Ini Bukan Mimpi, kan?

Mulai dari awal
                                    

"Nggak papa, Tan."

"Ish! Mama bukan Tante!" tegas Iva. Bryan mengangguk. Sebenarnya dia belum terbiasa memanggil Iva dengan sebutan mama. Apa lagi dirinya yatim piatu sejak lahir.

"Mama pindahin ke VIP ya?" tanya Iva. Bryan menggeleng seraya tersenyum manis. "Bryan udah nggak papa, Tan- eh, Ma."

"Tapi, kaki kamu." Iva menatap kaki Bryan yang dilindungi oleh gips. Bryan juga menatap kaki kanannya yang patah akibat benturan keras kecelakaan pesawat itu.

"Nanti juga sembuh ... Ma." Iva mengangguk. Tangannya mengusap pelan kepala Bryan. "Ke ICU yuk?"

Bryan mengangguk sembari tersenyum. Iva membantu memindahkan tubuh Bryan ke kursi roda. "Loh, tante sama Bryan mau kemana?"

Iva dan Bryan kompak menengok. "Eh, Fahar sama Zanna. Mau ke ruang ICU, mau ikut?" tanya Iva. Fahar dan Zanna kompak mengangguk.

Saat sampai di depan ruang ICU, Iva bingung. Ayah Deana dan suaminya tak ada. "Sebentar ya, mau nelpon ayahnya Vero dulu."

"Halo, Pa! Ini kamu sama Reyhan kemana ya? Kok nggak ada di depan ruang ICU?" tanya Iva.

"Oh. Ini di VIP tulip." Iva mengernyit heran.

"Ngapain di situ?"

Mendengar jawaban suaminya, Iva membulatkan matanya. Sambungan telepon barusan ia tutup, dan segera mendorong Bryan ke arah berlawanan.

Fahar dan Zanna bingung dan hanya mengikuti setiap langkah kecil milik Iva. Saat ruangan dibuka, mereka berdua termasuk Bryan membulatkan matanya.

"Vero. Kamu nggak papa, kan? Ada yang sakit? Mana? Mana yang sakit?" Iva menanyai Vero dengan pertanyaan beruntunnya. Vero tersenyum kecil. Kepalanya menggeleng pelan.

"Vero nggak papa, Ma." Bryan tersenyum melihat sahabatnya sudah siuman. "Akhirnya siuman juga lu!"

Vero menolehkan kepalanya, menatap Bryan, Fahar, dan Zanna. Sudut bibirnya naik, tersenyum. Jujur dia takut jika nyawanya akan melayang pergi ke tubuh orang lain lagi.

"Ma, mau jenguk Vira nggak?" tanya Deon. Iva menatap Vero. Vero mengangguk. Iva, Deon, dan Reyhan pun keluar dari ruangan itu.

"Alhamdulillah deh kalo lu udah sadar. Gue sama Fahar ke sini juga mau ngasih buah-buahan doang. Nggak bisa lama, soalnya ada kerja kelompok. Maaf ya. Besok kalo nggak sibuk gue ke sini lagi deh. Ada salam juga dari temen sekelas."

"Waalaikumsalam. Bilangin salamnya udah gue terima ya. Makasih udah sempet jengukin. Padahal lu aja sibuk gini," tutur Vero. Zanna menggeleng pelan. Setelah menaruh buah-buahan di atas meja, ia pamit pergi.

Bryan menghela nafas. Matanya meneliti satu persatu wajah Vero. Menyipitkan matanya, menilai bahwa yang ada di hadapannya ini Vero yang sebenarnya.

"Ngapa lu?"

"Nggak papa." Bryan mengambil botol minum di atas meja dan meminumnya. "Lo Vero, kan?"

Mendengar pertanyaan tak masuk akal dari Bryan, Vero mengernyitkan dahinya. "Iya lah! Lu kira gua siapa?"

"Nggak percaya gue!"

"Mau gua buktiin?"

"Buktiin!" Vero tersenyum lebar. Badannya bergerak, membenarkan posisi duduknya. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya.

"Gimana rasanya bibir adek gue?" tanya Vero. Bryan hampir saja menyemburkan air yang berada di dalam mulutnya. Matanya mengerjap berkali-kali.

Bangke! Vero lihat?

"Gimana? Rasanya asin kah atau kek ada manis-manisnya, atau kecut atau bau jigong?" tanya Vero beruntun. Bryan berdeham, sedikit menghilangkan kegugupannya. Jakunnya naik turun, meminum habis air mineral yang ada di tangannya.

Rasanya, Vero ingin tertawa melihat Bryan salah tingkah seperti ini. Ini pertama kalinya Bryan jatuh cinta sejak beberapa tahun Vero mengenal Bryan. Jadi, Vero ingin menggodanya, habis-habisan.

"Biasa aja!"

"Yang bener?" tanya Vero. Bryan tak sanggup melihat wajah milik kakak pujaan hatinya itu. Matanya berkelana, melihat sana sini. Itu lebih baik dari pada manik matanya menubruk sorot elang kedua mata milik Vero.

"Entar Vira siuman, minta lagi aja. Siapa tahu tuh kaki langsung bisa diajak main bola, kan?" Bryan melempar Vero dengan botol kosong bekas air minumnya tadi.

"Keadaan Vira sama Deana gimana?"

***

Yang udah mau baca dan vote, aku ucapkan makasih sekali lagi. Oh ya, jangan lupa mampir ke cerita aku yang satu lagi ya. Aku usung fiksi remaja di cerita satunya.

Oh iya, ada yang mau mutualan IG? Kalo ada mampir ke IG aku ya. Id IG ada di profil aku.

Bye semua⭐

Transmigration of Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang