10- Pertemuan ketiga

109 7 2
                                    

Maaf guys kalau masih ada salah dalam penulisan tanda baca, atau penulisan kata :):)

Sebelum baca jangan lupa komen & vote ya guyss!! biar aku makin semangat nulisnya

Happy reading! enjoy!

***

Hari senin adalah hari yang paling tidak di sukai oleh para murid. Pagi sekali, mereka sudah harus berada di sekolah, berpakaian rapi dan memakai atribut lengkap.  Guru piket pun sudah bersiap berjaga di gerbang sekolah, untuk memeriksa anak-anak yang tidak mematuhi peraturan sekolah.  

Untuk mereka yang tidak memenuhi aturan, namanya akan di catat pada sebuah buku, dan mereka akan mendapatkan hukuman. 

Segerombol pemuda dengan motor sport nya tiba, tepat saat gerbang baru di tutup. Bisa di katakan kalau mereka telat. Mereka ber 5 membuka helmnya dan menatap pelaku yang menutup gerbang tersebut. Di balik gerbang tersebut, terdapat seorang satpam dan 2 guru piket yang sedang berjaga.

Kenapa mereka datang ber 5? Karena salah satu di antara  mereka sudah tiba lebih awal sebelum bel berbunyi, ia adalah Galen. Galen memiliki keperluan dengan anggota bandnya, maka dari itu ia berangkat lebih awal. 

Saat ini Galen sendiri sedang celingukan mencari keberadaan teman-temannya di sekitar sekolah, karena upacara akan segera dimulai. Namun, ia tidak menemukan batang hidung teman-temannya itu.

"Pak! Ayo dong bukain! Masa orang ganteng di kunciin di luar si," ucap Ruri yang bersandar pada motor sport kesayangannya yang berwarna biru doff. Pak satpam pun bingung harus berbuat apa. Satu sisi ia sudah cs dengan mereka, tapi di sisi lain ada guru piket yang mengawasi. Alhasil, ia hanya diam tak berani menatap ke arah 2 kubu tersebut. 

"Kalian ini sudah telat! Tidak boleh masuk!" Ucap salah satu guru piket.

"Kamu juga Ruri, itu dasi gaya apa di iket di kepala? Hah?!"Sambung guru piket yang satunya.

"Gaya saya dong bu, yang make aja saya. Masa gayanya Kenan?" Balasnya dengan tengil. 

"Jadi kita ga boleh masuk ni bu? Ciuss?" Tanya Veri dengan alis yang di naik-turunkan. Guru piket itu hanya membalas dengan deheman saja. 

"Yaudah kalo gitu. Guys! Cabut aja kuy ke markas," ajak Veri menghadap teman-temannya. 

Mereka semua sudah bersiap memakai helm nya kembali dan ingin bergegas pergi. Namun, suara guru piket itu mengintrupsi mereka.

"Heh enak aja kalian mau cabut!" Omel salah satu guru piket dengan perawakan badan lebar, rambut di sanggul, memakai kaca mata bulat, dan memakai lipstik berwarna merah cabe.  

"Ya terus gimana lagi bu? Kita harus diem di sini, gitu? Kek kambing conge," Kesal Ruri.

"Atau ibu mau lama-lama sama kita ya di sini? Ayo aja si bu, tapi ga di tempat panas juga kali," sahut Veri.

"Open!" Setelah sekian lama bungkam akhirnya Kenan bersuara. Ia muak melihat perdebatan di depannya ini. Ia ingin kejelasan, bukan ketidakjelasan seperti ini. 

Namun, tidak ada satupun dari mereka yang bergerak untuk membuka gerbang tersebut. 

"Buka atau kalian mau angkat kaki dari sekolah ini?" Tawar Kenan dengan penekanan. Bukan rahasia umum, papa Kenan merupakan donatur terbesar di SMA Bakti Mulya. 

"Ba-baiklah kalian boleh masuk. Tapi, tetap harus di catat dan melaksanakan hukuman!" Ucap guru piket tersebut dengan gagap. Guru itu pun mengkode pak satpam untuk membukakan gerbang. 

KENANTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon