena cinta dan rinduku padaNya."

Sebagai penyair dan sufi, ia menulis dan mempopulerkan apa yang dikenal dengan 'The Doctrine Of Divine Love' atau 'Cinta Ilahi'. Beliau menjadi salah satu penyair dan sufi terpenting di eranya. Rabi'ah sendiri berguru pada ulama dan cendekiawan terkemuka yang seorang Tabi'in-Generasi penerus nabi.

Aku teringat ketika dulu bapak bercerita padaku. Tentang kisah Rabi'ah yang ingin membakar surga dengan obor.

Diceritakan ketika di kota Baghdad, Rabi'ah menenteng air dan memegang obor di kedua tangannya. Seseorang bertanya kepadanya, hendak di kemanakan air dan obor itu?

Sufi wanita itupun menjawab "Aku akan membakar surga dengan obor dan memadamkan neraka dengan air ini, agar orang tak lagi mengharapkan surga dan menakutkan neraka dalam ibadahnya."

Saat bapak menceritakan kisah itu, aku tidak terlalu paham maksudnya. Mengapa? Apa salahnya takut neraka dan mengharap surga?

Ketika aku mulai menghafal Al-Qur'an dan mempelajarinya, aku mulai sedikit memahami salah satu hikmah dari cerita itu. Allah berfirman dalam surah Ar-Ra'd ayat 28-29 yang artinya "Yaitu orang-orang yang beriman dan menenangkan hati mereka dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan akan mendapatkan kebahagiaan dan tempat kembali yang baik."

NAYANIKA ZARA✅Where stories live. Discover now