(7) Siapa aku?

414 129 8
                                    

Seseru apapun pengalamanmu bermain tebak-tebakan, takkan pernah bisa menandingi momen-momen seperti saat ini. Momen tak tertebak sekaligus gila.

Pertanyaan kepengurusan macam apa itu!? Kekek buyut!?

Kuusap wajah lantas menoleh ke Aini yang juga masih melongo di tempatnya. Terlihat jelas tak bisa berkata-kata karena pertanyaan absurd ini. Apa pengurus sedang kehabisan ide atau bagaimana? Apa pertanyaan seperti ini bermutu di jadikan QnA?

"Saya tahu ini pertanyaan yang tidak sepantasnya dan juga tidak lazim." Moderator angkat bicara setelah melihat reaksi santri. "Tapi karena kami tahu banyak yang mengidolakan Lurah baru, dibuatlah pertanyaan tidak biasa ini." Ucap moderator dengan sumringah.

"Ayo siapa yang bisa menjawab?"

Dan lagi lagi diluar dugaan, ternyata ada banyak santri yang mengangkat tangan. Mulutku menganga menyaksikan tingkah serentak itu. Mereka semua tahu? Serius?

"Bolehkah menyebut nama Abahnya saja, Kang?"

"Iya, benar! Nama Abahnya saja.."

"Ayolah kang Moderator, bolehkah kami menjawab nama Abahnya saja?"

Suara sahut- menyahut diajukan kepada Moderator didepan sana, Mencoba menawar.

Aku semakin terkejut. Sebegitukah mengenal seluk-beluk idola mereka? Asli? Mereka semua penguntit? Ekspresiku entah seperti apa sekarang. Semua keterkejutanku berbaur menjadi satu kesatuan dalan kepala hingga terasa pening.

Tapi, Aini disampingku yang kukira masih terkejut, kini malah ganti menertawakan ekspresi wajahku yang mungkin terlihat bodoh.

"Begitulah jika sudah mencintai, Ra.." Aini menepuk bahuku. "Manusia-manusia baik tidak hanya mendoakan yang dicintai, tetapi juga mendoakan keluarganya.. Abahnya tak terkecuali."

Aku menoleh pada Aini yang tengah memasang senyum manis. "Jangan terkejut, fans memang banyak tingkah!"

Kami berdua tertawa. Tumben kali ini ungkapan Aini terdengar masuk akal. Ckck

"Maaf teman-teman santri sekalian, tapi ini Valid nama kakek buyut beliau, tidak bisa di tawar." Moderator kembali menjawab keluhan santri.

"Apa kamu tidak berniat menjawab, Ra? Siapa tahu kamu juga tahu tentang ini?" Aini tersenyum remeh. Aku meliriknya yang sedang menggodaku dengan nada suara mengejek seolah aku adalah makhluk yang paling mustahil tahu di muka bumi.

Kuputar bola mataku malas. "Apa untungnya jika pun aku tahu?" Kekehku menimpali. Tak kusangka respek Aini langsung terkejut. Matanya membulat dan tangan mencengkram lenganku kuat.

"Serius Ra?! Kamu tahu? Siapa? Kok bisa?!"

Aku melambaikan tangan acuh.

"Zara?" Wajah Aini memelas.

"Apa Aini?"

"Katakan kamu baru saja berbohong soal itu.."

"Aku terlalu malas untuk bohong soal hal tidak penting seperti ini." Mata Aini semakin melebar "Kamu serius ra? Siapa nama Kakek Buyut Kang Rasyiq?"

"Untuk apa kamu tahu?"

"Ini penting bagiku.." Aini mengerjap-erjap matanya, Memohon seperti anak kecil yang tidak diberi permen.

"Tidak perlu ta-.."

"Please.." Pinta Aini sekali lagi. Aku menghembuskan nafas jengah. Sepertinya aku harus mengalah untuk ini.

Kubisikkan sebuah nama di telinga Aini, memberitahu si fanatik itu. Rasa penasarannya begitu hebat hingga aku tak memiliki cara lain selain memberinya jawaban. Dan tanpa mengangkat tangan, Aini maju kedepan dibawah tatapan seluruh santri yang masih kebingungan. Semua terkejut tentu saja.

Setelah mendapatkan Mic, perempuan itu bersuara lantang. "Nama kakek buyut beliau ialah Muhammed Fatih Ali Ashgar. Beliau seorang Ulama besar di Turki."

Semua santri terdiam. Hening. Wajah semua berubah. Semakin terkejut dengan informasi yang baru saja mereka dengar.

Dan tanpa aba-aba, suara-suara mulai riuh mengisi serambi hingga ujung halaman masjid. Banyak santri yang berbisik-bisik jika mungkin saja Aini hanya mengada-ngada. Ada pula yang berseru tak percaya dengan perkataan Aini yang entah dapat dipastikan kebenarannya atau tidak.

"Waah.." Sekian lama terdiam, akhirnya Moderator memberi tanggapan. Raut wajahnya terlihat sangat senang ada yang bisa menjawabnya. "Selamat! Anda benar!"

Kang moderator mempersilahkan Aini mengambil bingkisan hadiah. Lalu membolehkannya kembali duduk. "Ternyata ada yang mengetahui Kang Rasyiq sejauh itu, ya? Benar-benar Fans berat!" Tawa moderator dan dibarengi pula tawa santri yang ditujukan untuk Aini.

Aku ikut tertawa. Melirik Aini yang saat ini sudah kembali duduk disampingku. Kini Wajahnya merah padam, antara senang dan kesal.

"Itukan jawaban darimu!" Aini mencubit keras lenganku hingga membuatku mengaduh. Dia melotot.

Siapa sangka? Aku sebenarnya juga mengetahui nama Abah dan tentang keluarganya. Hanya saja tadi aku terlalu terkejut untuk bereaksi ataupun. Aku juga tidak berniat memberitahu siapapun karena jujur saja, ini bukan hal penting yang harus semua orang tahu. Aini pasti juga terkejut mengapa diriku bisa tahu tentang seseorang yang bahkan menyebut namanya didepan Aini saja.. tidak pernah.

"Awas saja! Aku akan menginterogasimu seusai Seminar ini nanti. Kau tahu, ra? Kamu itu semakin Horor dan Misterius! Bisa-bisanya mengetahui nama kakek buyut idola Pesantren ini?"

Aku tersenyum tipis. Mataku tertuju pada Benner Seminar yang terpajang jelas di panggung, disana terdapat nama pria itu sebagai pemateri acara besar ini.

Misterius adalah kata lain dari rahasia. Tapi sejujurnya, aku sendiri tidak pernah menganggap latar belakang pria itu sebuah rahasia. Karena..

Segala tentangnya bukanlah sesuatu yang special bagiku hingga harus disembunyikan.

"Siapa kamu sebenarnya, Zara?" Suara aini kembali menarik perhatianku. Kulihat wajah kesal Aini semakin meletup-letup.

Aku tersenyum. Siapa aku?

TO BE CONTINUED

***

Jangan lupa komen dan tombol vote:)

NAYANIKA ZARA✅Where stories live. Discover now