Ingatan Seseorang

340 25 6
                                    

X POV,

Aku menghela nafas dengan berat ketika memandang taman yang terlihat dari jendela kamarku. Saat ini sudah lewat tengah malam, namun mataku tetap tak mau terpejam. Entah mengapa selama beberapa bulan terakhir ini hatiku tak pernah tenang. Bila malam tiba, aku tak pernah bisa beristirahat. Rasa penyesalan dalam diriku seakan menggerogoti diriku terus menerus. Bahkan kejadian 13 tahun lalu pun kembali menghantui mimpi-mimpiku setiap malam.

Aku berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarku. Berdiri di depan wastafel dan mencuci wajahku. Tubuhku sudah tidak muda lagi, bila jam kerja telah usai aku merasa sangat kelelahan. Namun sekeras apapun aku mencoba untuk beristirahat, kejadian-kejadian di masa lalu terus kembali dan membuat imsomniaku bertambah parah. Aku tidak akan kaget bila suatu hari nanti aku jatuh sakit atau mati karena kelelahan.

Aku berjalan kembali dan duduk di atas tempat tidur. Ku pandangi foto keluarga yang berada di atas meja samping tempat tidur. Ada kepedihan dalam hatiku memandang wajah-wajah tersenyum dalam pigura emas itu.

Aku menghela nafas dan menundukkan kepalaku. Semua ini terjadi karena keluarga sialan ini. Aku harus kehilangan keluarga ku dan bahkan akupun harus mengotori tanganku dengan dosa yang tak termaafkan.

Aku memejamkan mataku dan bayangan akan kejadian 13 tahun lalu kembali muncul di kepalaku ....

———————————————————————

Maret 2006,

Aku baru saja memarkirkan mobilku di sudut jalan. Sudah tiga hari aku memperhatikan sebuah rumah yang berada tak jauh dari tempatku berada saat ini.

Kegiatan mereka selalu sama, di pagi hari sang ayah akan berangkat bekerja, kemudian sang anak akan berangkat ke sekolah bersama dengan salah satu temannya. Sedangkan si ibu akan berada dirumah hingga sang anak pulang kerumah di siang hari.

Lalu pukul 3 sore mereka berdua akan pergi ke luar rumah, terkadang mereka ke perpustakaan, tapi dilain hari mereka pergi mengunjungi sebuah kantor penerbit di pusat kota, dan di lain hari mereka pergi berbelanja kebutuhan rumah di sebuah supermarket.

Mereka akan menghabiskan waktu mereka di luar selama dua jam dan akan kembali ke rumah sekitar pukul 5 sore. Kemudian si anak akan bermain dengan teman sebelah rumahnya hingga waktu makan malam tiba atau bila sang ayah telah pulang bekerja.

Terkadang mereka akan mengundang tetangga mereka untuk makan malam bersama atau sebaliknya. Dan setelah itu mereka akan tetap berada di rumah hingga esok hari dan memulai kegiatan yang sama seperti tadi.

Kehidupan mereka cukup baik menurutku, mereka hidup sederhana, tidak kekurangan dan juga tidak terlalu kaya. Mungkin bila aku tak ada hubungannya dengan keluarga itu, aku akan membiarkan mereka hidup damai seperti ini.

Namun, keluarga inilah yang menyebabkan keluarga ku sendiri hancur. Belum lagi si pria tua yang tinggal bersama ku, ia selalu mengoceh dan marah-marah bila membicarakan mengenai perusahaan mereka.

Aku mencengkram kemudi di hadapanku mengingat kemarahannya minggu lalu. Ia sudah sakit-sakitan sebetulnya, namun entah mengapa bila ia membicarakan mengenai putra mereka ia akan terlihat seperti laki-laki tua menyebalkan yang terus mengomel tak ada habisnya.

Ia memang aneh. Ia hanya lebih suka mengekspresikan kemarahannya dan membuat orang-orang di sekelilingnya merasa tidak nyaman, daripada harus mengambil tindakan. Hingga akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan mengambil tindakan sendiri.

Dan ya, disinilah aku. Menguntit keluarga kecil ini diam-diam dan membuat rencana agar membuat si ayah kembali ke rumah orangtua nya lagi. Well, aku melakukan ini bukan semata-mata karena si pria tua, tapi juga karena keluargaku. Pria inilah yang membuat ku kehilangan keluargaku.

My Savage (Childish) HusbandWhere stories live. Discover now