Chapter 11 : Chef Akmal

11.8K 1.7K 40
                                    

AKMAL

Gue masih belum percaya sekarang gue punya seseorang yang akan terus membuat hari gue indah. Meskipun semuanya udah gue persiapkan tetap saja ada rasa ragu Jovita mau memberi gue kesempatan, dia baru kenal gue dua bulan terakhir ini.

Tapi sebenarnya gue udah tau Jovita lebih dari itu. Sebelum gue dikenalkan oleh Rafa, terlebih dulu gue udah pernah melihat Jovita, dua atau tiga kali. Dan gue akui, Jovita memang cukup membuat gue penasaran waktu itu, cuma karena gue langsung sibuk kerja jadi nggak ada waktu lagi untuk mikirin dia, baru beberapa waktu kemudian dapat kesempatan berkenalan lewat Rafa.

Pertama melihat Jovita adalah tahun lalu sebelum pandemi, perusahaan mengadakan seminar dan Jovita bertugas sebagai moderator. Yang kedua beberapa bulan lalu, seminar juga, tapi karena pandemi, seminar dilaksanakan secara online, dan gue tetap bisa melihat Jovita meskipun lewat layar laptop.

Nggak tau kenapa pertama mendengar suara dan cara bertuturnya, gue langsung ingin melihat wajahnya, dan setelah melihatnya, gue cuma penasaran dimana Fikri —yang waktu itu menjadi panitia seminar— menemukan wanita seanggun Jovita ini, dan ternyata satu perusahaan meskipun jauh dan beda atap.

"Iya Mal, iya! Yang jatuh cinta nggak usah senyum-senyum sendiri begitu! Dikira orang gila nanti."

Gue langsung meletakkan ponsel dan menyambut Pak Bayu yang tiba-tiba masuk ke ruangan gue. "Makanya kasih saya libur lah Pak, biar nggak gila!"

Pak Bayu tertawa sambil duduk di depan meja kerjaku. "Jadi beneran udah dapat nih? Harus makasih sama Saya lho, surat tugas lu ngantor di sana kan saya yang buat!"

Gue hanya menanggapi santai, nggak perlu juga gue jelasin secara rinci tentang hubungan gue dan Jovita. Maunya diem-diem aja terus tiba-tiba nyebar undangan.

"Semua surat perjanjian kerjasama sudah selesai?" tanya Pak Bayu lagi.

"Sudah Pak, ini baru mau saya email ke Anda. Kalau bisa ngeceknya yang rinci ya Pak, jangan terburu-buru! Takutnya nanti masih banyak yang kurang sesuai."

Pak Bayu tertawa lagi. "Saya kirim balik draftnya hari senin. Sebenarnya  juga udah percaya aja kalau kamu yang mengerjakan, nggak usah saya cek. Tapi saya udah terlalu hafal sama akal bulus kamu, biar weekend nya free dengan alasan nunggu tanda tangan saya kan?"

Gue ikut terbahak atasan yang satu ini emang paling pengertian. Lima tahun kerja dengan Pak Bayu membuat gue bisa akrab. Pak Bayu juga sosok pimpinan yang merakyat, walaupun menjadi salah satu pemimpin perusahaan besar ini, tapi Pak Bayu nggak segan untuk dekat dengan stafnya.

Sore ini gue pulang dengan langkah ringan. Rencana pulang ke apartemen sebentar kemudian langsung meluncur ke rumah Jovita.

Gue bersyukur punya kekasih seperti dia yang ngerti banget gimana kerjaan gue. Biasanya orang baru jadian langsung maunya berduaan terus, ya itu sebenernya mau gue juga.

Tapi kali ini beda, setelah seminggu yang lalu Jovita menerima gue, baru sekali kita ketemu, setelahnya hanya bisa lewat chat atau telepon karena gue langsung dapat tugas dari Pak Bayu. Ditambah Jovita yang sudah mulai WFH, membuat gue nggak bisa ketemu saat kemarin ada perlu di rumah sakit.

"Akmal!"

Gue menutup kembali pintu mobil dan cukup terkejut ketika Davira sudah ada di area parkir apartemen, berlari menghampiri gue. "Kamu mau pergi?" tanyanya lagi.

"Iya, Vir. Aku ada janji dan harus segera pergi.  Kamu ada apa kesini?"

Vira menunduk, gue sebenarnya udah hafal sama sikapnya. Kalau sudah begini biasanya dia lagi ada masalah, tapi bukannya nggak mau peduli, gue udah bilang sama Jovita mau meluncur ke rumahnya sekarang juga.

Informed ConsentWhere stories live. Discover now