Surat Wasiat

1.7K 71 4
                                    


Han Sofia POV,

Musim gugur 2018,

"Aduh", pekikku kesakitan

Aku mengibaskan jari-jariku yang tak sengaja menyentuh panci panas berisi ramen. Saat ini aku sedang menyiapkan makan siang. Aku melewatkan sarapanku tadi pagi karena harus menyelesaikan menjahit sesuatu.

Oya, perkenalkan namaku Han Sofia, usia ku 22 tahun. Aku berdarah campuran, ayahku berasal dari Korea sedangkan ibuku berasal dari Inggris. Aku seorang mahasiswa fashion design tahun ke tiga di Universitas Nasional Seoul.

Saat ini aku tinggal seorang diri di Sillim-dong, Seoul karena kedua orang tuaku telah tiada. Ketika aku berusia 10 tahun, ayahku meninggal dalam sebuah kecelakaan. Kemudian ibuku membawaku ke Inggris untuk tinggal disana sampai aku berusia 19 tahun.

Sekitar 2 bulan yang lalu, ibuku baru saja meninggalkanku untuk selama-lamanya karena sakit yang ia derita. Aku merasa sangat kehilangan dirinya tentu saja, tapi aku berusaha tegar dan melanjutkan hidupku.

"Wooaah mashigetta (keliatannya enak)", gumamku sambil menatap panci berisi ramen di hadapanku

"Selamat makan", ucapku sebelum mulai menyeruput ramen dengan semangat

*tok tok

Terdengar ketukan di pintu.

"Yee (ya) ", jawabku

Aku cepat-cepat mengunyah ramenku sebelum beranjak menuju pintu masuk. Siapa yang datang mengunjungiku? Biasanya Hyuna dan Jiwoo tak pernah mengetuk seperti itu, batinku.

Aku melihat ke lubang intip yang ada di pintu apartemenku untuk melihat siapa yang datang.

"Halmoeni (nenek) ?", gumamku bingung

Aku segera membuka pintu apartemenku, sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa nenek ku datang berkunjung.

"Halmoeni, annyeong (hallo/hai)", sapaku sambil membungkuk ke arahnya

"Sofia~ah annyeong .. kau pasti kaget melihat ku datang kan?", tanya nenekku tersenyum menatapku

"Mmm ye ..", jawabku pelan. "Ah, masuklah halmoeni", kataku mempersilakan nenekku masuk

"Bagaimana kabarmu Sofia?", tanya nenekku ketika kami sudah berada di dalam apartemenku

"Aku baik, bagaimana dengan halmoeni? Apa ada sesuatu sehingga datang jauh-jauh menemuiku?", tanyaku tak dapat menyembunyikan rasa ingin tau ku

"Aku baik-baik saja", jawab nenek tersenyum mendengar pertanyaan dariku. "Kau baru makan siang?", tanya nenekku saat melihat panci ramen di meja makan

"Ye .. aku baru sempat makan siang. Aku sedang mengerjakan sesuatu tadi", jawabku pelan

"Duduklah nek, aku akan membawakan minum untukmu", kataku sedikit canggung

"Ani, aku tidak akan lama. Kau pasti sangat ingin tau alasanku datang menemuimu kan? Duduklah Sofia", kata nenekku sebelum aku sempat berjalan ke arah dapur

"Ah, Ye ..", jawabku menganggukkan kepala

"Maafkan nenekmu karena datang dengan tiba-tiba. Ada sesuatu yang ingin nenek sampaikan mengenai surat wasiat mendiang ayahmu", katanya dengan tenang setelah kami berdua duduk di sofa ruang tengah

"Surat wasiat appa (ayah)? Appa meninggalkan surat wasiat??", tanyaku bingung sambil mengerutkan dahiku

"Ne (ya). Ayahmu telah lama meninggalkan surat wasiat untukmu. Dulu ibumu tidak setuju bila surat wasiat itu diketahui olehmu sebelum kau dewasa. Namun karena saat ini ibumu sudah tiada dan kau pun sudah dewasa, nenek kira ini adalah saat yang tepat kau mengetahuinya", kata nenek ku dengan wajah serius

My Savage (Childish) HusbandWhere stories live. Discover now